Friday, July 7, 2017

√ Laporan Pendahuluan Kerikil Kandung Kemih (Vesikolithiasis) Lengkap, Download Format Pdf Dan Doc

Dear teman-teman perawat sekalian, tak henti-hentinya kami berusaha menyajikan banyak sekali macam laporan pendahuluan, kalau sebelumnya telah kami bagikan Lp dengan berbgai judul, kali ini kami bagikan laporan pendahuluan kerikil kandung kemih (vesikolithiasis).

Laporan pendahuluan kerikil kandungan kemih (vesikolithiasis) ini kami bagikan dengan tujuan supaya sanggup membantu teman-teman perawat dalam pembuatan kiprah askep, makalah ataupun lp itu sendiri, guna memperlancar proses akademik keperawatan teman-teman sekalia.

Laporna pendahuluan kerikil kandung kemih (vesikolithiasis) ini kami sediakan dalam dua format berbeda yaitu pdf dan doc.

Untuk mend0wnl0ad laporan pendahuluan kerikil kandung kemih (vesikolithiasi) format doc dan pdf, telah kami sediakan link unduhan diakhir artikel ini, yang sanggup teman-teman perawat gunakan.

Laporan Pendahuluan Batu Kandung Kemih (Vesikolithiasis)


Pengertian
   
Batu perkemihan sanggup timbul pada banyak sekali tingkat dari sistem perkemihan (ginjal, ureter, kandung kemih), tetapi yang paling sering ditemukan ada di dalam ginjal (Long, 1996:322).
   
Vesikolitiasis merupakan kerikil yang menghalangi fatwa air kemih akhir penutupan leher kandung kemih, maka fatwa yang mula-mula lancar secara tiba-tiba akan berhenti dan menetes disertai dengan rasa nyeri ( Sjamsuhidajat dan Wim de Jong, 1998:1027).
   
Pernyataan lain menyebutkan bahwa vesikolitiasis ialah kerikil kandung kemih yang merupakan keadaan tidak normal di kandung kemih, kerikil ini mengandung komponen kristal dan matriks organik (Sjabani dalam Soeparman, 2001:377).
   
Vesikolitiasis ialah kerikil yang ada di vesika urinaria ketika terdapat defisiensi substansi tertentu, menyerupai kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat atau ketika terdapat defisiensi subtansi tertentu, menyerupai sitrat yang secara normal mencegah terjadinya kristalisasi dalam urin (Smeltzer, 2002:1460).


Etiologi
   
Menurut Smeltzer (2002:1460) bahwa, kerikil kandung kemih disebabkan infeksi, statis urin dan periode imobilitas (drainage renal yang lambat dan perubahan metabolisme kalsium).

Faktor- faktor yang mensugesti berdasarkan Soeparman (2001:378) kerikil kandung kemih (Vesikolitiasis) adalah

1. Hiperkalsiuria

Suatu peningkatan kadar kalsium dalam urin, disebabkan karena, hiperkalsiuria idiopatik (meliputi hiperkalsiuria disebabkan masukan tinggi natrium, kalsium dan protein), hiperparatiroidisme primer, sarkoidosis, dan kelebihan vitamin D atau kelebihan kalsium.

2. Hipositraturia

Suatu penurunan ekskresi inhibitor pembentukan kristal dalam air kemih, khususnya sitrat, disebabkan idiopatik, asidosis tubulus ginjal tipe I (lengkap atau tidak lengkap), minum Asetazolamid, dan diare dan masukan protein tinggi.

3. Hiperurikosuria

Peningkatan kadar asam urat dalam air kemih yang sanggup memacu pembentukan kerikil kalsium lantaran masukan diet purin yang berlebih.

4. Penurunan jumlah air kemih

Dikarenakan masukan cairan yang sedikit.

5. Jenis cairan yang diminum

Minuman yang banyak mengandung soda menyerupai soft drink, jus apel dan jus anggur.

