Asuhan Keperwatan Katarak lengkap, bagi teman-teman sejawat yang membutuhkan nya d0wnl0ad dalam Ms.Word DISINI
Salam sahabat - sahabat sejawat semua, terima kasih sudah berkunjung ke blog kami, pada kesempatan kali ini admin akan mencoba membahas wacana askep katarak, asuhan keperawatan katarak atau askep katarak yakni rangkaian tindakan atau asuhan yang akan diberikan oleh perawat kepada klien yang sedang menderita penyakit lupus, lupus itu sendiri yakni lensa mata yang menjadi keruh, sehingga cahaya tidak sanggup menembusnya, bervariasi sesuai tingkatannya dari sedikit hingga keburaman total. Dalam perkembangannya katarak yang terkait dengan usia penderita sanggup menimbulkan pengerasan lensa, menimbulkan penderita menderita miopi, berwarna kuning menjadi coklat/putih secara sedikit demi sedikit dan keburaman lensa sanggup mengurangi persepsi akan warna biru
Katarak yakni nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang menimbulkan pengurangan visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan di dalam mata, ibarat melihat air terjun.
Jenis katarak yang paling sering ditemukan yakni katarak senilis dan katarak senilis ini merupakan proses degeneratif (kemunduran ). Perubahan yang terjadi bersamaan dengan presbiopi, tetapi disamping itu juga menjadi kuning warnanya dan keruh, yang akan mengganggu pembiasan cahaya.
Walaupun disebut katarak senilis tetapi perubahan tadi sanggup terjadi pada umur pertengahan, pada umur 70 tahun sebagian individu telah mengalami perubahan lensa walau mungkin hanya menimbulkan sedikit gangguan penglihatan.
ETIOLOGI
Berbagai macam hal yang sanggup mencetuskan katarak antara lain (Corwin,2000):
PATOFISIOLOGI
Lensa yang normal yakni struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk ibarat kancing baju, memiliki kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yan mengelilingi keduanya yakni kapsula anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan . Di sekitar opasitas terdapat densitas ibarat duri di anterior dan poterior nukleus. Opasitaspada kapsul poterior merupakan bentuk aktarak yang paling bermakna ibarat kristal salju.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa menimbulkan hilangnya traansparansi. Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memaenjang dari tubuh silier ke sekitar kawasan di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa sanggup menimbulkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain menyampaikan bahwa suatu enzim memiliki kiprah dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak sanggup terjaadi bilateral, sanggup disebabkan oleh insiden stress berat atau sistemis (diabetes) tetapi paling sering lantaran adanya proses penuaan yang normal. Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak mencakup radiasi sinar UV, obat-obatan, alkohol, merokok, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu yang lama.
Pathway
MANIFESTASI KLINIK
Katarak didiagnosis terutama dengan tanda-tanda subjektif. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional hingga derajat tertentu yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi. Temuan objektif biasanya mencakup pengembunann ibarat mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak aakan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya yakni pendangan menjadi kabur atau redup, emnyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih.
KLASIFIKASI KATARAK
Katarak sanggup diklasifikasikan berdasarkan umur penderita:
Katarak Senil sendiri terdiri dari 4 stadium, yaitu:
Klasifikasi katarak berdasarkan lokasi terjadinya:
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
PENATALAKSANAAN
Bila penglihatan sanggup dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi besar lengan berkuasa hingga ke titik di mana pasien melaksanakan kegiatan sehari-hari, maka penanganan biasanya konservatif. Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan kalau koreksi tajam penglihatan yang terbaik yang sanggup dicapai yakni 20/50 atau lebih jelek lagi kalau ketajaman pandang menghipnotis keamanan atau kualitas hidup, atau kalau visualisasi segmen posterior sangat perlu untuk mengevaluasi perkembangan banyak sekali penyakit retina atau sarf optikus, ibarat diabetes dan glaukoma.
Ada 2 macam teknik pembedahan ;
KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi dari penyakit katarak, yaitu : nistagmus dan strabismus dan kalau katarak dibiarkan maka akan mengganggu penglihatan dan akan menimbulkan komplikasi penyakit berupa glukoma dan uveitis.
PENCEGAHAN KATARAK
1. Aktifitas Istirahat
Perubahan aktifitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.
