askep merupakan serangkaian tindakan atau asuhan yang akan diberikan perawat kepada seseorang atau kelompok yang sedang mengalami problem atau penyakit tertentu, yang bertujuan sanggup meringankan problem tersebut. seorang perawat tidak terlepas dari yang namanya askep. mulai dari masa kuliah hingga setelah kerja pun akan tetap dikaitkan dengan yang namanya askep.
nah bertujuan membantu teman - teman sejawat disini kami coba membagikan asuhan keperawatan atau askep hipertensi pada lansia. bagi yang membutuhkan silahkan dibaca dan did0wnl0ad pada link yang telah kami sediakan.
Untuk mend0wnl0ad askep hipertensi pada lansia silahkan klik dibawah ini :
Untuk mend0wnl0ad askep hipertensi pada lansia silahkan klik dibawah ini :
![]() |
Askep hipertensi pada lansia |
Laporan pendahuluan pada askep hipertensi pada lansia
KONSEP LANSIA
Proses Menua
Menua (menjadi tua) yaitu suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemamuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti dengan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak sanggup bertahan terhadap abses dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994).
Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut secara alamiah). Dimulai semenjak lahir dan umumnya pada semua makluk hidup. Sampai dikala ini banyak sekali teori yang menerangkan proses menua. Mulai dari teori degeneratif yang didasari oleh habisnya daya cadangan vital, teori terjadinya atropi yaitu teori yang menyampaikan bahwa proses menua yaitu proses evolusi dan teori imunologik yaitu teori adanya produk sampah dari tubuh yang makin bertumpuk. Tetapi menyerupai diketahui lanjut usia akan selalu bergandengan dengan perubahan fisiologis maupun psikologis, yang penting untuk diketahui bahwa acara fisik sanggup menghambat / memperlambat kemunduran fungsi alat tubuh yang disebabkan bertambahnya umur. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi ketuan meliputi : hereditas, nutrisi, status kesehatan, pengalaman hidup, lingkungan dan stress. Menurut UU No. 13 tahun 1998 perihal kesejahteraan lanjut usia yang berbunyi “Lanjut usia yaitu seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas. Sebenarnya lansa merupakan suatu proses alami yang tidak sanggup ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses menjadi renta dan masa renta merupakan masa hidup insan yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial bertahap hingga tidak sanggup melaksanakan tugasnya sehari-hari lagi sehingga bagi kebanyakan orang, masa yang merupakan masa yang kurang menyenangkan
Pembagian Lansia
Menurut organisasi kesehatan dunia lanjut usia meliputi :
1. Serat Wredtama (Mangku Negoro IV)
a. Wong Sepuh Orang renta yang sepi hawa nafsu, menguasai ilmu-ilmu dwitunggal, bisa membedakan antara baik dan buruk, antara sejati dan palsu, diantara Tuhan dan Kawulanga.
b. Tua Sepuh Orang renta yang kosong, tidak tahu rasa, bicara muluk-muluk tanpa isi, tingkah laris yang dibuat-buat dan berlebihan serta memalukan.
2. Serat Kalatida (Ronggo Warsito)
a. Orang yang berbudi sentosa Orang yang meskipun diridhai Tuhan dengan rizki tapi tetap berusaha terus disertai ingat dan waspada.
b. Orang yang lemah Orang renta ynag berputus asa, sudah renta mau apa, sebaiknya hanya menjauhkan diri dari keduniawian semoga menerima kasih sayang Tuhan.
Lansia sanggup dibedakan ke dalam beberapa tipe yang tergantung pada karakter, pengalaman hidupnya, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya. Tipe ini antara lain :
1. Tipe optimis
2. Tipe konstruktif
3. Tipe putus asa
4. Tipe defensif
5. Tipe militan / serius
6. Tipe ketergantungan
7. Tipe murka / frustasi
Menurut kemampuan dalam bangkit sendiri para lansia sanggup digolongkan dalam kelompok antara lain,,:
Proses Menua
Menua (menjadi tua) yaitu suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemamuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti dengan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak sanggup bertahan terhadap abses dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994).
Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut secara alamiah). Dimulai semenjak lahir dan umumnya pada semua makluk hidup. Sampai dikala ini banyak sekali teori yang menerangkan proses menua. Mulai dari teori degeneratif yang didasari oleh habisnya daya cadangan vital, teori terjadinya atropi yaitu teori yang menyampaikan bahwa proses menua yaitu proses evolusi dan teori imunologik yaitu teori adanya produk sampah dari tubuh yang makin bertumpuk. Tetapi menyerupai diketahui lanjut usia akan selalu bergandengan dengan perubahan fisiologis maupun psikologis, yang penting untuk diketahui bahwa acara fisik sanggup menghambat / memperlambat kemunduran fungsi alat tubuh yang disebabkan bertambahnya umur. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi ketuan meliputi : hereditas, nutrisi, status kesehatan, pengalaman hidup, lingkungan dan stress. Menurut UU No. 13 tahun 1998 perihal kesejahteraan lanjut usia yang berbunyi “Lanjut usia yaitu seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas. Sebenarnya lansa merupakan suatu proses alami yang tidak sanggup ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses menjadi renta dan masa renta merupakan masa hidup insan yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial bertahap hingga tidak sanggup melaksanakan tugasnya sehari-hari lagi sehingga bagi kebanyakan orang, masa yang merupakan masa yang kurang menyenangkan
Pembagian Lansia
Menurut organisasi kesehatan dunia lanjut usia meliputi :
- Usia pertengahan (middle age) : usia 45-54 tahun
- Lanjut suia (elderly) : antara 60-74 tahun
- Lanjut usia renta (old) : antara 75-90 tahun
- Usia sangat renta (very old) : di atas 90 tahun.
- Tipe pandai bijaksana
- Tipe mandiri
- Tipe tidak puas
- Tipe pasrah
- Tipe bingung
1. Serat Wredtama (Mangku Negoro IV)
a. Wong Sepuh Orang renta yang sepi hawa nafsu, menguasai ilmu-ilmu dwitunggal, bisa membedakan antara baik dan buruk, antara sejati dan palsu, diantara Tuhan dan Kawulanga.
b. Tua Sepuh Orang renta yang kosong, tidak tahu rasa, bicara muluk-muluk tanpa isi, tingkah laris yang dibuat-buat dan berlebihan serta memalukan.
2. Serat Kalatida (Ronggo Warsito)
a. Orang yang berbudi sentosa Orang yang meskipun diridhai Tuhan dengan rizki tapi tetap berusaha terus disertai ingat dan waspada.
b. Orang yang lemah Orang renta ynag berputus asa, sudah renta mau apa, sebaiknya hanya menjauhkan diri dari keduniawian semoga menerima kasih sayang Tuhan.
Lansia sanggup dibedakan ke dalam beberapa tipe yang tergantung pada karakter, pengalaman hidupnya, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya. Tipe ini antara lain :
1. Tipe optimis
2. Tipe konstruktif
3. Tipe putus asa
4. Tipe defensif
5. Tipe militan / serius
6. Tipe ketergantungan
7. Tipe murka / frustasi
Menurut kemampuan dalam bangkit sendiri para lansia sanggup digolongkan dalam kelompok antara lain,,:
- Lansia sanggup bangkit diatas kaki sendiri sepenuhnya
- Lansia sanggup bangkit diatas kaki sendiri dengan tunjangan eksklusif keluarganya
- Lansia sanggup bangkit diatas kaki sendiri dengan tunjangan tidak langsung
- Lansia dibantu oleh tubuh sosial
- Lansia panti sosal tresna werdha
- Lansia yang dirawat di RS
- Lansia yang menderita gangguan mental
TINJAUAN TEORI HIPERTENSI PADA LANSIA
Latar Belakang
Dari banyak penelitian epidemiologi didapatkan bahwa dengan meningkatnya umur dan Tekanan darah meninggi. Hipertensi menjadi problem pada lanjut usia lantaran sering ditemukan dan menjadi fakfor utama stroke, payah jantung dan penyakit jantung dan ceroba vaskuler. Secara kasatmata janjkematian lantaran CUD, morbiditas penyakit kardiovaskuler menurun dengan pengobatan hipertensi. Saat ini penelitian longitudinal telah pertanda hal ini pada pengobatan hipertensi diastolic.