6. Hiperoksalouria

Kenaikan ekskresi oksalat diatas normal (45 mg/hari), kejadian ini disebabkan oleh diet rendah kalsium, peningkatan absorbsi kalsium intestinal, dan penyakit usus kecil atau akhir reseci pembedahan yang mengganggu absorbsi garam empedu.

7. Ginjal Spongiosa Medula

Disebabkan lantaran volume air kemih sedikit, kerikil kalsium idiopatik (tidak dijumpai predisposisi metabolik).

8. Batu Asan Urat

Batu asam urat banyak disebabkan lantaran pH air kemih rendah, dan hiperurikosuria (primer dan sekunder).

9. Batu Struvit

Batu struvit disebabkan lantaran adanya abuh saluran kemih dengan organisme yang memproduksi urease.

Kandungan kerikil kemih kebayakan terdiri dari :
  1. 75 % kalsium.
  2. 15 % kerikil tripe/batu struvit (Magnesium Amonium Fosfat).
  3. 6 % kerikil asam urat.
  4. 1-2 % sistin (cystine).

Patofisiologi
Kelainan bawaan atau cidera, keadan patologis yang disebabkan lantaran infeksi, pembentukan kerikil disaluran kemih dan tumor, keadan tersebut sering mengakibatkan bendungan. Hambatan yang mengakibatkan sumbatan fatwa kemih baik itu yang disebabkan lantaran infeksi, stress berat dan tumor serta kelainan metabolisme sanggup mengakibatkan penyempitan atau struktur uretra sehingga terjadi bendungan dan statis urin. Jika sudah terjadi bendungan dan statis urin usang kelamaan kalsium akan mengendap menjadi besar sehingga membentuk kerikil (Sjamsuhidajat dan Wim de Jong, 2001:997).

Proses pembentukan kerikil ginjal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang kemudian dijadikan dalam beberapa teori (Soeparman, 2001:388):

1. Teori Supersaturasi

Tingkat kejenuhan komponen-komponen pembentuk kerikil ginjal mendukung terjadinya kristalisasi. Kristal yang banyak menetap mengakibatkan terjadinya agregasi kristal dan kemudian menjadi batu.

2. Teori Matriks

Matriks merupakan mikroprotein yang terdiri dari 65 % protein, 10 % hexose, 3-5 hexosamin dan 10 % air. Adanya matriks mengakibatkan penempelan kristal-kristal sehingga menjadi batu.

3. Teori Kurangnya Inhibitor

Pada individu normal kalsium dan fosfor hadir dalam jumlah yang melampaui daya kelarutan, sehingga membutuhkan zat penghambat pengendapan. fosfat mukopolisakarida dan fosfat merupakan penghambat pembentukan kristal. Bila terjadi kekurangan zat ini maka akan gampang terjadi pengendapan.

4. Teori Epistaxy

Merupakan pembentuk kerikil oleh beberapa zat secara bersama-sama. Salah satu jenis kerikil merupakan inti dari kerikil yang lain yang merupakan pembentuk pada lapisan luarnya. Contoh ekskresi asam urat yang berlebih dalam urin akan mendukung pembentukan kerikil kalsium dengan materi urat sebagai inti pengendapan kalsium.

5. Teori Kombinasi

Batu terbentuk lantaran kombinasi dari majemuk teori diatas.

Fathway vesikolithiasis

Untuk Mend0wnl0ad Fathway vesikolithiasis format doc, DISINI


Manifestasi Klinis
   
Batu yang terjebak di kandung kemih biasanya mengakibatkan iritasi dan berafiliasi dengan abuh traktus urinarius dan hematuria, kalau terjadi obstruksi pada leher kandung kemih mengakibatkan retensi urin atau sanggup mengakibatkan sepsis, kondisi ini lebih serius yang sanggup mengancam kehidupan pasien, sanggup pula kita lihat tanda menyerupai mual muntah, gelisah, nyeri dan perut kembung (Smeltzer, 2002:1461).
   