2. Neurosensori
Gangguan penglihatan kabur/tak jelas, sinar terang menyababkan silau dengan kehilangan sedikit demi sedikit penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/merasa diruang gelap. Penglihatan berawan/kabur, tampak bundar cahaya/pelangi di sekitar sinar, perubahan kacamata, pengobatan tidak memperbaiki penglihatan, fotofobia ( glukoma akut ). Tanda : Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), pupil menyempit dan merah/mata keras dan kornea berawan (glukoma darurat, peningkatan air mata.
3. Nyeri / Kenyamanan
Ketidaknyamanan ringan / mata berair. Nyeri tiba-tiba / berat menetap atau tekanan pada atau sekitar mata, sakit kepala
DIAGNOSA KEPERAWATAN
INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa 1.
Resiko tinggi terhadap cedera berafiliasi dengan kehilangan vitreus, perdarahan intraokuler, peningkatan TIO ditandai dengan :
Kriteria hasil :
Diagnosa 2.
Gangguan peersepsi sensori-perseptual penglihatan berafiliasi dengan gangguan penerimaan sensori/status organ indera, lingkungna secara terapetik dibatasi. Ditandai dengan :
Kriteria Hasil :
Diagnosa 3.
Kurang pengetahuan wacana kondisi, prognosis, pengobatan berafiliasi dengan tidak mengenal sumber informasi, kurang terpajan/mengingat, keterbatasan kognitif, yang ditandai dengan :
Kriteria Hasil : Melakukan dengan mekanisme benar dan menjelaskan alasan tindakan.
Intervensi :
DAFTAR PUSTAKA
Sumber http://bangsalsehat.blogspot.comSalam sahabat - sahabat sejawat semua, terima kasih sudah berkunjung ke blog kami, pada kesempatan kali ini admin akan mencoba membahas wacana askep katarak, asuhan keperawatan katarak atau askep katarak yakni rangkaian tindakan atau asuhan yang akan diberikan oleh perawat kepada klien yang sedang menderita penyakit lupus, lupus itu sendiri yakni lensa mata yang menjadi keruh, sehingga cahaya tidak sanggup menembusnya, bervariasi sesuai tingkatannya dari sedikit hingga keburaman total. Dalam perkembangannya katarak yang terkait dengan usia penderita sanggup menimbulkan pengerasan lensa, menimbulkan penderita menderita miopi, berwarna kuning menjadi coklat/putih secara sedikit demi sedikit dan keburaman lensa sanggup mengurangi persepsi akan warna biru
dokumentasi askep katarak biasanya sering dibentuk oleh seorang mahasiswa keperawatan yang sedang praktek dirumah sakit biasanya kasus ini lebih banyak ditemukan diruangan penyakit mata, dan juga askep katarak sering pula dibentuk oleh mahasiswa profesi ners yang sedang menjalankan keprofesian dirumah sakit. dan juga bagi perawat yang sudah bekerja juga sering menciptakan dokumentasi askep katarak untuk keperluan menciptakan jurnal atau pun makalah yang bermanfaat sebagai syarat semoga sanggup menjadi seorang pegawai tetap dalam sebuah rumah sakit.
dalam sebuah askep katarak biasanya untuk kelengkapannya dilengkapi dengan laporan pendahuluan yaitu tinjauan teori yang dibentuk untuk mengawali pembuatan askep katarak, susunan askep katarak terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. menciptakan sebuah askep katarak yang baik bukanlah pekara yang gampang namun juga bukan pekara yang amat sulit, didalam penyusunan nya setidaknya kita harus memiliki landasan teori wacana penyakit katarak yang biasa disebut dengan laporan pendahuluan / LP katarak. yang dijadikan patokan untuk menegakkan diagnosa - diagnosa medis dan diagnosa keperawatan berdasarkan perjalanan penyakit katarak tersebut.
bertujuan untuk membantu sahabat sejawat yang lagi membutuhkan asuhan keperawatan katarak atau askep katarak. disini kami mencoba menuliskan askep katarak yang mungkin sanggup dijadikan tumpuan bagi sahabat sejawat sekalian dalam pembuatan kiprah perkuliahan maupun kiprah pekerjaan.
sepakat bagi sahabat - sahabat yang membutuhkan silahkan dibaca dan boleh copy askep katarak yang kami sediakan dibawah ini.
Askep Katarak |
LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP KATARAK
DEFINISIKatarak yakni nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang menimbulkan pengurangan visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan di dalam mata, ibarat melihat air terjun.
