Wednesday, July 5, 2017

√ Laporan Pendahuluan Cholesistitis (Radang Kandung Empedu) Lengkap, Download Format Pdf Dan Doc

Kami bagikan laporan pendahuluan cholesistitis (radang kandung empedu) lengkap, format pdf dan doc.

Teman sejawat sekalian, tak henti-hentinya kami berusaha menyajikan laporan pendahuluan, gosip dan ilmu keperawatan. Pada kesempatan kali ini kami mencoba share laporan pendahuluan radang kandung empedu atau cholesistitis lengkap, mulai dari tinjauan teori hingga konsep asuhan keperawatan.

Laporan pendahuluan cholesistitis ini kami susun menurut beberapa sumber acuan yang kami rasa sudah cukup lengkap dari segi kelengkapan format LP.

Laporan pendahuluan cholesistitis ini kami sediakan dalam dua format penulisan yaitu pdf dan doc, dengan tujuan sanggup mempermudah teman-teman perawat dalam pembuatan kiprah askep, makalah ataupun laporan pendahuluan itu sendiri.

Diakhir artikel ini telah kami sediakan link unduhan yang sanggup teman-teman perawat gunakan untuk mend0wnl0ad LP cholesistitis ini, dan juga link unduhan dibawah gambar fathway untuk mend0wnl0ad fathway cholesistitis format doc.

Laporan Pendahuluan Cholesistitis


Pengertian
Cholesistitis ialah suatu inflamasi pada kandung empedu secara akut atau kronik dan biasa terjaddi akhir penggendapan kerikil empedu (Mosby;1991, 1363).
Cholesistitis ialah inflamasi kandung empedu (Suzanne C. smeltzer dan Brenda G. bare. 2001 : 2004).
Cholesistitis ialah inflamasi dinding kandung empedu yang disertai keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan panas tubuh (prof. dr. H.M. Sjaifoellah Noer: 1996)
Cholesistitis adalah radang kandung empedu yang merupakan reaksi inflamasi akut dinding kandung empedu disertai keluhan nyeri keluhan perut kanan atas, nyeri tekan dan panas tubuh ( www.google.com)


Etiologi
Diperkirakan bahwa adanya sumbatan yang dikombinasi dengan abses bakterial merupakan salah satu penyebab dari adanya cholesistitis akut. Sumbatan tersebut terjadi lantaran adanya kerikil empedu yang terbentuk akhir perubahan komposisi empedu.
Batu-batu empedu tersebut sanggup tedapat di duktus koledukus, duktus hepatikus, dan duktus pankreas. Sumbatan kerikil empedu sanggup mengakibatkan distensi kandung empedu serta gangguan fatwa darah dan limfe dan basil komensal kemudian berkembang biak. Adapun jenis-jenis kerikil sanggup diklasifikasikan  berdasarkann substansi yang membentuknya yaitu kerikil yang berasal dari bilirubin dan yang berasal dari kolesterol. 

Tabel jenis kerikil empedu


Batu pigmen
Batu kolesterol
Penampilan
Warna
Pembentukan
Pasca kolesistektomi
Penyakit  yang berkaitan
Tepi bergerigi
Cokelat kemerahan tua
Intraduktus
Dapat kambuh
Keadaan hemolitik sirosis investasi parasit
Permukaan halus
Bening
Di dalam vesika felea
Jarang kambuh
Kolesterol berlebihan



Patofisiologi
Ada beberapa faktor spesifik yang mendukung terbentuknya kerikil empedu yaitu; faktor metabolis, stasis dan peradangan.

1. Faktor metabolis.

Peningkatan salah satu dari tiga komponen utama empedu (asam empedu, bilirubin dan kolesterol) sanggup mendukung terbentuknya batu. Metabolisme kolesterol yang tidak tepat sering dijumpai pada orang dengan obesitas, grafida, diabetes dan hypotiroidisme.

