Contoh Cerpen Tiga Paragraf Tentang Nasihat Kehidupan – Cerpen atau kisah pendek ialah jenis karya sastra yang memaparkan kisah ataupun kisah wacana kehidupan lewat goresan pena pendek. Pada jenis karya sastra ini memaparkan sebuah kisah yang dipadatkan dalam susunan paragraf yang relatif pendek. Oleh hasilnya dalam kisah pendek haruslah betuk-betul memaksimalkan komponen penting yang ada pada cerpen. Sehingga meskipun dengan jumlah medium yang singkat bisa menyajikan sebuah kisah yang utuh. Ciri yang ada pada cerpen diantaranya ialah fokus utama berada pada tokoh utama, tidak terlalu banyak dialog, dan titik puncak serta penyelesaian terdapat di final cerita. Perhatikan contoh cerpen 3 paragraf berikut ini :
Berkah Kesederhanaan
Setiap pagi saat matahari belum menampakkan wujudnya. Ayam belum juga bangkit untuk berkokok, Andi seorang diri melangkahkan kaki menuju pasar. Pasar yang memang buka saat menjelang dini hari, pasar dini hari populer di kawasan tempat tinggal Andi harga barang-barangnya lebih murah dibandingkan saat siang hari. Hal itulah yang menciptakan Andi harus rela bangkit pagi sekali dan melangkahkan kakinya menuju pasar. Membeli kebutuhan-kebutuhan untuk berjualan hari ini. Yang dibelinya ialah bahan-bahan dasar untuk mengolah banyak sekali masakan yang akan dijual kepada tetangga dan teman-teman di sekolah Andi. Dalam hal memasak, Andi serahkan kepada nenek yang setia menemaninya semenjak kecil saat kedua orang renta Andi berpamitan untuk bekerja di luar negeri. Tetapi entah kenapa, hingga Andi sekolah di SMP (SMP) tak ada kabar dari kedua orang tuanya. Andi bersyukur masih mempunyai nenek yang hingga kini ada dan menemaninya, sehabis tiga tahun yang kemudian kakek dipanggil sang Maha Kuasa. “Andi, jangan lupa sholat subuh”, kata nenek saat Andi hingga di rumah sehabis belanja dari pasar. Kemudian nenek mengambil banyak sekali belanjaan Andi kemudian ia bawa ke dapur. Meskipun usianya sudah tidak muda lagi, nenek sangat rajin bangkit pagi untuk sholat subuh kemudian melaksanakan banyak sekali kegiatan rutin ibarat memasak masakan untuk berjualan setiap harinya. Sesudah melaksanakan sholat subuh, Andi bergegas untuk menyiapkan perlengkapan sekolahnya dan beberapa menit membaca materi sekolah. Sebelum berangkat sekolah ia sempatkan membantu neneknya mempersiapkan dagangan-dagangannya. Tak lupa membawa masakan untuk ia jual di sekolahan, sementara itu sang nenek berjualan di lingkungan sekitarnya.