Jenis katarak yang paling sering ditemukan yakni katarak senilis dan katarak senilis ini merupakan proses degeneratif (kemunduran ). Perubahan yang terjadi bersamaan dengan presbiopi, tetapi disamping itu juga menjadi kuning warnanya dan keruh, yang akan mengganggu pembiasan cahaya.
Walaupun disebut katarak senilis tetapi perubahan tadi sanggup terjadi pada umur pertengahan, pada umur 70 tahun sebagian individu telah mengalami perubahan lensa walau mungkin hanya menimbulkan sedikit gangguan penglihatan.
ETIOLOGI
Berbagai macam hal yang sanggup mencetuskan katarak antara lain (Corwin,2000):
- Usia lanjut dan proses penuaan
- Congenital atau sanggup diturunkan.
- Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, ibarat merokok atau materi beracun lainnya.
- Katarak sanggup disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (misalnya diabetes) dan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).
- Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.
- Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti: penyakit/gangguan metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes melitus.
- Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
- Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang, ibarat kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.
- Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik (Admin,2009).
PATOFISIOLOGI
Lensa yang normal yakni struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk ibarat kancing baju, memiliki kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yan mengelilingi keduanya yakni kapsula anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan . Di sekitar opasitas terdapat densitas ibarat duri di anterior dan poterior nukleus. Opasitaspada kapsul poterior merupakan bentuk aktarak yang paling bermakna ibarat kristal salju.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa menimbulkan hilangnya traansparansi. Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memaenjang dari tubuh silier ke sekitar kawasan di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa sanggup menimbulkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain menyampaikan bahwa suatu enzim memiliki kiprah dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak sanggup terjaadi bilateral, sanggup disebabkan oleh insiden stress berat atau sistemis (diabetes) tetapi paling sering lantaran adanya proses penuaan yang normal. Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak mencakup radiasi sinar UV, obat-obatan, alkohol, merokok, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu yang lama.
Pathway
Pathway Katarak |
MANIFESTASI KLINIK
Katarak didiagnosis terutama dengan tanda-tanda subjektif. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional hingga derajat tertentu yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi. Temuan objektif biasanya mencakup pengembunann ibarat mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak aakan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya yakni pendangan menjadi kabur atau redup, emnyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih.
KLASIFIKASI KATARAK
Katarak sanggup diklasifikasikan berdasarkan umur penderita:
- Katarak Kongenital,
- Katarak Juvenil,
- Katarak Senil,
Katarak Senil sendiri terdiri dari 4 stadium, yaitu:
- Stadium awal (insipien). Pada stadium awal (katarak insipien) kekeruhan lensa mata masih sangat minimal, bahkan tidak terlihat tanpa memakai alat periksa. Pada dikala ini seringkali penderitanya tidak mencicipi keluhan atau gangguan pada penglihatannya, sehingga cenderung diabaikan. Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior ( katarak kortikal ). Vakuol mulai terlihat di dalam korteks. Katarak sub kapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan dan korteks berisi jaringan degenerative(benda morgagni)pada katarak insipient kekeruhan ini sanggup menimbulkan poliopia oleh lantaran indeks refraksi yang tidak sama pada semua belahan lensa. Bentuk ini kadang kala menetap untuk waktu yang lama. (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).
- Stadium imatur. Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa. Pada stadium ini terjadi hidrasi kortek yang menimbulkan lensa menjadi bertambah cembung. Pencembungan lensa akan mmberikan perubahan indeks refraksi dimana mata akan menjadi mioptik. Kecembungan ini akan menimbulkan pendorongan iris kedepan sehingga bilik mata depan akan lebih sempit.( (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).
- Stadium matur. Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bahu-membahu hasil desintegrasi melalui kapsul. Didalam stadium ini lensa akan berukuran normal. Iris tidak terdorong ke depan dan bilik mata depan akan memiliki kedalaman normal kembali. Kadang pada stadium ini terlihat lensa berwarna sangat putih akibatperkapuran menyeluruh lantaran deposit kalsium ( Ca ). Bila dilakukan uji bayangan iris akan terlihat negatif.( Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).
- Stadium hipermatur. Katarak yang terjadi akibatkorteks yang mencair sehingga masa lensa ini sanggup keluar melalui kapsul. Akibat pencairan korteks ini maka nukleus "tenggelam" kearah bawah (jam 6)(katarak morgagni). Lensa akan mengeriput. Akibat masa lensa yang keluar kedalam bilik mata depan maka sanggup timbul penyulit berupa uveitis fakotoksik atau galukoma fakolitik (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).
- Katarak Intumesen.
