Sunday, August 13, 2017

√ Laporan Pendahuluan / Lp Hernia Nukleus Pulposus (Hnp) Lengkap, Download Dalam Bentuk Pdf Dan Ms.Word

Untuk mend0wnl0ad Laporan Pendahuluan / LP Hernia Nukleus Pulposus (HNP) dalam bentuk PDF dan Ms.Word silahkan Klik Dibawah Ini :
untuk melihat Laporan Pendahuluan / LP Hernia Nukleus pulposus (HNP) silahkan lihat dibawah ini.


Laporan Pendahuluan / LP Hernia Nukleus pulposus (HNP)

Pengertian Hernia Nukleus pulposus (HNP)

Hernia Nukleus pulposus (HNP) yaitu Suatu nyeri yang disebabkan oleh proses patologik dikolumna vertebralis pada diskus intervertebralis (diskogenik) (Harsono, 1996)

Hernia Nukleus pulposus (HNP) yaitu keadaan dimana nukleus pulposus keluar menonjol untuk kemudian menekan ke arah kanalis spinalis melalui anulus fibrosis yang robek.

Hernia Nukleus pulposus (HNP) atau potrusi Diskus Intervertebralis (PDI)adalah suatu keadaan dimana terjadi penonjolan pada diskus intervertebralis ke dalam kanalis vertebralis (protrusi diskus ) atau nucleus pulposus yang terlepas sebagian tersendiri di dalam kanalis vertebralis (rupture discus).

Diskus Intervertebralis yaitu lempengan kartilago yang membentuk sebuah ganjal diantara badan vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini digabungkan dalam satu kapsul. Bantalan menyerupai bola dibagian tengah diskus disebut nukleus pulposus. HNP merupakan rupturnya nukleus pulposus. (Brunner & Suddarth, 2002).

Hernia Nukleus Pulposus bisa ke korpus vertebra diatas atau bawahnya, bisa juga eksklusif ke kanalis vertebralis. (Priguna Sidharta, 1990).


Etiologi

HNP sering terjadi pada tempat L4-L5 dan L5 –S1 kemudian pada C5-C6 dan paling jarang terjadi pada tempat torakal, sangat jarang terjadi pada bawah umur dan dewasa tapi kejadiannya meningkat dengan umur sehabis 20 tahun. HNP terjadi lantaran proses degenratif diskus intervetebralis.


Gejala

Gejala utama yang muncul yaitu rasa nyeri di punggung bawah disertai otot-otot sekitar lesi dan nyeri tekan . HNP terbagi atas :

1. HNP sentral

HNP sentral akan menjadikan paraparesis flasid, parestesia, dan retensi urine

2. HNP lateral

Rasa nyeri terletak pada punggung bawah, ditengah-tengah abtra pantat dan betis, belakang tumit dan telapak kaki.Ditempat itu juga akan terasa nyeri tekan. Kekuatan ekstensi jari ke V kaki berkurang dan refleks achiler negatif. Pada HNP lateral L 4-5 rasa nyeri dan tekan didapatkan di punggung bawah, potongan lateral pantat, tungkai bawah potongan lateral, dan di dorsum pedis. Kekuatan ekstensi ibu jari kaki berkurang dan refleks patela negatif. Sensibilitas [ada dermatom yang sdesuai dengan radiks yang terkena menurun. Pada percobaan lasegue atau test mengnagkat tungkai yang lurus (straigh leg raising) yaitu mengangkat tungkai secara lurus dengan fleksi di sendi panggul, akan dirasakan nyeri disepanjang potongan belakang (tanda lasefue positif).


Patofisiologi

Nukleus pulposus terdiri dari jaringan penyambung longgar dan sel-sel kartilago yang memiliki kandungan air yang tinggi. Nukleus pulposus bergerak, cairan menjadi padat dan rata serta melebar di bawah tekanan dan menggelembungkan annulus fibrosus.