Jika sudah terjadi komplikasi menyerupai seolah-olah hidronefrosis maka gejalanya tergantung pada penyebab penyumbatan, lokasi, dan lamanya penyumbatan. Jika penyumbatan timbul dengan cepat (Hidronefrosis akut) biasanya akan mengakibatkan koliks ginjal (nyeri yang luar biasa di kawasan antara rusuk dan tulang punggung) pada sisi ginjal yang terkena. Jika penyumbatan berkembang secara perlahan (Hidronefrosis kronis), biasanya tidak mengakibatkan tanda-tanda atau nyeri tumpul di kawasan antara tulang rusuk dan tulang punggung.
      
Selain tanda diatas, tanda hidronefrosis yang lain berdasarkan Samsuridjal
  • Hematuri.
  • Sering ditemukan abuh disaluran kemih.
  • Demam.
  • Rasa nyeri di kawasan kandung kemih dan ginjal.
  • Mual.
  • Muntah.
  • Nyeri abdomen.
  • Disuria.
  • Menggigil.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjangnya dilakukan di laboratorium yang meliputi pemeriksaan:

1. Urine
  • pH lebih dari 7,6 biasanya ditemukan kuman area splitting, organisme sanggup berbentuk kerikil magnesium amonium phosphat, pH yang rendah mengakibatkan pengendapan kerikil asam urat.
  • Sedimen : sel darah meningkat (90 %), ditemukan pada penderita dengan batu, bila terjadi abuh maka sel darah putih akan meningkat.
  • Biakan Urin : Untuk mengetahui adanya basil yang berkontribusi dalam proses pembentukan kerikil saluran kemih.
  • Ekskresi kalsium, fosfat, asam urat dalam 24 jam untuk melihat apakah terjadi hiperekskresi.

2. Darah
  • Hb akan terjadi anemia pada gangguan fungsi ginjal kronis.
  • Lekosit terjadi lantaran infeksi.
  • Ureum kreatinin untuk melihat fungsi ginjal.
  • Kalsium, fosfat dan asam urat.

3. Radiologis
  • Foto BNO/IVP untuk melihat posisi batu, besar batu, apakah terjadi bendungan atau tidak.
  • Pada gangguan fungsi ginjal maka IVP tidak sanggup dilakukan, pada keadaan ini sanggup dilakukan retrogad pielografi atau dilanjutkan dengan antegrad pielografi tidak memperlihatkan informasi yang memadai.

4. USG (Ultra Sono Grafi)

Untuk mengetahui sejauh mana terjadi kerusakan pada jaringan ginjal.


5. Riwayat Keluarga

Untuk mengetahui apakah ada anggota keluarga yang menderita kerikil saluran kemih, kalau ada untuk mengetahui pencegahan, pengobatan yang telah dilakukan, cara mengambilan batu, dan analisa jenis batu.


Komplikasi

Komplikasi yang disebabkan dari Vesikolithotomi (Perry dan Potter, 2002:1842) ialah sebagai berikut:

a. Sistem Pernafasan

Atelektasis bida terjadi kalau perluasan paru yang tidak adekuat lantaran imbas analgetik, anestesi, dan posisi yang dimobilisasi yang mengakibatkan perluasan tidak maksimal. Penumpukan sekret sanggup mengakibatkan pnemunia, hipoksia terjadi lantaran tekanan oleh agens analgetik dan anestesi serta sanggup terjadi emboli pulmonal.

b. Sistem Sirkulasi

Dalam sistem peredaran darah sanggup mengakibatkan perdarahan lantaran lepasnya jahitan atau lepasnya bekuan darah pada tempat insisi yang sanggup mengakibatkan trauma hipovolemik. Statis vena yang terjadi lantaran duduk atau imobilisasi yang terlalu usang sanggup terjadi tromboflebitis, statis vena juga sanggup mengakibatkan trombus atau lantaran stress berat pembuluh darah.

c. Sistem Gastrointestinal

Akibat imbas anestesi sanggup mengakibatkan peristaltik usus menurun sehingga sanggup terjadi distensi abdomen dengan tanda dan tanda-tanda meningkatnya lingkar perut dan terdengar suara timpani dikala diperkusi. Mual dan muntah serta konstipasi sanggup terjadi lantaran belum normalnya peristaltik usus.