- Katarak Brunesen.
Klasifikasi katarak berdasarkan lokasi terjadinya:
- Katarak Inti ( Nuclear ), Merupakan yang paling banyak terjadi. Lokasinya terletak pada nukleus atau belahan tengah dari lensa. Biasanya lantaran proses penuaan.
- Katarak Kortikal, Katarak kortikal ini biasanya terjadi pada korteks. Mulai dengan kekeruhan putih mulai dari tepi lensa dan berjalan ketengah sehingga mengganggu penglihatan. Banyak pada penderita DM.
- Katarak Subkapsular. Mulai dengan kekeruhan kecil dibawah kapsul lensa, sempurna pada lajur jalan sinar masuk. DM, renitis pigmentosa dan pemakaian kortikosteroid dalam jangka waktu yang usang sanggup mencetuskan kelainan ini. Biasanya sanggup terlihat pada kedua mata.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
- Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.
- Lapang Penglihatan : penuruan mngkin lantaran massa tumor, karotis, glukoma.
- Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
- Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
- Tes Provokatif : memilih adanya/ tipe gllukoma
- Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan.
- Darah lengkap, LED : memperlihatkan anemi sistemik / infeksi.
- EKG, kolesterol serum, lipid
- Tes toleransi glukosa : kotrol DM
PENATALAKSANAAN
Bila penglihatan sanggup dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi besar lengan berkuasa hingga ke titik di mana pasien melaksanakan kegiatan sehari-hari, maka penanganan biasanya konservatif. Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan kalau koreksi tajam penglihatan yang terbaik yang sanggup dicapai yakni 20/50 atau lebih jelek lagi kalau ketajaman pandang menghipnotis keamanan atau kualitas hidup, atau kalau visualisasi segmen posterior sangat perlu untuk mengevaluasi perkembangan banyak sekali penyakit retina atau sarf optikus, ibarat diabetes dan glaukoma.
Ada 2 macam teknik pembedahan ;
- Ekstraksi katarak intrakapsuler Adalah pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan.
- Ekstraksi katarak ekstrakapsuler Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai hingga 98 % pembedahan katarak. Mikroskop dipakai untuk melihat struktur mata selama pembedahan.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi dari penyakit katarak, yaitu : nistagmus dan strabismus dan kalau katarak dibiarkan maka akan mengganggu penglihatan dan akan menimbulkan komplikasi penyakit berupa glukoma dan uveitis.
PENCEGAHAN KATARAK
- Mengontrol penyakit yang berafiliasi dengan katarak dan menghindari faktor faktor yang mempercepat terbentuknya katarak.
- \Menggunakan beling mata hitam ketika berada di luar ruangan pada siang hari sanggup mengurangi jumlah sinar ultraviolet yang masuk ke dalam mata.
- Berhenti merokok sanggup mengurangi resiko terjadinya katarak.
- Mengkonsumsi buah-buahan yang banyak mengandung vit C, vit A dan vit E
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KATARAK
PENGKAJIAN.KEPERAWATAN1. Aktifitas Istirahat
Perubahan aktifitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.
2. Neurosensori
Gangguan penglihatan kabur/tak jelas, sinar terang menyababkan silau dengan kehilangan sedikit demi sedikit penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/merasa diruang gelap. Penglihatan berawan/kabur, tampak bundar cahaya/pelangi di sekitar sinar, perubahan kacamata, pengobatan tidak memperbaiki penglihatan, fotofobia ( glukoma akut ). Tanda : Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), pupil menyempit dan merah/mata keras dan kornea berawan (glukoma darurat, peningkatan air mata.
3. Nyeri / Kenyamanan
Ketidaknyamanan ringan / mata berair. Nyeri tiba-tiba / berat menetap atau tekanan pada atau sekitar mata, sakit kepala
DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Resiko tinggi terhadap cedera berafiliasi dengan kehilangan vitreus, perdarahan intraokuler, peningkatan TIO
- Gangguan peersepsi sensori-perseptual penglihatan berafiliasi dengan gangguan penerimaan sensori/status organ indera, lingkungna secara terapetik dibatasi
- Kurang pengetahuan wacana kondisi, prognosis, pengobatan berafiliasi dengan tidak mengenal sumber informasi, kurang terpajan/mengingat, keterbatasan kognitif
INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa 1.