Menjebolnya nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nukleus pulposus menekan pada radiks yang tolong-menolong dengan arteri radikulasi berada dalam bungkusan dura. Hal ini terjadi bila penjebolan di sisi lateral. Bilamana tempat herniasinya di tengah, maka tidak ada radiks yang terkena.

Salah satu tanggapan dari syok sedang yang berulangkali mengenai diskus intervertebrais yaitu terobeknya annulus fibrosus. Pada tahap awal, robeknya anulus fibrosus itu bersifat sirkumferensial, lantaran gaya traumatik yang berkali-kali, berikutnya robekan itu menjadi lebih besar dan disamping itu timbul sobekan radikal. Kalau hal ini sudah terjadi, maka soal menjebolnya nukleus pulposus yaitu soal waktu dan syok berikutnya saja.

Protrusi atau ruptur nukleus pulposus biasanya didahului dengan perubahan degeneratif yang terjadi pada proses penuaan. Kehilangan protein polisakarida dalam diskus menurunkan kandungan air nukleus pulposus. Perkembangan pecahan yang menyebar di anulus melemahkan pertahanan pada herniasi nukleus. Setela syok *jatuh, kecelakaan, dan stress minor berulang menyerupai mengangkat) kartilago sanggup cedera. Pada kebanyakan pasien, tanda-tanda syok segera bersifat khas dan singkat, dan tanda-tanda ini disebabkan oleh cedera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa bulan maupun tahun. Kemudian pada degenerasi pada diskus, kapsulnya mendorong ke arah medula spinalis atau mungkin ruptur dan memungkinkan nukleus pulposus terdorong terhadap sakus dural atau terhadap saraf spinal ketika muncul dari kolumna spinal.

Hernia nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nukleus pulposus menekan pada radiks yang tolong-menolong dengan arteria radikularis berada dalam bungkusan dura. Hal ini terjadi kalau tempat herniasi di sisi lateral. Bilamana tempat herniasinya ditengah-tengah tidak ada radiks yang terkena. Lagipula,oleh lantaran pada tingkat L2 dan terus kebawah sudah tidak terdapat medula spinalis lagi, maka herniasi di garis tengah tidak akan menjadikan kompresi pada kolumna anterior.

Setelah terjadi hernia nukleus pulposus sisa duktus intervertebralis mengalami lisis sehingga dua korpora vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan.

Diskus Intervertebralis yaitu lempengan kartilago yang membentuk sebuah ganjal diantara badan vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini digabungkan dalam satu kapsul. Bantalan menyerupai bola dibagian tengah diskus disebut nukleus pulposus. HNP merupakan rupturnya nukleus pulposus. (Brunner & Suddarth, 2002).

Diskus intervertebral dibuat oleh dua komponen yaitu; nukleus pulposus yang terdiri dari serabut halus dan longgar, berisi sel-sel fibroblast dan dibuat oleh anulus fibrosus yang mengelilingi nukleus pulposus yang terdiri dari jaringan pengikat yang kuat.

Nyeri tulang belakang sanggup dilihat pada hernia diskus intervertebral pada tempat lumbosakral, hal ini biasa ditemukan dalam praktek neurologi. Hal ini biasa bekerjasama dengan beberapa luka pada tulang belakang atau oleh tekanan yang berlebihan, biasanya disebabkan oleh lantaran mengangkat beban/ mengangkat tekanan yang berlebihan (berat). Hernia diskus lebih banyak terjadi pada tempat lumbosakral, juga sanggup terjadi pada tempat servikal dan thorakal tapi kasusnya jarang terjadi. HNP sangat jarang terjadi pada bawah umur dan remaja, tetapi terjadi dengan umur sehabis 20 tahun.