Pengertian dan Klasifikasi
Definisi
- Hpertensi didefinisikan sebagai TD persisten diaman tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg (Smeltzer & Bare, 2001 : 896).
- Hiperetnsi yaitu peningkatan tekanan darah yang menetap di atas batas normal yang disepakati yaitu : diastolic 90 mmHg / sistolik 140 mmHg (Kee & Hayes, 1996 : 479). - Hipertensi yaitu peningkatan tekanan darah yang menetap di atas batas normal yang disepakati yaitu : diastolic 90 mmHg / sistolik 140 mmHg (Price & Wilson, 1995 : 933).
- Hipertensi pada tekanan sistolik sama / lebih besar dari 140 mmHg / tekanan diastolic sama / lebih besar dari 140 mmHg
- Hipertensi sistolik terisolasi : tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg, dan tekanan diastolic lebih rendah dari 90 mmHg Pada hipertensi sistolik ini masih controversial. Mengenai sasaran tekanan darah dianjurkan penurunan yang bertahap hingga sekitar sistolik 140-160 mmHg. (R.P. Sidabular, 1974).
Klasifikasi hipertensi
Kategori | Sistolik, mmHg | Diastolik, mmHg |
Normal + Normal tinggi Hipertensi I Stadium 1 (ringan) Stadium 2 (sedang) Stadium 3 (berat) Stadium 4 (sangat berat) | < 130 130-139 140-159 160-179 180-209 > 210 | < 85 85-89 90-99 100-109 110-119 > 120 |
Etiologi
Berdasar penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
1. Hipertensi primer / esensial
Yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya, tetapi ada beberapa faktor penunjang antara lain :
- Herediter
- Lingkungan
- Hiperaktivitas
- Susunan syaraf simpatis
- Sistem rennin ongiotensin
- Defek dalam mensekresi Na
- Faktor-faktor yang meningkatkan resiko menyerupai : alcohol, merokok serta polistemia, stress (Ignativicius, 1991 : 2197).
Yaitu terhadap sekitar 5% kasus penyebab spesifiknya diketahui menyerupai penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskuler renal, hiperal dias teronisme primer dan sindrom cushing, feokromasitoma, koarktasio aorta, hipertensi yang bekerjasama dengan kehamilan, penggunaan konstrasepsi oral, penyakit renal vaskuler dan renal parendrymal, kelainan endokrin, tumor otak, encephalitis, peningkatan volume introvaskuler, luka bakar.
Patofisiologi
Tekanan darah yang meningkat pada penyakit hipertensi menimbulkan fatwa darah meningkat. Sehingga dalam pembuluh darah terjadi sclerosis yang kemudian fatwa darah tersebut menjadi statis (adanya retensi garam). Hal tersebut menimbulkan peningkatan kerja jantung yang ditandai dengan peningkatan kontraksi otot jantung sehingga otot jantung mengalami pembesaran dan menimbulkan penurunan cardiac output.
Peningkatan tekanan darah sanggup menimbulkan sclerosis yang menimbulkan pengecilan pembuluh darah. Jika dalam serebral terjadi peningkatan vaskuler (aliran darah) lantaran adanya peningkatan ini menimbulkan fatwa darah turun, sehingga suplai darah ke otak kurang dan sanggup terjadi nyeri.