Resiko tinggi terhadap cedera berafiliasi dengan kehilangan vitreus, perdarahan intraokuler, peningkatan TIO ditandai dengan :
- Adanya tanda-tanda katarak penurunan ketajaman penglihatan
- pandangan kabur, dll
Kriteria hasil :
- Menunjukkan perubahan perilaku, contoh hidup untuk menurunkan faktor resiko dan untuk melindungi diri dari cedera.
- Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan.
- Diskusikan apa yang terjadi wacana kondisi paska operasi, nyeri, pembatasan aktifitas, penampilan, balutan mata.
- Beri klien posisi bersandar, kepala tinggi, atau miring ke sisi yang tak sakit sesuai keinginan. - Batasi aktifitas ibarat menggerakan kepala tiba-tiba, menggaruk mata, membongkok.
- Ambulasi dengan dukungan : berikan kamar mandi khusus kalau sembuh dari anestesi.
- Dorong nafas dalam, batuk untuk menjaga kebersihan paru.
- Anjurkan memakai tehnik administrasi stress.
- Pertahankan proteksi mata sesuai indikasi.
- Minta klien membedakan antara ketidaknyamanan dan nyeri tajam tiba-tiba, Selidiki kegelisahan, disorientasi, gangguan balutan. Observasi hifema dengan senter sesuai indikasi. - Observasi pembengkakan lika, bilik anterior kempes, pupil berbentuk buah pir.
- Berikan obat sesuai indikasi antiemetik, Asetolamid, sikloplegis, analgesik.
Diagnosa 2.
Gangguan peersepsi sensori-perseptual penglihatan berafiliasi dengan gangguan penerimaan sensori/status organ indera, lingkungna secara terapetik dibatasi. Ditandai dengan :
- menurunnyaketajaman penglihatan
- perubahan respon biasanya terhadap rangsang.
Kriteria Hasil :
- Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
- Mengidentifikasi/memperbaiki potensial ancaman dalam lingkungan.
- Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau dua mata terlibat.
- Orientasikan klien tehadap lingkungan
- Observasi tanda-tanda disorientasi.
- Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi, bicara dengan menyentuh.
- Perhatikan wacana suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata, dimana sanggup terjadi kalau memakai tetes mata.
- Ingatkan klien memakai kacamata katarak yang tujuannya memperbesar kurang lebih 25 persen, pelihatan perifer hilang dan buta titik mungkin ada.
- Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil dalam jangkauan/posisi yang tidak dioperasi.
Diagnosa 3.
Kurang pengetahuan wacana kondisi, prognosis, pengobatan berafiliasi dengan tidak mengenal sumber informasi, kurang terpajan/mengingat, keterbatasan kognitif, yang ditandai dengan :
- pertanyaan/pernyataan salah konsepsi
- tak akurat mengikuti instruksi
- terjadi komplikasi yang sanggup dicegah.
Kriteria Hasil : Melakukan dengan mekanisme benar dan menjelaskan alasan tindakan.
Intervensi :
- Kaji informasi wacana kondisi individu, prognosis, tipe prosedur, lensa.
- Tekankan pentingnya penilaian perawatan rutin, beritahu untuk melaporkan
- penglihatan berawan.
- Informasikan klien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas.
- Diskusikan kemungkinan efek/interaksi antar obat mata dan problem medis klien.
- Anjurkan klien menghindari membaca, berkedip, mengangkat berat, mengejan dikala defekasi, membongkok pada panggul, dll.
- Dorong aktifitas pengalihan perhatian.
- Anjurkan klien menyelidiki ke dokter wacana aktifitas secual, tentukan kebutuhan tidur memakai kacamata pelindung.
- Anjurkan klien tidur terlentang.
- Dorong pemasukkan cairan adekuat.
- Identifikasi tanda/gejala memerlukan upaya penilaian medis, misal : nyeri tiba-tiba.
DAFTAR PUSTAKA
- Doenges, Marilyan E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahasa: I Made Kariasa. Jakarta . EGC
- Long, C Barbara. 1996.Perawatan Medikal Bedah : 2.Bandung. Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran
- Margaret R. Thorpe. Perawatan Mata. Yogyakarta . Yayasan Essentia Medica
- Nettina Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa : Setiawan Sari. Jakarta. EGC
- Sidarta Ilyas. 2001. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta. FKUI Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
- Brunner & Suddarth. Alih bahasa : Agung Waluyo. Jakarta. EGC
Terima Kasih Telah membaca Askep Katarak semoga sanggup membantu. bagi teman-teman sejawat yang membutuhkan silahkan d0wnl0ad pada link yang sudah kami sediakan.