Menjebolnya (hernia)nucleus pulposus bisa ke korpus vertebra diatas atau di bawahnya. Bisa juga menjebol eksklusif ke kanalis vertbralis. Menjebolnya sebagian dari nucleus pulposus ke dalam korpus vertebra sanggup dilihat dari foto roentgen polos dan dikenal sebagai nodus Schmorl. Robekan sirkumferensial dan radikal pada nucleus fibrosus diskus intervertebralis berikut dengan terbentuknya nodus schomorl merupakan kelainan mendasari “low back pain”sub kronik atau kronik yang kemudian disusun oleh nyeri sepanjang tungkai yang dikenal sebagai khokalgia atau siatika.

Pathway
Pathway HNP
Untuk mend0wnl0ad pathway HNP doc, DISINI


Manifestasi Klinis

Nyeri sanggup terjadi pada potongan spinal manapun menyerupai servikal, torakal (jarang) atau lumbal. Manifestasi klinis bergantung pada lokasi, kecepatan perkembangan (akut atau kronik) dan efek pada struktur disekitarnya. Nyeri punggung bawah yang berat, kronik dan berulang (kambuh).


Pemeriksaan Diagnostik
  1. RO Spinal : Memperlihatkan perubahan degeneratif pada tulang belakang 
  2. M R I : untuk melokalisasi protrusi diskus kecil sekalipun terutama untuk penyakit spinal lumbal. 
  3. CT Scan dan Mielogram kalau tanda-tanda klinis dan patologiknya tidak terlihat pada M R I 
  4. Elektromiografi (EMG) : untuk melokalisasi radiks saraf spinal khusus yang terkena.

Penatalaksanaan

1. Pembedahan

Tujuan : Mengurangi tekanan pada radiks saraf untuk mengurangi nyeri dan mengubah defisit neurologik.

Jenis - jenis Pembedahan :

a. Disektomi : Mengangkat fragmen herniasi atau yang keluar dari diskus intervertebral
b. Laminektomi : Mengangkat lamina untuk memajankan elemen neural pada kanalis spinalis, memungkinkan andal bedah untuk menginspeksi kanalis spinalis, mengidentifikasi dan mengangkat patologi dan menghilangkan kompresi medula dan radiks
c. Laminotomi : Pembagian lamina vertebra.
d. Disektomi dengan peleburan.

2. Immobilisasi

Immobilisasi dengan mengeluarkan kolor servikal, traksi, atau brace.

3. Traksi

Traksi servikal yang disertai dengan penyanggah kepala yang dikaitkan pada katrol dan beban.

4. Meredakan Nyeri

Kompres lembab panas, analgesik, sedatif, relaksan otot, obat anti inflamasi dan kalau perlu kortikosteroid.


Konsep Asuhan Keperawatan Hernia Nukleus pulposus (HNP)

Pengkajian

1. Anamnesa

Keluhan utama, riwayat perawatan sekarang, Riwayat kesehatan dahulu, Riwayat kesehatan keluarga

2. Pemeriksaan Fisik

Pengkajian terhadap dilema pasien terdiri dari awitan, lokasi dan penyebaran nyeri, parestesia, keterbatasan gerak dan keterbatasan fungsi leher, pundak dan ekstremitas atas. Pengkajian pada tempat spinal servikal mencakup palpasi yang bertujuan untuk mengkaji tonus otot dan kekakuannya.

3. Pemeriksaan Penunjang
  • Foto Rontgen, Foto rontgen dari depan, samping, dan serong) untuk identifikasi ruang antar vertebra menyempit. 
  • Mielografi yaitu investigasi dengan materi kontras melalu tindakan lumbal pungsi dan pemotrata dengan sinar tembus. Apabila diketahiu adanya penyumbatan.hambatan kanalis spinalis yang mungkin disebabkan HNP. 
  • Elektroneuromiografi (ENMG), Untuk menegetahui radiks mana yang terkena / melihat adanya polineuropati. 
  • Scan tomografi, Melihat citra vertebra dan jaringan disekitarnya termasuk diskusi intervertebralis.