Karena suplai darah ke otak berkurang maka O2 yang diedarkan oleh darah ke otak menjadi berkurang pula, sehingga terjadi gangguan perfusi jaringan. Dampak hipertensi pada ginjal terjadi vaskontriksi pembuluh darah ginjal yang menimbulkan penurunan fatwa darah. Hal ini menimbulkan rennin (yang merupakan enzim yang disekresi oleh sel junkta glomerulus ginjal) bekerja pada substratnya berupa pembentukan engiotensin peptida II yang besar lengan berkuasa terhadap aldosteron untuk mengikat natrium dan air ke inter stisial, hal tersebut menimbulkan peningkatan volume cairan dalam tubuh.
Perubahan fisik pada lansia terkait dengan penyakit hipertensi :
• Perubahan sistem kardiovaskuler
- Elastisitas, dinding aorta menurun
- Katub jantung menebal dan menjadi kaku
- Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sehabis umur 20 tahun, hal ini menimbulkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
- Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa menimbulkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing mendadak)
- Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatknya resistensi dari pembuluh darah perifer, sistolis normal ± 170 mmHg. Distolis normal ± 90 mmHg. Dengan adanya penurunan suplai O2 ke otak maka kebutuhan otak akan O2 berkurang. Hal tersebut sanggup menimbulkan pingsan pada kesudahannya akan terjadi resiko injuri.
Fathway
![]() |
Askep Hipertensi pada lansia |
Komplikasi
Pada umumnya komplikasi terjadi pada hipertensi berat yaitu bila tekanan diastolic 130 mmHg atau pada kenaikan tekanan darah yang terjadi secara mendadak dan tinggi.
Beberapa negara memiliki referensi komplikasi yang berbeda-beda. Di Jepang gangguan serebravaskuler lebih mencolok dibandingkan dengan kelainan organ yang lain, sedangkan di Amerika dan Eropa komplikasi jantung ditemukan lebih banyak. Di Indonesia belum ada data mengenai hal ini, akan tetapi komplikasi serebral vaskuler dan komplikasi jantung sering ditemukan.
Pada hipertensi ringan dan sedang komplikasi yang terjadi yaitu pada mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan pengelihatan hingga dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi berat disamping kelainan koroner dan miokardio. Pada otak sering terjadi perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya mikroorganisme yang sanggup menimbulkan kematian. Kelainan lain yang sanggup terjadi yaitu proses tromboembali dan serangan iskemia otak sementara (transisent ischeemic attack). Gagal ginjal sering dijumpai sebagai komplikasi hipertensi yang usang dan pada proses akut pada hipertensi maligna.
Manifestasi Klinis
1. Neurologi
- Pusing / migraine
- Penurunan kemampuan berbicara
- Disfungsi sistem syaraf
- Infeksi serebral
- Infark otak
- Perdarahan serebral
- Edema cerebral
- Stroke
- Hemiplegia
2. Gastro intestinal
- Mual
- Muntah
3. Urologi
- Poliuria
- Nokturia
- Hematuria mikroskopik
- Palidipsi
- Azotemia
- Gagal ginjal
- Proteinuria
- Mycocardiac infark
- Sesak nafas
- Mudah marah
- Cemas
- Sulit tidur
- Gangguan tajam pengelihatan
- Pandangan akbur
- Kebutaan
- Retinopati
Pemeriksaan Diagnostik
- Haemoglobine / hematokrit : bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan sanggup mengindetifikasi faktor-faktor resiko menyerupai hiperkoagulabilitas, anemia
- Kreatinin : menawarkan informasi perihal perfusi / fungsi ginjal
- Glukosa : hiperglikemia sanggup diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin
- Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisyaratkan difungsi ginjal atau adanya diabetes
- Pemeriksaan Tiroid : hipertiroidimse sanggup menimbulkan vasokontriksi dan hipertensi
- CT Scan : mengkaji cerebral, CSU, ensevalopati / feokromositoma
- EKB : sanggup memperlihatkan pembesaran jantung, referensi regangan, gangguan konduksi
- Foto dada : sanggup memperlihatkan obtruksi pembagian terstruktur mengenai pada area katub, defisit pada torik aorta, pembesaran jantung
- IVP : sanggup mengidentifikasi penyebab hipertensi menyerupai penyakit parenkim ginjal, watu ginjal / uterter (Doengoes, 1999).
