Thursday, November 16, 2017

8 Penyebab Banjir Di Bandung Dan Akibatnya

 sebagian besar wilayah Indonesia memasuki ekspresi dominan penghujan yang bersifat berair 8 Penyebab Banjir di Bandung dan AkibatnyaMemasuki penghujung tahun 2017, sekitar bulan Oktober, sebagian besar wilayah Indonesia memasuki ekspresi dominan penghujan yang bersifat basah. Pergantian ekspresi dominan kemarau ke ekspresi dominan hujan ini ditandai dengan bertiupnya angin barat dan terbitnya matahari di sebelah timur maritim dari garis khatulistiwa atau equator. Berdasarkan dari pergerakan dan paparan sinar matahari ke atmosfer bumi dan arah angin, siklus ekspresi dominan hujan di Indonesia bisanya berlangsung selama 6 bulan setiap tahunnya. Akan tetapi, siklus ini seringkali mengalami perubahan yang disebabkan oleh adanya anomali cuaca lantaran adanya dampak El Nino dan La Nina yang menimbulkan ketidakteraturan ekspresi dominan beserta dampak yang ditimbulkannya.


Selama bulan Desember 2017 sampai Maret 2018, frekuensi dan intensitas curah hujan yang mengguyur di sejumlah daerah Indonesia potongan barat dan tengah serta sebagian kecil di wilayah timur Indonesia sangat tinggi dan sanggup terjadi selama satu hari penuh atau selama beberapa hari berturut-turut. Kondisi hujan dengan frekuensi dan intensitas tinggi ini tentu saja menimbulkan timbulnya beberapa peristiwa hidrometeorologi yang menimbulkan kerugian material dan korban jiwa, diantaranya peristiwa banjir, angin puting beliung, longsor, angin puyuh, dan pohon tumbang. Beberapa daerah di Indonesia yang mengalami intensitas curah hujan sedang sampai tinggi diantaranya dialami oleh Kota dan Kabupaten Bandung yang terletak di wilayah Propinsi Jawa Barat.


Dari letak astronomis, Bandung  berada pada koordinat 6°54’53,08″ LU – 107°36′35,32″BT/6,9°LS – 107,6°BT dan terletak sekitar 768 m di atas permukaan laut, sedangkan kontur dan topografi daerahnya sebagian besar wilayah Kota dan Kabupaten Bandung merupakan daerah pegunungan dan bukit. Ada dua potongan dataran di Bandung, yaitu dataran tinggi di sebelah utara dengan ketinggian sekitar 1.000 m di atas permukaan air laut, dan dataran rendah di potongan selatan, yaitu sekitar 650 m diatas permukaan air laut. Selain itu, wilayah Kota dan Kabupaten Bandung berada pada anutan dua sungai besar yaitu sungai Citarum dan Cikapundung.


Berdasarkan sudut elevasi Kota dan Kabupaten Bandung yang sangat tinggi disertai banyaknya pegunungan yang membentang di wilayah Bandung maka Kota dan Kabupaten Bandung dipengaruhi iklim pegunungan yang basah, lembab, dan sejuk sehingga suhu yang tercatat di Bandung yaitu sekitar 23,5° Celcius, dengan curah hujan rata-rata yang tercatat sekitar 200 mm. Dari letak geografis dan topografi daerahnya ini, tidak mengherankan kalau daerah Kota dan Kabupaten Bandung menjadi langganan banjir setiap ekspresi dominan penghujan.


Berdasarkan data ilmu klimatologi dan meteorologi dari hasil pengamatan BMKG, selama tahun 2017-2018, wilayah Bandung mengalami dua kali puncak curah hujan yang tinggi, yaitu pada bulan Novmeber 2017 dan Maret 2018. Adapun beberapa penyebab banjir di Bandung, baik Kota dan sejumlah Kabupaten, yang sanggup dibedakan menjadi dua sebab, yaitu klimatologis dan ekologis-humanis.


Penyebab Klimatologis


Secara klimatologis, banjir yng melanda sejumlah daerah di wilayah Bandung berkaitan dengan adanya sejumlah perubahan yang terjadi pada beberapa unsur-unsur klimatologi yang terjadi dan berimbas pada wilayah Bandung. Unsur-unsur klimatologis ini mencakup beberapa hal, yaitu:



  1.  Pengaruh La Nina di Samudera Pasifik. Akselerasi arus La Nina yang melemah di seputaran daerah Samudera Pasifik menghasilkan curah hujan yang sangat tinggi hal ini sehingga menyebabkan bertambahnya kadar uap air di wilayah Bandung dan sekitarnya.