d. Sistem Genitourinaria

Akibat imbas anestesi sanggup mengakibatkan fatwa urin involunter lantaran hilangnya tonus otot.

e. Sistem Integumen

Perawatan yang tidak memperhatikan kesterilan sanggup mengakibatkan infeksi, buruknya fase penyembuhan luka sanggup mengakibatkan dehisens luka dengan tanda dan tanda-tanda meningkatnya drainase dan penampakan jaringan yang ada dibawahnya. Eviserasi luka/kelurnya organ dan jaringan internal melalui insisi sanggup terjadi kalau ada dehisens luka serta sanggup terjadi pula surgical mump (parotitis).

f. Sistem Saraf

Bisa mengakibatkan nyeri yang tidak sanggup diatasi.


Penatalaksanaan

Menurut  Soeparman ( 2001:383) pengobatan sanggup dilakukan dengan :

1. Mengatasi Simtom

Ajarkan dengan tirah baring dan cari penyebab utama dari vesikolitiasis, berikan spasme analgetik atau inhibitor sintesis prostaglandin, bila terjadi koliks ginjal dan tidak di kontra indikasikan pasang kateter.

2. Pengambilan Batu
  • Batu sanggup keluar sendiri : Batu tidak diharapkan keluar dengan impulsif kalau ukurannya melebihi 6 mm.
  • Vesikolithotomi.
  • Pengangkatan Batu

a. Lithotripsi gelombang kejut ekstrakorporeal

Prosedur non invasif yang dipakai untuk menghancurkan batu. Litotriptor ialah alat yang dipakai untuk memecahkan  kerikil tersebut, tetapi alat ini hanya sanggup memecahkan kerikil dalam batas ukuran 3 cm ke bawah. Bila kerikil di atas ukuran ini sanggup ditangani dengan gelombang kejut atau sistolitotomi melalui sayatan prannenstiel. Setelah kerikil itu pecah menjadi belahan yang terkecil menyerupai pasir, sisa kerikil tersebut dikeluarkan secara spontan.

b.Metode endourologi pengangkatan batu

Bidang endourologi mengabungkan ketrampilan hebat radiologi mengangkat kerikil renal tanpa pembedahan mayor. Batu diangkat dengan forseps atau jarring, tergantung dari ukurannya. Selain itu alat ultrasound sanggup dimasukkan ke selang nefrostomi disertai gelombang ultrasonik untuk menghancurkan batu.

3. Ureteroskopi

Ureteroskopi meliputi visualisasi dan susukan ureter dengan memasukkan alat ureteroskop melalui sistoskop. Batu sanggup dihancurkan dengan memakai laser, litotrips elektrohidraulik, atau ultrasound kemudian diangkat.

4. Pencegahan (batu kalsium kronik-kalsium oksalat)
  • Menurunkan konsentrasi reaktan (kalsium dan oksalat)
  • Meningkatkan konsentrasi inhibitor pembentuk kerikil yaitu sitrat (kalium sitrat 20 mEq tiap malam hari, minum jeruk nipis atau lemon malam hari), dan bila kerikil tunggal dengan meningkatkan masukan cairan dan investigasi bersiklus pembentukan kerikil baru.
  • Pengaturan diet dengan meningkatkan masukan cairan, hindari masukan soft drinks, kurangi masukan protein (sebesar 1 g/Kg BB /hari), membatasi masukan natrium, diet rendah natrium (80-100 meq/hari), dan masukan kalsium.

4. Pemberian obat

Untuk mencegah presipitasi kerikil gres kalsium oksalat, diadaptasi kelainan metabolik yang ada.