2. Statis.

Penimbunan bilirubin dalam kandung empedu akann mengakibatkan perembesan air yang berkelebihan dan darah empedu akan membantu mempercepat proses terbentuknya batu.

3. Peradangan.

Mukosa kandung empedu yang bersama-sama tidak permiabel akan menjadi permiabel dan asam empedu yang membantu melarutkan kolesterol diserap sehingga kolesterol gagal dilarutkan.
Setelah kerikil terbentuk, maka akan menimbulkan nekrosis, tekanan dan abses pada dinding susukan empedu. Akibanya akan terjadi kejang dan nyeri akhir peradangan. Cholesistitis kronik merupakan perpanjangan cholesistitis akut. Namun cholesistitis kronik lebih banyak disebabkan oleh mekanikal dan injuri materi kimia olehh kerikil empedu, akhir scar dan ulcer pada dinding susukan empedu. Pada cholesisttitis kronik sanggup terjadi abses bakteri, dan pada susukan empedu akan terlihat putih mutiara dan cairan empedu menjadi keruh.
Perdangan pada cholesistitis akut dan kronik akan merangsang respon tubuh. Nyeri sanggup terjadi akhir kendala fatwa empedu. Selain menimbulkan nyeri, peradangan juga sanggup mengakibatkan tendernes ( lunak ) pada susukan kanan atas. Pada cholesistitis kronis sanggup terjadi abstraksi dalam jangka waktu yang usang dan mengakibatkan gangguan fungsi gastrointestinal dan joundice.

Fathway Cholesistitis

Untuk mend0wnl0ad Fathway Cholesistitis format doc, DISINI



Manifestasi klinik dan komplikasi

1. Cholesistitis akut
  • Nyeri hebat pada epigastrium kanan atas secara mendadak, kemudian akan     menyebar  ke punggung dan pundak kanan.
  • Penderita berkeringat banyak dan gelisah.
  • Nausea dann vomiting.
  • Nyeri sanggup berlangsung usang dan sanggup kambuh lagi.
  • Bila sakit mereda, maka nyeri sanggup terjadi di atas kandung empedu,    tanda-tanda nyeri akan bertambah bila makan banyak lemak.
  • Demam dan ikterus (bila terdapat kerikil di duktus koledokus dan sistikus).

2. Cholesistitis kronis

Manifestasi klinis cholesistitis kronik hampir sama dengan cholesistitis akut tetapi beratnya nyeri dan tanda-tanda fisik tak kelihatan. Komplikasi yang biasa terjadi ialah adanya abses kandung empedu serta obstruksi pada duktus sistikus atau duktus koledokus.

Pemeriksaan Diagnostik

1. Pada investigasi laboratorium biasanya ditemukan adanya leukositosis, hiperbilirubinemia, dan peninggian alkali – fosfatase.

2. Pemeriksaan radiologi :
  • Ultrasound : menyatakan kalkuli, distensi kandung empedu/duktus empedu.
  • Cholesistogram (untuk cholesistitis kronik) menyatakan adanya kerikil pada kandung empedu.
  • CT Scan : menyatakan kista kandung empedu, dilaktasi duktus empedu dan membedakan antara ikterik obstraksi/non obstraksi
  • Foto abdomen (multi posisi) : menyatakan citra radiology (klasifikasi) kerikil empedu, pembagian terstruktur mengenai dinding  atau pembesaran kandung empedu.

Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan pendukung dan diet
  • Istirahat yang cukup
  • Intervensi bedah harus ditunda hingga tanda-tanda akut mereda.
  • Berikan diet masakan cair rendah lemak dan karbohidrat
  • Pemberian buah yang masak, nasi / ketela, daging tanpa lemak, kentang yang dilumatkan, sayuran yang tidak membentuk gas, roti,kopi atau teh.
  • Hindari telur, krim, daging babi, gorengan, keju dan bubu-bumbu berlemak.
2.      Farmakoterapi
  • Diberikan asam ursodeoksikolat (uradafalk) dan kerodeoksikolat (chenodical, chenofalk dipakai untuk melarutkan kerikil empedu radiolusen yang berukuran kecil terutama terbentuk dari kolesterol
  • Mekanisme kerja ursodeoksikolat dan konodeoksikolat ialah menghambat sintesis kolesterol dalam hati dan sekresinya sehingga terjadi desaturasi getah empedu
  • Diperlukan terapi selama 6 hingga 12 bulan untuk melarutkan kerikil empedu dan selama terapi keadaan pasien dipantau terus.
  • Dosis yang efektif bergantung pada berat pasien, cara terapi ini umumnya dilakukan pada pasien yang menolak pembedahan atau yang dianggap terlalu beresiko untuk menjalani pembedahan.
  • Obat-obatan tertentu lainnya ibarat estrogen, kontrasepsi oral, klofibrat dan kolesterol masakan sanggup menimbulkan imbas merugikan terhadap cara terapi ini.

Konsep Asuhan Keperawatan

Pengkajian

1. Data subjekif
  • Adanya gangguan rasa nyaman/nyeri : lokasi, lama, beratnya, pemain film pencetus.
  • Pada gastrointestinal : nausea, vomiting, anorexia, eruction, tidak toleransi pada masakan berlemak, perubahan warna urine dan faeces.
  • Riwayat demam dan menggigil, serangan jaundice.
  • Masalah pengetahuan wacana pengobatan dan impian akan pengobatan.

2. Data objektif
  • Tanda vital : TD, nadi, pernapasan dan suhu meningkat.
  • Status cairan : BB, turgor kulit, mukosa membran lembab, intake dan out put.
  • Adanya jaundice.
  • Distensi abdomen, tendernes pada kuadran kanan atas.
  • Wajah menahan nyeri, sikap berhati-hati dan gelisah.


Diagnosa Keperawatan
  1. Potensial kekurangan volume cairan tubuh b/d Nausea, vomiting, penurunan intake,demam.
  2. Potensial terjadi injuri dan pendarahan b/d gangguan obstruksi vitamin K.
  3. Nyeri  b/d  biro cedera biologis : obstruksi/spasemen duktus, proses inflamasi,   iskemia jaringan/nekrosis.
  4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh  b/d  mual/muntah dyspepsia dan gangguan pencernaan lemak sehubungan dengan obstruksi fatwa empedu.
  5. Kurang pengetahuan  b/d  kurang terpapan informasi

Intervensi keperawatan


Diagnosa keperawatan. 1. 

Potensial kekurangan volume cairan tubuh b/d Nausea, vomiting, penurunan intake,demam.

Tujuan : pasien   akan mempertahankan  keseimbangan cairan yang adekuat  selama  perawatan.

Kriteria Hasil : 
  • Dalam  jangka  waktu  24  jam  mukosa  mulut  lembab, turgor kulit normal dan TTV  dalam  batas  normal.
  • Dalam  jangka  waktu 2 – 3  Jam  pasien  tidak  menunjukkkan tanda-tanda mual muntah.
Intervensi
  • kaji membran mukosa/kulit, nadi perifer dan pengirian kapiler.
  • awasi tanda/gejalah peningkatan/berlanjutnya mual muntah, kram abdomen, kejang, kecepatan jantung, pernapasan dan bising usus.
  • ciptakan lingkungan yang nyaman (bebas dari bau).
  • bantu pasien membersihkan oral dengan pencuci ekspresi (minyak).
  • kaji perdarahan yang tidak biasanya terjadi.
  • Kolaborasi dengan dokter untuk memasang selang NGT, proteksi anti emetik dan menawarkan IV, elektrolit serta Vitamin K.
  • kaji kembali investigasi laboratorium.

Diagnosa Keperawatan .2

Potensial terjadi injuri dan pendarahan b/d gangguan obstruksi vitamin K.

Tujuan : pasien akan mempertahankan keutuhan / integritas kulit selama dalam  perawatan.
Kriteria Hasil   : pasien tidak akan memperlihatkan tanda-tanda pendarahan dan kerusakan integritas kulit.