  2. Kenaikan suhu muka permukaan air maritim di Laut Jawa. Naiknya suhu permukaan air maritim di sebelah utara Jawa Barat, tepatnya di sepanjang pesisir Laut Jawa menjadikan air maritim semakin hangat dan ini menimbulkan intensitas volume uap air yang terjadi jawaban penguapan semakin lebih banyak dan menghasilkan pembentukan awan-awan tebal yang mengandung debit curah hujan yang semakin banyak pula.

  3. Pertemuan angin (konvergensi) dan pembelokan arah angin (shareline) dari wilayah Barat Indonesia dan angin dari Samudera Hindia di atas daerah wilayah Bandung. Pertemuan angin yang terjadi tersebut juga disertai dengan adanya konveksi yaitu pemanasan yang menimbulkan munculnya awan tipe kumulonimbus. Awan ini merupakan awan yang sering menimbulkan turunnya hujan dengan intensitas tinggi dan curah hujan yang lebat, yang biasanya disertai angin kencang.

  4. Siklon tropis di seputaran Samudera Hindia. Pergerakan angin siklon tropis yang ada di sebelah selatan Pulau Jawa, yaitu di atas daerah Samudera Hindia seringkali menimbulkan timbulnya curah hujan dengan intensitas tinggi. Siklus tropis ini juga menimbulkan munculnya pembentukan awan kulumnimbus di atas wilayah Bandung yang menimbulkan turunnya curah hujan berlebih di wilayah Kota dan Kabupaten Bandung.


Penyebab Ekologis-Humanis


Proses terjadinya banjir di sejumlah daerah di Kota dan Kabupaten Bandung tidak sanggup dipandang hanya dari faktor iklim dan anomali cuaca yang terjadi sepanjang bulan November 2017 dan Maret 2018. Sejumlah penyebab yang dikarenakan oleh lingkungan dan masyarakatnya juga mempunyai andil dalam terjadinya banjir di sejumlah wilayah di Kota dan Kabupaten Bandung. Permasalahan tersebut meliputi:



  1. Eksploitasi Kawasan Bandung Utara. Semakin tingginya pertumbuhan dan pengembangan wilayah di Kawasan Bandung Utara yang diindikasikannya dengan meningkatnya alih fungsi lahan di Kabupaten Bandung, Bandung Barat, Mangaalayang, Kota Bandung dan Cimahi menimbulkan sejumlah dampak ekologis yang terjadi, yaitu kritisnya lahan di wilayah kerja Perhutani dan Hutan Rakyat jawaban penembangan pohon yang tidak mengindahkan tata kelola yang baik dan adanya pendangkalan anutan sungai di beberapa anak sungai. Adanya eksploitasi ini menimbulkan daerah Bandung Selatan paling parah yang terdampak adanya banjir sepanjang Maret 2018.

  2. Pembangunan drainase yang tidak memenuhi standar. Drainase yang jelek ini diakibatkan lantaran pendangkalan terusan jawaban lumpur, kotoran atau sampah yang menumpuk, dan struktur drainase yang tidak sanggup menampung debit anutan air pada ketika terjadinya hujan deras.

  3. Kesadaran masyarakat sekitar anutan sungai dan terusan pembuangan air yang masih rendah terhadap ancaman banjir bandang.


Dari penyebab banjir di Bandung sepanjang Maret 2018 sebagaimana dinyatakan di atas tersebut tentu saja menimbulkan kerugian dan kerusakan baik secara material dan immaterial serta menimbulkan korban jiwa dan luka. Diantara jawaban tersebut yaitu rusaknya sejumlah kendaraan beroda empat dan motor jawaban tergenang air hujan dan lumpur, terendamnya sejumlah rumah dan bangunan publik jawaban terjangan banjir dan luapan air yang tidak kunjung surut, hilang atau matinya binatang ternak dan piaraan, dan terganggunya aktifitas dan rutinitas warga Bandung selama terjadinya banjir.



Sumber aciknadzirah.blogspot.com