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada penderita hipertensi terdiri dari penatalaksanaan non farmakologis dan famarkologis.
Penatalaksanaan non farmakologis terdiri dari :
- Penurunan berat badan
- Pembatasan alcohol
- Pembatasan konsumsi natrium
- Pembatasan penggunaan tembakau
- Latihan dan relaksasi
- Diuretik (chlorthalidone chygraton)
- Diuretika pengganti kalium
- Diuretika loop (frerasemide (lasik)
- Inhibitor asenergik (propanoloc (iinderal)
- Vaskodilaton (hydrolazine hydrocholoride (apresoline)
- Penghambat enzim pengubah angiotensin (captopril (capoten)
- Antagonis kalsium (diltiazem hydrochloride (cardizem)
ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI PADA LANSIA
Pengkajian Fokus
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda :
- Frekuensi jantung meningkat
- Perubahan irama jantung
- Takipnea
- Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup dan penyakit cerebravaskuler
- Episode palpitasi, perspirasi
- Kenaikan TD
- Hipotensi postural
- Frekuensi / irama takikardi, aneka macam disritmia
- Mumur stenosis valvular
Gejala :
- Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau murka kronik.
- Faktor-faktor multiple
- Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan yang meledak
- Gerak tubuh empati, otot muka tegang, gerakan fisik cepat, peningkatan referensi bicara
Gejala :
- gangguan ginjal dikala ini / yang lalu. 5. Makanan / cairan
- Makanan yang disukai yang meliputi makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol
- Mual muntah
- Perubahan berat badan
- Riwayat penggunaan diuretik
- BB naik atau obesitas
Gejala :
- Keluhan pening / pusing
- Berdenyut, sakit kepala suboksipital
- Kelemahan pada satu sisi tubuh
- Episode epistaksis
- Status mental : perubahan keterjagaan, orientasi, memori
- Respon motorik : penurunan kekuatan gangguan tangan
Gejala :
- Angin
- Nyeri hilang timbul pada tungkai
- Sakit kepala oksipital berat
- Nyeri abdomen / massa
Gejala :
- Dispnea yang berkaitan dengan acara / kerja
- Takipnea, ortopnea, dispnea noktural paroksimal
- Riwayat merokok
- Distres respirasi
- Bunyai nafas tambahan
- Sianosis
Gejala :
- Gangguan koordinasi / cara berjalan
- Espisode parestesia unilateral transient
- Hipotensi pastural
J. Fokus Intervensi dan Rasional
1. Resiko penurunan curah jantung bekerjasama dengan beban selesai meningkat, vasokontriksi iskemik miokard
TUM : Tidak terjadi penurunan curah jantung.
TUK :
- TD meningkat
- Nadi 80 x/mnt
- Pengikisan kapiler < 3 detik - Suhu 36,5
- 37 0C - RR 16-24 x/mnt
Intervensi :
a. Monitor tanda vital dan pengikisan kapiler
Rasional : perbandingan dari tekanan menawarkan citra yang lebih lengkap perihal keterlibatan / bidang problem vaskuler.
b. Auskultasi suara nafas
Rasional : 54 umum terdengar pada pasien hipertensi berat lantaran adanya hipertrofi atrium, perkembangan s3 memperlihatkan hipertensi ventrikel dan kerusakan fungsi.
c. Berikan lingkungan yang hening dan nyaman
Rasional : membantu untuk menurunkan rangsang simpati, meningkatkan relaksasi.
d. Lakukan tindakan-tindakan yang nyaman menyerupai pinjatan punggung dan leher, meninggikan kepala daerah tidur
Rasional : mengurangi ketidaknyamanan dan sanggup menurunkan rangsang sipatis.
e. Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi, acara Pengalihan
Rasional : sanggup mengurangi ketegangan otot dan melancarkan fatwa darah.