Intervensi
  • lakukan tekanan yang lebih usang pada area bekas injeksi dan untuk menyuntik memakai arum yang terkecil.
  • gunakan sikat gigi lembut dan kain penyeka, membantu pasien beraktvitas, mengajurkan pasien memakai sandal/sepatu.
  • Kolabrasi untuk menawarkan vitamn K sesuai aturan.

Diagnosa. 3

Nyeri  b/d  biro cedera biologis : obstruksi/spasemen duktus, proses inflamasi,   iskemia jaringan/nekrosis.

Tujuan : pasien akan memperlihatkan perasaam nyaman selama perawatan.

Kriteria Hasil  : dalam jangka waktu 1 – 2 Jam pasien akan memperlihatkan perasaan nyaman dan sikap nyeri hilang.

Intervensi
  • observasi dan mencatat lokasi nyeri, berat (skala 0-10) dan abjad nyeri.
  • Ajarkan pasien melaksanakan posisi yang nyaman dan meningkatkan tirah baring.
  • Mempertahankan status puasan, masukan/mempertahankan pengisapan NG sesuai indikasi.
  • Kolaborasi untuk menawarkan obat sesuai indikasi.
  • pasang sprei halus/katun, melaksanakan kompres dingin/lembab dan menawarkan cairan kalamin.

Diagnosa Keperawatan. 4

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh  b/d  mual/muntah dyspepsia dan gangguan pencernaan lemak sehubungan dengan obstruksi fatwa empedu.

Tujuan: pasien akan pertahankan teladan nutrisi yang adekuat selama perawatan.

Kriteria Hasil   : 
  • Dalam jangka waktu 1 – 2 Jam mual / muntah akan berhasil
  • Pasien akan menghabiskan  porsi makan yang diberikan setiap  kali makan.
Intervensi
  • kaji distensi abdomen, pemasukan kalori dan respon (berhati-hati, menolak) serta BB.
  • ciptakan suasana nyaman yaitu kebersihan oral sebelum makan, menghilangkan rangsangan berbau.
  • tingkatkan acara dan ambulasi sesuai toleransi tindakan kolaborasi.
  • lakukan kerja sama dengan jago diet/tim pendukung nutrisi.
  • berikan diet cair rendah lemak sehabis selang NG dilepas dan menawarkan garam empedu.
  • kaji kembali investigasi laboratorium.

Diagnosa Keperawatan. 5.

Kurang pengetahuan  b/d  kurang terpapan informasi

Tujuan : pasien akan memahami wacana penyakit dan berpartisipasi dalam    acara pengobatan selama pengobatan.

Kriteria hasil  : dalam jangka waktu 30 menit sehabis penjelasann pasien dapat   menjelaskan citra penyakit secara umum.

Intervensi
  • jelaskan ganjal an tes persiapannya.
  • diskusikan penurunan BB bila diindikasikan serta perawatan dan pengobatan.
  • kaji ulang proses penyakit/prognosis.
  • anjurkan pasien untuk menghindari makanan/minuman tinggi lemak.
  • anjurkan semoga pasien beristirahat pada posisi semi-fowler sehabis makan.

Implementasi

Diagnosa I :
  • Mengkaji membran mukosa/kulit, nadi perifer dan pengirian kapiler.
  • Mengawasi tanda/gejalah peningkatan/berlanjutnya mual muntah, kram abdomen, kejang, kecepatan jantung, pernapasan dan bising usus.
  • Menciptakan lingkungan yang nyaman (bebas dari bau).
  • Membnatu pasien membersihkan oral dengan pencuci ekspresi (minyak).
  • Mengkaji perdarahan yang tidak biasanya terjadi.
  • Kolaborasi dengan dokter untuk memasang selang NG, proteksi anti emetik dan menawarkan IV, elektrolit serta Vitamin K.
  • Mengkaji kembali investigasi laboratorium.

