Monday, May 1, 2017

5 Pola Musibah Hidrologi Yang Perlu Diketahui

Air merupakan salah satu komponen alam yang sangat penting dan diharapkan oleh semua makhluk hidup. Tanpa adanya air makhluk hidup tidak akan bisa bertahan hidup. Sehingga adanya air di planet bumi ini menjadi komponen terpenting dan juga sebagai salah satu alasannya ialah mengapa planet bumi layak untuk dihuni(Baca: Keunggulan Planet Bumi Dibanding Planet Lain). Jumlah air yang berada di planet bumi diperkirakan ada sekitar 70% dan jumlah tersebut tidak hanya berada di maritim atau samudra saja tetapi juga berasal dari aneka macam sumber perairan lain menyerupai sungai, danau atau rawa – rawa. Air yang ada di planet bumi juga bisa dalam bentuk atau wujud lain yaitu es atau salju, uap air, hujan, embun dan lain sebagainya. Semua bentuk air tersebut menjadi potongan dari suatu proses yang dinamakan dengan siklus hidrologi.


Hidrologi sendiri merupakan salah satu cabang dari ilmu geografi yang mempelajari atau memiliki korelasi dengan air di bumi. Semua pergerakan, perubahan bentuk, kualitas, siklus hidrologi hingga petaka yang berkaitan dengan air masuk ke dalam hidrologi. Berbicara mengenai petaka niscaya bukan sesuai yang aneh di indera pendengaran kita. Akhir – final ini banyak petaka terjadi di beberapa tempat di Indonesia dan sudah tentu mengakibatkan banyak kerugian baik secara materi hingga menelan banyak korban jiwa. Saat animo hujan tiba, bagi sebagian besar orang akan menganggap ini sebagai anugerah, namun jikalau hujan tidak kunjung berhenti bisa menimbulkan problem salah satunya yaitu banjir. Dapat dikatakan jikalau banjir merupakan salah satu pola dari petaka hidrologi. Lalu apa sajakah pola dari petaka hidrologi, berikut diantaranya:



  1. Banjir


Saat animo hujan tiba, bagi beberapa orang yang tinggal di erat dengan anutan sungai sudah tentu akan selalu waspada dan siaga jikalau air sungai mengalami peningkatan debit air. Jika intensitas hujan terus meningkat ada kemungkinan banjir akan terjadi. Di Indonesia, banjir banyak disebabkan oleh hujan yang berlangsung dalam jangka waktu lama, bisa berjam – jam bahkan berhari – hari. Sehingga air yang ditampung (tidak hanya di sungai saja namun juga tempat penampungan air lain menyerupai danau atau rawa – rawa) menjadi bertambah hingga tidak bisa lagi untuk ditampung. Akibatnya air tersebut keluar bahkan menyebar hingga ke beberapa tempat yang berada erat dengan sumber penampungan. Jika sudah begitu banjir tidak sanggup dihindari oleh warga yang tinggal di sekitar sumber penampungan air, terutama bagi yang tinggal erat dengan anutan sungai.


Salah satunya yaitu banjir bandang. Banjir bandang disebabkan oleh curah hujan yang sangat tinggi di dataran berpermukaan rendah. Sehingga air yang berada di tempat tersebut sudah mencapai titik jenuh hingga tidak sanggup diserap lagi oleh air. Akibatnya air dalam tanah keluar dan tiba secara tiba – tiba dan dalam waktu singkat, namun kerugian yang dihasilkan sangatlah besar.



  1. Tanah Longsor


Salah satu bentuk petaka hidrologi yaitu tanah longsor. Meskipun begitu tanah longsor sanggup disebabkan oleh faktor lain, namun paling sering disebabkan oleh curah hujan yang tinggi(Baca: Faktor Yang Mempengaruhi Curah Hujan). Tanah longsor biasa terjadi di tempat dataran tinggi terutama lereng bukit atau gunung dan ketika bersamaan hujan deras sedang terjadi. Jika hujan terus berlangsung secara terus menerus, tanah di sekitar lereng akan menjadi lunak dan tergerus oleh limpasan anutan air hujan. Akibatnya tanah tidak bisa lagi bertahan dari air hujan ditambah adanya gaya gravitasi tanah menjadi turun atau longsor.



