Tuesday, July 25, 2017

√ Konsep Abstrak


ARTIKEL FILSAFAT TENTANG KONSEP ABSTRAK

 

STIKes DHARMA HUSADA BANDUNG
Jl Terusan Jakarta No. 71-75 Antapani Bandung
2012



FILSAFAT ABSTRAK

1.      Pengertian Filsafat
Filsafat dalam bahasa Inggris, yaitu  philosophy, adapun istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani,  philosophia, yang terdiri atas dua kata: philos (cinta) atau philia (persahabatan, tertarik kepada) dan shopia(hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, inteligensi). Makara secara etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran. Plato menyebut Socrates sebagai philosophos (filosof) dalam pengertian pencinta kebijaksanaan.
Kata falsafah merupakan arabisasi yang berarti pencarian yang dilakukan oleh para filosof. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata filsafat mengatakan pengertian yang dimaksud, yaitu pengetahuan dan penyelidikan dengan daypikir mengenai hakikat segala yang ada, lantaran asal dan hukumnya. Manusia filosofis yakni insan yang mempunyai kesadaran diri dan kecerdikan sebagaimana ia juga mempunyai jiwa yang independen dan bersifat spiritual.
Filsafat yakni pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mcngenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu perilaku seseorang yang sadar dan cukup umur dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.  

2.      Ciri-ciri berfikir filosfi :
a.          Berfikir dengan memakai disiplin berpikir yang tinggi.
b.         Berfikir secara sistematis.
c.          Menyusun suatu bagan konsepsi, dan
d.         Menyeluruh.

3.      Pengertian Abstrak
Inggris: abstract. Kata Inggris ini berasal dari bahasa  Latin  abstractus. Kata absractus adalah bentuk partisipium perfek dari kata kerja abstrahere. Kata abstrahere terbentuk dari dua kata ab, yang berarti "dari" dan trahere berarti "menarik". Abstrak secara harfiah berarti ."terlepas dari", "ditarik dari".
Abstrak ialah sifat dari pemahaman mengenai sebuah kualitas atau hubungan. Pemahaman itu kurang lebih bersifat umum yang berada di luar data yang ada di depan kita. Pemahaman bersifat abnormal jika tidak ada kaitan dengan intuisi indrawi atau jika penyajian-penyajian pemahaman itu menggambarkan obyeknya tanpa ciri-ciri individual. Penyajian-penyajian abnormal mempunyai dua peranan. Pertama berperan sebagai proses pembagian atau pemisahan yang menghasilkan pandangan ringkas. Karena tanpa berkaitan dengan ciri-ciri khusus, intelek hingga pada konsep-konsep yang lebih universal. Misalnya, "manusia", "makhluk inderawi", "makhluk hidup", dst. Ini disebut abstraksi total. Kedua, penyajian abnormal merupakan pemberian dalam mengetahui struktur logis dari konsep-konsep dan struktur metafisis dari realitas. Karena tanpa mempedulikan pendukung atau penyandang, intelek memisah-misahkan bagian-bagian hakiki yang merupakan pemberi bentuk. Misalnya kebijaksanaan dipisahkan dari insan yang bijaksana. Ini dinamakan abstraksi formal.
Karena itu, representasi abnormal sanggup disebut sebagai konsep universal namun konkret, sejauh konsep tersebut tersusun dari suatu penyandang (Subyek) dan suatu bentuk (misalnya manusia). Representasi abnormal sanggup juga disebut sebagai konsep formal. Konsep semacam ini menggambarkan bentuk tanpa penyandang (misalnya kemanusiaan, kepribadian).