2. Nyeri (sakit kepala) bekerjasama dengan peningkatan tekanan vaskuler cerebral
TUM : nyeri berkurang hingga dengan hilang
TUK :
- Skala nyeri < 3
- Ekpresi wajah rileks
- Klien menyatakan nyeri berkurang / hilang
a. Kaji status nyeri (skala, Durasi, irama, kualitasnya)
Rasional : acara yang meningkatkan vasokontriksi menimbulkan sakit kepala lantaran adanya peningkatan tekanan vaskulercerebral
b. Pertahankan tirah baring
Rasional : meminimalkan stimulasi / meningkatkan relaksasi.
c. Anjurkan teknik relaksasi dan distraksi
Rasional : tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler dan yang memperlambat / memblok respon simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.
d. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan
Rasional : pusing dan pengelihatan kabur sering bekerjasama dengan sakit kepala.
e. Berikan cairan, makanan lunak, perawatan yang teratur bila terjadi perdarahan hidung / kompres hidung telah dilakukan untuk menghentikan perdarahan
Rasional : meningkatkan kenyamanan umum.
3. Risiko perubahan perfusi jaringan bekerjasama dengan gangguan sirkulasi
TUM : perfusi jaringan adekuat
TUK :
- TD naik
- Nadi 80 x/mnt
- Suhu 36,5 – 37 oC
- RR 16-24 x/mnt
- Tak ada keluhan sakit kepala / pusing
a. Pertahankan tirah baring
Rasional : tirah baring membantu kebutuhan energi.
b. Monitor tanda vital
Rasional : untuk mengetahui / mengkaji keadaan klien.
c. Monitor balance cairan
Rasional : cairan yang berlebihan menurunkan sirkulasi O2.
d. Kolaborasi pemberian obat anti hipertensi
Rasional : untuk menurunkan tekanan darah.
4. Risiko tinggi kelebihan volume cairan bekerjasama dengan kelebihan intake garam dalam diet, pemenuhan prosedur regulasi hemodinamik neurology dan sistem renal.
TUM : tidak terjadi keletihan volume cairan.
TUK :
- Tidak ada edema
- Bunyi paru bersih
- Balance seimbang
a. Kaji diet klien terhadap in adekuat masukan protein / kelebihan natrium
Rasional : penurunan fatwa ginjal menimbulkan peningkatan aldosteron dan sekresi hormon antidiuretik, menimbulkan retensi air dan natrium dan ekskresi kalium.
b. Dorong klien untuk menurunkan masukan garam
Rasional : penurunan fatwa ginjal menimbulkan peningkatan aldesteron disekresi hormon anti deuretik, menimbulkan retensi air dan Na dan sekresi kalium.
c. Pastikan dengan dokter apakah sanggup memakai garam tambahan
Rasional : ammonium meningkatkan kadar ammonia serum dan sanggup menunjang koma hepatic.
d. Lakukan tindakan untuk melindungi edema kulit dari cedera
Rasional : kulit edema tegang dan gampang cedera, kulit kering lebih rentan untuk rusak dan cidera.
5. Resiko tinggi injury bekerjasama dengan O2 ke otak menurun
TUM : tidak terjadi injury
Interensi :
a. Orientasikan individu terhadap sekeliling
Rasional : mengenalkan individu pada yang dirasa bahaya.
b. Awasi individu secara ketat
Rasional : mempersiapkan diri untuk memberi pertolongan bila dibutuhkan.
c. Gunakan lampu malam
Rasional : menghindari kecelakaan.
d. Anjurkan individu untuk meminta tunjangan selama serangan
Rasional : mengurangi resiki kecelakaan.
e. Pertahankan daerah tidur pada ketinggian paling rendah
Rasional : mengurangi resiko jatuh.
f. Mintalah tekan sekamar, bila bisa untuk mengingatkan perawatan perihal adanya masalah
Rasional : untuk segera memberi tunjangan kepada klien bila terjadi edema.
Daftar Pustaka
![]() |
Askep hipertensi pada lansia |
Sumber http://bangsalsehat.blogspot.com