Diagnosa II :
  • Melakukan tekanan yang lebih usang pada area bekas injeksi dan untuk menyuntik memakai arum yang terkecil.
  • Menggunakan sikat gigi lembut dan kain penyeka, membantu pasien beraktvitas, mengajurkan pasien memakai sandal/sepatu.
  • Kolabrasi untuk menawarkan vitamn K sesuai aturan.

Diagnosa III :
  • Mengobservasi dan mencatat lokasi nyeri, berat (skala 0-10) dan abjad nyeri.
  • Membiarkan pasien melaksanakan posisi yang nyaman dan meningkatkan tirah baring.
  • Memasang sprei halus/katun, melaksanakan kompres dingin/lembab dan menawarkan cairan kalamin.
  • Kolaborasi untuk menawarkan obat sesuai indikasi.
  • Mempertahankan status puasan, masukan/mempertahankan pengisapan NG sesuai indikasi.

Diagnosa IV :
  • Menkaji distensi abdomen, pemasukan kalori dan respon (berhati-hati, menolak) serta BB.
  • Menciptakan suasana nyaman yaitu kebersihan oral sebelum makan, menghilangkan rangsangan berbau.
  • Meningkatkan acara dan ambulasi sesuai toleransi tindakan kolaborasi.
  • Melakukan kerja sama dengan jago diet/tim pendukung nutrisi.
  • Memberikan diet cair rendah lemak sehabis selang NG dilepas dan menawarkan garam empedu.
  • Mengkaji kembali investigasi laboratorium.

Diagnosa V :
  • Menjelaskan ganjal an tes persiapannya.
  • Mendiskusikan penurunan BB bila diindikasikan serta perawatan dan pengobatan.
  • Mengkaji ulang proses penyakit/prognosis.
  • Menganjurkan pasien untuk menghindari makanan/minuman tinggi lemak.
  • Menganjurkan semoga pasien beristirahat pada posisi semi-fowler sehabis makan.


Kesimpulan
Cholesistitis merupakan suatu inflamasi pada kandung empedu yang merupakan diagnosa penyerta dari cholelitiasis. Cholesistitis sanggup terjadi oleh beberapa faktor yaitu metabolik, stasis dan peradangan.

Cholesistitis sanggup terjadi secara akut dan kronik pada penderita cholesistitis biasanya akan menimbulkan tanda-tanda nyeri hebat pada epigastrium kanan, berkeringat dan gelisah, mual/muntah, dan tanda-tanda vital meningkat.

Studi diagnosa yang sanggup dilakukan pada penderita cholesistitis antara lain : ultra sound, kolesistogram, CT skan, dan foto abdomen. Sedangkan pada investigasi laboratorium akan ditemukan adanya leukositosis, hiperbilirubin,dan alkali-fosfatase yang meningkat.


Daftar Pustaka
  • Doenges, Marilyn. E, 1999, “Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien”, Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran, EGC ; Jakarta.
  • Ganong William. F, 1998, “Buku Ajaran Fisiologi Kedokteran”, Edisi 17, Penerbit Buku Kedokteran, EGC ; Jakarta.
  • Junaidi. P, dkk, 1982, “Kapitsa Selekta Kedokteran”, Media Aesculapius ; Jakarta.
  • Long. P and Cassmeyer. W, 1991, “Medical-Surgical Nursing Concepts and Clinical Practice”, Fourth Edition, Mosby Year Book.
  • Sodeman. A dan Sodeman. Thomas, 1995, “Sodeman Patofisiologi”, Edisi 7 Jilid II, Hipokrates ; Jakarta.
Untuk mend0wnl0ad laporan pendahuluan cholesistitis dalam bentuk file pdf dan doc, dibawah :
Link Alternatif
Demikian Laporan pendahuluan cholesistitis (radang kandung empedu) lengkap kami bagikan, semoga sanggup membantu teman-teman sejawat dalam menuntaskan kiprah askep, makalah ataupun LP, terima kasih.

Sumber http://bangsalsehat.blogspot.com