Laporan Pendahuluan Menarik diri - LP Menarik diri - LP jiwa menrik diri
Pengertian
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993). Terjadinya sikap menarik diri dipengaruhi oleh faktor predisposisi dan stressor presipitasi. Faktor perkembangan dan sosial budaya merupakan faktor predisposisi terjadinya sikap menarik diri. Kegagalan perkembangan sanggup menjadikan individu tidak percaya diri, orang lain, ragu, takut salah, pesimis, frustasi terhadap hubungan dengan orang lain, menghindar dari oarng lain, tidak bisa menetapkan keinginan, dan merasa tertekan. Keadaan ini mengakibatkan sikap tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, menghindar dari orang lain, lebih menyukai berdiam diri, kegiatan sehari-hari hampir terabaikan.
Gejala klinik :
- Apatis, verbal sedih, afek tumpul
- Menghindar dari orang lain (menyendiri)
- Komunikasi kurang/tidak ada
- Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk
- Berdiam diri di kamar / klien kurang beraktivitas
- Menolak berafiliasi dengan orang lain, klien menetapkan percakapan atau pergi jikalau diajak bercakap-cakap
- Posisi janin ketika tidur
Penyebab menarik diri
Salah satu penyebab dari menarik diri yaitu harga diri rendah. Harga diri rendah yaitu penilaian individu perihal pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh sikap sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri sanggup digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Gejala klinik :
- Perasaan aib terhadap diri sendiri akhir penyakit dan tindakan terhadap penyakit (rambut botak alasannya yaitu terapi)
- Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik / menyalahkan diri sendiri)
- Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
- Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
- Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai keinginan yang scram, mungkin akan mengakhiri kehidupannya)
Akibat dari menarik diri
Klien dengan sikap menarik diri sanggup berakibat adanya terjadinya resiko perubahan sensori persepsi(halusinasi). Halusinasi merupakan salah satu orientasi realitas yang maladaptif, dimana halusinasi yaitu persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata, artinya klien menginterpretasikan sesuatu yang positif tanpa stimulus / rangsang eksternal.
Gejala klinik :
- Bicara, senyum dan tertawa sendiri
- Menarik diri dan menghindar dari orang lain
- Tidak sanggup membedakan tidak positif dan nyata
- Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungan)
Pohon Masalah
LP menarik diri |
Asuhan Keperawatan
Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji
Masalah Keperawatan
- Resiko perubahan persepsi – sensori : halusinasi
- Isolasi sosial : menarik diri
- Gangguan konsep diri : harga diri rendah
Data yang perlu dikaji
1. Resiko perubahan persepsi – sensori : halusinasi
a. Data subjektif
- Klien menyampaikan mendengar bunyi yang tidak berafiliasi dengan stimulasi nyata
- Klien menyampaikan melihat citra tanpa ada stimulus yang nyata
- Klien menyampaikan mencium amis tanpa stimulus
- Klien merasa makan sesuatu
- Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
- Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang diihat dan didengar
- Klien ingin memukul/melempar barang-barang
b. Data Objektif
- Klien berbicara dan tertawa sendiri
- Klien bersikap ibarat / mendengar sesuatu
- Klien berhenti bicara ditengan kalimat untuk mendengarkan sesuatu
- Disorientasi
2. Isolasi sosial : menarik diri
a. Data subjektif
- Sukar didapat jikalau klien menolak komunikasi. Terkadang hanya berupa tanggapan singkat ya atau tidak.
b. Data objektif
- Klien terlihat apatis, verbal sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri di kamar dan banyak diam.
3. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
a. Data subjektif
- Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan aib terhadap diri sendiri.
b. Data objektif
- Klien tampak lebih suka sendiri, galau bila disuruh menentukan alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.
D. Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi sosial : menarik diri
2. Gangguan harga diri : harga diri rendah
E. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa 1
Isolasi sosial : menarik diri
Tujuan umum : klien tidak terjadi perubahan persepsi sensori : halusinasi …
Tujuan khusus :
1. Klien sanggup membina hubungan saling percaya Tindakan : bina hubungan saling percaya dengan memakai prinsip komunikasi terapeutik
2. klien sanggup menyebutkan penyebab menarik diri
Tindakan :
- Kaji pengetahuan klien perihal sikap menarik diri dan tanda – tandanya
- Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri
- Diskusikan bersama klien perihal sikap menarik diri, gejala serta penyebab yang muncul
- Berikan kebanggaan terhadap kemampuan mengungkapkan perasaannya
3. Klien sanggup menyebutkan laba dan kerugian bila berafiliasi dengan orang lain
Tindakan :
- Kaji perihal pengetahuan klien perihal laba dan kerugian bila berafiliasi dengan orang kain
- Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan perihal kerugian bila tidak berafiliasi dengan orang lain
4. Klien sanggup melaksanakan hubungan sosial Tindakan :
- Kaji kemampuan klien membina hubungan saling percaya dengan orang lain
- Dorong klien untuk berafiliasi dengan orang lain melalui tahap : K-P K-P-P lain K-P P lain – K lain K – keluarga / masyarakat
- Beri reinforcement terhadap keberhasilan yang sudah dicapai
- Bantu klien mengevaluasi manfaat berafiliasi dengan orang lain
- Diskusikan acara harian dengan klien
- Motivasi klien untuk ikut kegiatan ruangan
5. Klien sanggup mengungkapkan perasaannya sehabis berafiliasi dengan orang lain.
Tindakan :
- Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berafiliasi dengan orang lain.
- Diskusikan dengan klien perihal perasaannya bila berafiliasi dengan orang lain.
- Beri reinforcement positif tehadap keberhasilan klien mengungkapkan perasaan manfaat berafiliasi dengan orang lain.
6. Klien sanggup memperdayakan sistem pendukug atau keluarga
Tindakan :
- Bina hubungan saling percaya dengan keluarga
- Diskusikan dengan keluarga perihal ( sikap menarik diri, jelaskan tujuan, bentuk kontrak, eksplorasi perasaan klien ).
- Dorong keluarga untuk memperlihatkan dukungan kepada klien untuk berkomunikasi dengan baik.
- Anjurkan anggota keluarga secara rutin menjenguk bergantian.
- Beri reinforcement positif atas hal – hal yang telah dicapai oleh keluarga.
Diagnosa 2
Gangguan harga diri : harga diri rendah
Tujuan umum : klien sanggup berafiliasi dengan orang lain dengan optimal.
Tujuan khusus :
1. Klien sanggup membina hubungan saling percaya
Tindakan :
- Menyapa klien, memperkenalkan diri dan menanyakan nama klien, jelaskan tujuan pertemuan, bicara jujur, tunjukkan sikap tenggang rasa juga beri perhatian klien dan perhatikan kebutuhan dasarnya
2. Klien sanggup mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Tindakan :
- Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki oleh klien
- Setiap bertemu klien hindarkan penilaian negative
- Utamakan kebanggaan yang realistik
3. Klien sanggup menilai kemampuan yang digunakan
Tindakan :
- Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih sanggup dipakai selama sakit
- Diskusikan kemampuan yang sanggup dilanjutkan penggunaannya
4. Klien sanggup menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
- Rencanakan dengan klien perihal acara klien yang dilakukan setiap hari sesuai kemampuan : kegiatan mandiri, kegiatan dengan bantuan
- Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
- Beri pola cara yang boleh dilakukan oleh klien
5. Klien sanggup melaksanakan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya
Tindakan
- Beri kesempatan klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan
- Beri kebanggaan atas keberhasilan klien
- Diskusikan kemungkinan dilakukan dirumah
6. Klien sanggup memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan
- Beri pendidikan pada keluarga perihal cara merawat klien dirumah
- Bantu keluarga memperlihatkan dukungan selama klien dirawat
- Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah
Daftar Pustaka
- Azis R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang : RSJD Dr. Amino Gondoutomo. 2003
- Boyd MA, Hihart MA. Psychiatric nursing : contemporary practice. Philadelphia : Lipincott-Raven Publisher. 1998
- Keliat BA. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 1999
- Stuart. G.W, Sundeen SJ. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC. 1998
- Stuart. G.W., Sundeen. Principle and practice of psychiatric nursing. 5thed. St Louis Mosby Year Book.1995
- Stuart. G.W. and Laraia. Principle and practice of psychiatric nursing. 7thed. St Louis Mosby Year Book. 2001
- Townsend, Mary C. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri : aliran untuk pembuatan planning keperawatan. Edisi ketiga. Alih Bahasa : Novi Helera C.D. Jakarta. EGC. 1998
- Tim Direktorat Keswa. Standar asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Bandung : RSJP Bandung. 2000
Terima Kasih telah membaca Laporan Pendahuluan (LP) menarik diri, biar bermanfaat.