4.      Pandangan Beberapa Filsuf Tentang Abstrak
Dalam pandangan Skolastik, pemahaman disebut abstrak, jika orang memahami suatu kualitas terlepas dari subyek pendukung. Pemahaman disebut konkret, jika tidak dilepaskan dari subyek pendukung. Dalam pengertian Skolastik, insan merupakan pandangan gres konkret, sedangkan kemanusiaan merupakan pandangan gres abstrak.
Hegel memahami pengertian abnormal sebagai sesuatu yang terlepas sama sekali dari relasi, yakni suatu kesatuan yang bersifat pribadi terhadap semua perbedaan. Sesuatu yang konkret ialah sesuatu yang terpaut secara penuh dengan semua hubungan, yakni kesatuan dengan merangkum semua perbedaan.
Berpikir abnormal yakni berpikir pada tataran ide, konsep atau gagasan. Maksudnya, ajaran filsafat selalu berusaha meningkatkan taraf berpikir dari sekedar pernyataan-pernyataan faktual perihal fakta-fakta fisik yang terbatas pada keterbatasan jangkuan indera insan untuk menempatkannya pada sebuah pangkalan pemahaman yang utuh, integral (terfokus), dan saling melengkapi pada tataran yang abnormal melalui bentuk –bentuk ide, konsep, atau gagasan-gagasan pemikiran. Baginya, sebuah fakta fisik selalu terbatas pada apa adanya lantaran sifatnya terbatas berdasarkan sebuah penampakan inderawi yang sejauh sanggup dilihat, didengar, atau diraba. Justru, pikiran tersebut harus lebih ditingkatkan pada taraf-taraf berpikir abstraktif dalam bentuk konsep atau gagasan-gagasan, dengan memakai ide, kata, kalimat, dan kreatifitas budi sehingga orang bisa memberi arti, memahami, menangkap, membedakan, dan menjelaskannya aneka pencerapan inderawi tersebut dalam sebuah ajaran yang tersusun secara sistematis. Pemikiran abstraktif, berusaha membebaskan orang dari cara berpikir terbatas dengan hanya “menunjukkan” untuk makin mendewasakan ajaran itu pada kemampuan “memahami dan “menjelaskan”. Pemikiran absatrak beruaha mengangkat pikiran pada tataran kemampuan berimajinasi, membangun kohenrensi, dan hubungan secara utuh dan terstruktur guna mengatakan peta keutuhannya, dengan segala fenomenanya secara detail sehingga sanggup dijelaskan secara lengkap dan sempurna.

5.      Abstraksi dalam Filsafat
Dalam filsafat, abstraksi dalam teminologi filosofisnya yakni proses berpikir di mana ide-ide jauh dari objek (filsafat), abstraksi merupakan tindakan berpikir intelektual di mana ada metode yang mengisolasi generalisasi teoritis persoalan konkret untuk dipecahkan.
Abstraksi memakai seni administrasi penyederhanaan, di mana terdapat komunikasi yang ambigu, kurang jelas atau tidak terdefinisi, sehingga sanggup secara efektif menjelaskan perihal hal-hal abnormal yang memerlukan intuisi atau pengalaman antara komunikator dan peserta komunikasi. Hal ini berlaku untuk semua bentuk mulut / abstrak.
Melalui abstraksi kita sanggup membayangkan hasil dari keputusan atau tindakan tertentu tanpa memakai prosedur fisik atau mekanis resolusi.
Bila dalam proses penciptaan mental, atau abstraksi, tidak dibebaskan dari fakta-fakta tertentu yang merupakan pembentukan penalaran. Hal ini pada gilirannya berarti merupakan visualisasi dari hasil pencitraan mental atau gambar dari abstraksi.Abstraksi dalam filsafat merupakan proses (atau, bagi sebagian orang, proses dugaan) dalam konsep-pembentukan dengan cara mengenali beberapa set ciri-ciri umum pada individu, dan membentuk konsep ciri itu sendiri.
Gagasan abstraksi penting untuk memahami beberapa hal-hal yang bersifat kontroversi filosofis yang terjadi di sekitarnya contohnya hal-hal yang bersifat empirisme dan masalah universal. Hal ini juga berafiliasi dedngan logika formal di bawah abstraksi predikat.
Dalam Buku Urantia glossary Dr William S. Sadler berkomentar bahwa "filsuf melaksanakan kesalahan mereka paling parah dikala mereka keliru kesalahan dari abstraksi, dengan cara memfokuskan perhatian pada satu aspek dari realitas dan kemudian terisolasi dengan aspek dari seluruh kebenaran yang ada. "



DAFTAR PUSTAKA

Dr. Harry Hamersma, Tokoh-tokoh Filsafat Barat Modern, Jakarta: Gramedia, 1983.
Dr. K. Bertens, Filsafat Barat Dalam Abad XX, jilid II, Jakarta: Gramedia, 1985.
Suriasumantri, J.S., 1995, Ilmu dalam Perspektif, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.
The Liang Gie, 1996, Filsafat Ilmu, Liberty, Yogyakarta.
Keraf Gorys, 1992, Argumentasi dan Narasi, Gramedia, Jakarta.

Sumber http://macrofag.blogspot.com