Konsep Asuhan Keperawatan

Pengkajian

1. Biodata klien dan penanggung jawab
2. Keluhan klien : Nyeri pinggang, sakit dikala miksi keluar darah serta nyeri pada supra pubis.
3. Riwayat penyakit sebelumnya
  • Apakah klien pernah dirawat sebelumnya bagaimana cara klien mengatasi nyeri (mis. Nyeri berkurang kalau klien bnyak minum dan mengurangi aktifitas
  • Apakah klien ada riwayat alergi
4. Riwayat penyakit keluarga
  • Apakah ada keluarga yang mengalami penyakit yang sama
  • Apakah keluarga biasa mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung asam urat (ikan, daging, jeroan dan ayam)
  • Apakah klien biasa minum air yang sudah dimasak
5. Pemeriksaan fisik
  • Pada abdomen nyeri tekan pada pinggang
  • Apakah bledder terasa penuh
  • Nyeri pada pangkal paha
6. Pemeriksaan penunjang
  • Lab. 
  • hematuria (bila terjadi obstruksi yang lama)
  • Pemeriksaan pielografi intravena
  • Pemeriksaan ultrasonografi
Adanya kerikil didalam ginjal, vesika urinaria dan tanda-tanda obstruksi urine


Diagnosa Keperawatan
  1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berafiliasi dengan imbas anestesi (Carpenito, 2001:324).
  2. Pola nafas tidak efektif berafiliasi dengan depresi pernafasan akhir imbas anestesi (Perry dan Potter, 2002:911).
  3. Gangguan rasa nyaman: nyeri berafiliasi dengan penitikberatan saraf tepi akhir insisi (Doenges, 1999:688).
  4. Nutrisi kurang dari kebutuhan berafiliasi dengan mual dan muntah (Doenges, 1999:691 ).
  5. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berafiliasi dengan perdarahan akhir insisi (Doenges, 1999:808).
  6. Resiko tinggi abuh berafiliasi dengan insisi luka akhir operasi (Doenges, 1999 : 682).
  7. Resiko tinggi gangguan integritas kulit berafiliasi dengan drainase luka (Carpenito, 2001:302).

Intervensi Keperawatan

Diagnosa. 1

Bersihan jalan nafas tidak efektif berafiliasi dengan imbas anestesi (Carpenito, 2001:324)

Tujuan :  Tidak terjadi gangguan pernafasan

Kriteria Hasil : Tidak tersedak, Sekret tidak menumpuk di jalan nafas dan tidak ditemukan tanda cyanosis

Intervensi :
  • Kaji contoh nafas klien.
  • Kaji perubahan tanda vital secara drastis.
  • Kaji adanya syanosis.
  • Bersihkan sekret dijalan nafas.
  • Ciptakan lingkungan yang nyaman.

Diagnosa. 2

Pola nafas tidak efektif berafiliasi dengan depresi pernafasan akhir imbas anestesi (Doenges, 1999:911).

Tujuan : contoh nafas menjadi normal (vesikuler).

Kriteria Hasil : contoh nafas efektif, bebas dari sianosis atau tanda-tanda hipoksia.

Intervensi :
  • Pertahankan jalan nafas dengan memiringkan kepala, hiperekstensi rahang, fatwa udara faringeal oral.
  • Observasi frekuensi dan kedalaman pernafasan.
  • Posisikan klien dengan nyaman.
  • Observasi pengembalian fungsi otot pernafasan.
  • Lakukan pengisapan lendir kalau diperlukan.
  • Berikan 0ksigen kalau diperlukan.

Diagnosa. 3

Gangguan rasa nyaman : nyeri berafiliasi dengan penitikberatan saraf tepi akhir insisi (Doenges, 1999:688).

Tujuan : klien merasa nyaman.

Kriteria Hasil : klien tidak gelisah, skala nyeri 1-2, tanda vital normal.

Intervensi :
  • Kaji tanda vital klien.
  • Catat lokasi dan lamanya intensitas nyeri.
  • Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi.
  • Ciptakan lingkungan yang nyaman.
  • Kolaborasi pinjaman analgesik (Narkotik), anti spasmodik dan kortikosteroid.

Diagnosa. 4

Nutrisi kurang dari kebutuhan berafiliasi dengan mual dan muntah (Doenges, 1999 :691)

Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.

Kriteria Hasil : Klien habis satu porsi dari rumah sakit, tidak mengeluh lemas, membran mukosa lembab dan tanda vital normal.