Diagnosa Keperawatan
  1. Nyeri b.d Kompresi saraf, spasme otot 
  2. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri, spasme otot, terapi restriktif dan kerusakan neuromuskulus 
  3. Ansietas b.d tidak efektifnya koping individual 
  4. Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi mengenai kondisi, prognosis dan tindakan pengobatan.

Intervensi Keperawatan

Diagnosa. 1.

Nyeri b.d kompresi saraf, spasme otot

Intervensi
  • Kaji keluhan nyeri, lokasi, lamanya serangan, faktor pelopor / yang memperberat. Tetapkan skala 0 – 10 
  • Pertahankan tirah baring, posisi semi fowler dengan tulang spinal, pinggang dan lutut dalam keadaan fleksi, posisi telentang 
  • Gunakan logroll (papan) selama melaksanakan perubahan posisi 
  • Bantu pemasangan brace / korset 
  • Batasi aktifitas selama fase akut sesuai dengan kebutuhan 
  • Ajarkan teknik relaksasi 
  • Kolaborasi : analgetik, traksi, fisioterapi

Diagnosa. 2.

Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri, spasme otot, terapi restriktif dan kerusakan neuromuskulus

Intervensi
  • Berikan / bantu pasien untuk melaksanakan latihan rentang gerak pasif dan aktif 
  • Bantu pasien dalam melaksanakan acara ambulasi progresif 
  • Berikan perawatan kulit dengan baik, masase titik yang tertekan sehabis rehap perubahan posisi. Periksa keadaan kulit dibawah brace dengan periode waktu tertentu. 
  • Catat respon emosi / sikap pada immobilisasi 
  • Demonstrasikan penggunaan alat penolong menyerupai tongkat. 
  • Kolaborasi : analgetik

Diagnosa. 3.

Ansietas b.d tidak efektifnya koping individual

Intervensi
  • Kaji tingkat ansietas pasien 
  • Berikan informasi yang akurat 
  • Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan dilema menyerupai kemungkinan paralisis, efek terhadap fungsi secual, perubahan tugas dan tanggung jawab. 
  • Kaji adanya dilema sekunder yang mungkin merintangi cita-cita untuk sembuh dan mungkin menghalangi proses penyembuhannya. 
  • Libatkan keluarga

Diagnosa. 4.

Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi mengenai kondisi, prognosis

Intervensi
  • Jelaskan kembali proses penyakit dan prognosis dan pembatasan kegiatan 
  • Berikan informasi mengenai mekanika badan sendiri untuk berdiri, mengangkat dan memakai sepatu penyokong 
  • Diskusikan mengenai pengobatan dan imbas sampingnya. 
  • Anjurkan untuk memakai papan / matras yang kuat, bantal kecil yang agak datar dibawah leher, tidur miring dengan lutut difleksikan, hindari posisi telungkup. 
  • Hindari pemakaian pemanas dalam waktu yang lama 
  • Berikan informasi mengenai tanda-tanda yang perlu diperhatikan menyerupai nyeri tusuk, kehilangan sensasi / kemampuan untuk berjalan.

DAFTAR PUSTAKA 

  1. Smeltzer, Suzane C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth edisi 8 Vol 3, Jakarta : EGC, 2002 
  2. Doengoes, ME, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 2, Jakarta : EGC, 2000. 
  3. Tucker,Susan Martin,Standar Perawatan Pasien edisi 5, Jakarta : EGC, 1998. 
  4. Long, Barbara C, Perawatan Medikal Bedah, Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran, 1996. 
  5. Priguna Sidharta, Sakit Neuromuskuloskeletal dalam Praktek, Jakarta : Dian Rakyat, 1996. 
  6. Chusid, IG, Neuroanatomi Korelatif dan Neurologi Fungsional, Yogyakarta : Gajahmada University Press, 1993.


Sumber http://bangsalsehat.blogspot.com