  1. Tsunami


Salah satu petaka yang patut diwaspadai bagi negara yang berada di sekitar pertemuan lempeng bumi yaitu tsunami. Tsunami terjadi jawaban adanya pergerakan lempeng bumi yang berada di dasar maritim (Baca: Penyebab Terjadinya Pergeseran Lempeng Tektonik). Akibat pergerakan lempeng tersebut terjadilah gempa bumi hingga air maritim yang berada di atasnya ikut bergerak hingga gerakan air tersebut mencapai daratan. Peristiwa tersebut pernah terjadi di Aceh pada tanggal 24 Desember 2004 dan menewaskan ribuan korban jiwa. Tidak hanya gempa bumi saja, ternyata tsunami juga disebabkan oleh adanya letusan gunung berapi menyerupai yang terjadi di Selat Sunda pada tanggal 22 Desember 2018 (Baca: Tsunami Selat Sunda). Saat itu Gunung Anak Krakatau sedang erupsi dan beberapa potongan gunung longsor masuk ke maritim kesudahannya muncullah gelombang hingga bermetamorfosis tsunami ketika mendekati daratan.



  1. Genangan Air


Berbeda dengan banjir, genangan air diakibatkan oleh adanya penyumbatan atau problem pada terusan drainase. Sehingga ketika animo hujan tiba atau curah hujan tinggi, air hujan tidak sanggup dialirkan dengan baik melalui terusan – terusan yang telah ada. Akibatnya air menjadi tergenang di beberapa tempat menyerupai jalanan bahkan bisa hingga ke perumahan warga. Perbedaan lain dengan banjir yaitu genangan air akan lebih cepat surut atau kurang dari 1 x 24 jam, jikalau lebih dari itu sanggup menjadi tanda bahwa banjir akan terjadi. Selain itu, tinggi genangan air tidak lebih dari 40 cm, namun sudah cukup untuk menghambat segala macam acara tertama bagi warga yang tinggal di tempat perkotaan.



  1. Letusan Limnik


Beberapa dari kita mungkin masih aneh dengan bancana alam hidrologi ini. Letusan limnik terjadi jawaban meletusnya gas karbondioksida secara mendadak dari dasar danau hingga akhirnya membentuk awan gas yang sanggup membahayakan makhluk hidup di sekitar danau. Gas karbondioksida tersebut berasal dari acara vulkanik ataupun dekomposisi materi organik yang ada di dasar danau. Semakin dalam danau maka semakin tinggi tekanan di dasar danau dan semakin banyak pula karbondioksida yang larut di air. Jika air danau sudah jenuh oleh gas karbondioksida, ditambah adanya gempa bumi, acara vulkanik atau ledakan menciptakan air yang jenuh tersebut bergerak naik ke atas. Di atas tekanan sangat rendah dan tidak sanggup menahan gas karbondioksida sehingga muncullah gelembung – gelembung di permukaan danau secara bersamaan gas karbondioksida ikut meledak. Ledakan limnik pernah terjadi di Danau Monoun, Kamerun pada 15 Agustus 1984 dan setidaknya terdapat 37 orang meninggal. Di tempat lain yaitu Danau Nyos, Kamerun pada tanggal 21 Agustus 1986 terjadi ledakan limnik hingga menghasilkan tsunami setinggi 25 meter. Air danau bermetamorfosis merah dan gas karbondioksida telah menyebar ke beberapa desa di sekitar danau. Akibatnya sekitar 3.500 binatang ternak mati dan 1.700 orang tewas jawaban insiden tersebut.


Itulah tadi beberapa petaka hidrologi yang sanggup kalian ketahui. Semoga gosip di atas sanggup bermanfaat.



Sumber aciknadzirah.blogspot.com