Intervensi :
  • Kaji tanda vital klien.
  • Kaji kebutuhan nutrisi klien.
  • Timbang berat tubuh klien setiap hari.
  • Kaji turgor klien.
  • Awasi input dan output klien.
  • Cacat kejadian muntah dan catat karakteristik dan frekuensi muntah.
  • Berikan makan sedikit tetapi sering.
  • Ciptakan lingkungan yang nyaman bagi klien.

Diagnosa. 5.

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berafiliasi dengan perdarahan akhir insisi (Doenges, 1999:808).

Tujuan : Membaiknya keseimbangan cairan dan elektrolit.

Kriteria Hasil :
  • Monitor tanda vital.
  • Monitor urin meliputi warna hemates sesuai indikasi.
  • Pertahankan pencatatan komulatif jumlah dan tipe pemasukan cairan.
  • Monitor status mental klien.
  • Monitor berat tubuh tiap hari.
  • Awasi investigasi laboratorium (Hb, Ht, dan natrium urin).
  • Kolaborasi pinjaman diuretik.

Diagnosa. 6

Resiko tinggi abuh berafiliasi dengan insisi luka operasi (Doenges, 1999 : 682).

Tujuan : Tidak terjadi infeksi.

Kriteria Hasil: Limfosit dalam batas normal, tanda vital normal dan tidak ditemukan tanda infeksi.

Intervensi :
  • Kaji lokasi dan luas luka.
  • Pantau kalau terdapat tanda abuh (rubor, dolor, kolor, tumor dan perubahan fungsi).
  • Pantau tanda vital klien.
  • Kolaborasi pinjaman antibiotik.
  • Ganti balut dengan prinsip steril.

Diagnosa. 7

Resiko tinggi gangguan integritas kulit berafiliasi dengan drainase luka (Carpenito, 2001:302).

Tujuan : Tidak terjadi gangguan integritas kulit .

Kriteria Hasil: tidak ditemukan tanda infeksi, tidak ada luka tambahan

Intervensi :
  • Kaji drainase luka.
  • Monitor adanya tanda abuh (rubor, dolor, kolor, tumor dan perubahan fungsi).
  • Kaji adanya luka embel-embel pada klien.
  • Ganti balut dengan prinsip steril.
  • Kolaborasi pinjaman antibiotik
  • Himbau supaya klien membatasi mobilitasnya.

Daftar Pustaka

  • Corwin, Elizabeth aja. 2009. Buku Saku PATOFISIOLOGI 
  • Penerbit buku kedokteranEGC: Jakarta. Doengos, Marilynn, E, dkk. 2000.
  • Rencana Asuhan Keperawatan. Penerbit bukukedokteran EGC: Jakarta.
  • Smeltzer, Suzanne.C dan Brenda G. bare. 2002.
  • Keperawatan medical bedah .Penerbit buku kedokteran EGC: Jakarta Somantri, Iman. 2008.
  • KMB: Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika Alsagaff, Hood, 2006,
  • Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru, Airlangga University Press, Surabaya. Pearce, Evelyn, 2006,
  • Anatomi dan Fisiologi untuk Para Medis, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Pooter, Patricia, A., 2005,
  • Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Edisi 4, EGC, Jakarta.
  • Anonim1.Buku Ilmu Penyakit Dalam.Vol 3 Ed 4. Jakarta: EGC Misnadiarly.2008. Penyakit Infeksi saluran napas. Jakarta: Pustaka Populer Obor
Untuk mendownloas laporan pendahuluan kerikil kandung kemih (vesikolithiasis) format pdf dan doc, dibawah :
  • Laporan pendahuluan kerikil saluran kemih (vesikolithiasis) pdf, (Ambil File)
  • Laporan pendahuluan kerikil saluran kemih (vesikolithiasis) doc, (Ambil File)
Link Alternatif
Demikian laporan pendahuluan kerikil kandung kemih (vesikolithiasis) kami bagikan, semoga bermanfaat dan sanggup membantu teman-teman perawat sekalian, terima kasih.

Sumber http://bangsalsehat.blogspot.com