style="display:inline-block;width:336px;height:280px"
data-ad-client="ca-pub-1973764693216878"
data-ad-slot="5881289326">
Berjalan kaki dan membawa dagangan menuju sekolah ialah hal rutin yang harus dilakukan demi kelangsungan masa depannya. Dengan berjualan masakan di sekitar tempat tinggal dan di sekolah mendapatkan sedikit rupiah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Penghasilan yang sedikit dan tidak menetu dari hasil berjualan ini tetap dilakukan oleh Andi dan neneknya. Bagaimana lagi, hanya inilah yang sanggup mereka lakukan. Tetapi masih sanggup mengolah masakan dan menjualnya sudah disyukuri oleh kularga kecil tersebut. “Andi… Ini beberapa dagangan yang kau bawa ke sekolah”, sembali mempersiapkan masakan ke dalam plastik. “Iya Nek, nanti sepulang sekolah Andi pribadi ke rumah Pak Mamat.”, kata Andi sembari mengenakan sepatu sekolah. “Mau apa ke rumah Pak Mamat?” tanya nenek dengan heran. “Andi tidak tau nek, katanya sih penting. Yaudah ya nek Andi berangkat dulu” , kata Andi berpamitan pada neneknya. Andi ialah anak yang ramah, suka menolong, baik budinya, sopan santun, dengan begitu banyak orang-orang disekelilingnya baik dengannya. Tak jarang para tetangga atau guru Andi menyuruh Andi melaksanakan pekerjaan ringan kemudian memberinya upah. Mulai dari pekerjaan ibarat bantu-bantu saat ada program di rumah, pekerjaan untuk mengantarkan barang, pesanan atau titipan kepada orang yang bersangkutan. Sebenarnya Andi melalukan pekerjaan yang diberikan kepadanya dengan tulus tanpa mengharapkan beban. Tetapi orang-orang yang memberi pekerjaan kepada Andi melihat ia sangat rajin dalam bekerja jadi tetangga atau gurunya pun dengan gampang memberi upah padanya. Selain rajin, pekerjaan yang dilakukan cepat dan teliti atau tidak teledor. “Paling Pak Mamat menyuruhnya mengantarkan pesanan masakan ringan anggun kepada pelanggannya”, pikir Andi dalam hati. Karena semenjak usang memang Andi sering diberi pekerjaan oleh Pak Mamat, meskipun hanya sekedar membantu beres-beres saat ada program di rumah atau mengantarkan pesanan masakan ringan anggun kepada pelanggan. Maklum Bu Mamat membuka bisnis masakan ringan anggun rumahan yang di pesan oleh orang-orang dalam kampung.
Selain sekolah dan belajar, Andi juga rajin dalam banyak sekali kegiatan sosial ibarat ikut dalam program kerja bakti, ikut karang taruna RT, megajar TPA di masjdi dan lain sebagainya. Sepulang sekolah ia pribadi bergegas ke rumah Pak Mamat. Meskipun masih sedikit dagangannya yang tersisa hari itu. Biasanya bila dagangannya masih ia akan memperlihatkan kepada sahabat atau gurunya sepulang sekolah. Tetapi sesuai janji, hari ini ia akan segera pergi ke rumah Pak Mamat. Sesampai di gerbang depan rumah Pak Mamat, ia melihat Pak Mamat juga gres datang sepulang kerja. “Assalamualaikum Pak”, salamnya. “Eh kau Ndi, sini masuk”, sambut Pak Mamat. Pak Mamat kebetulan bekerja di kelurahan sebagai sekertaris, niatnya siang itu ia mau memberikan pesan dari Pak Lurah kepada Andi. “Jadi begini Ndi, ini ada pemberian dari pemerintah kabupaten dalam bentuk beasiswa untuk melanjutkan sekolah bagi keluarga yang kurang mampu. Nah rencananya beasiswa ini akan diberikan kepada kamu. Karena kau hanya hidup dengan nenekmu saja, agar beban kerjamu juga berkurang”, Pak Mamat menjelaskan pada Andi. Dengan muka sumringah Andi mendapatkan planning yang ditawarkan Pak Mamat. “Iya Pak, saya sangat bersyukur menerima ajuan beasiswa ini” ungkapnya. “Ya sudah, besok kau bapak ajak ke kelurahan untuk mengurusnya ya”, pinta Pak Mamat. “Siapkan saja surat-surat yang menjadi syaratnya besok. Dan kini kau pulanglah untuk menyiapkannya”, lanjut Pak Mamat. “Terimakasih banyak Pak Mamat. Saya pulang dahulu ya”, kata Andi sembari menjabat tangan Pak Mamat. Sesampai di rumah, ia pribadi menceritakan informasi senang tersebut kepada neneknya. Dan neneknya pun merasa senang sekali dan bersyukur kepada Allah. Untuk kelanjutan usahanya berdagang masakan akan terus dilanjutkan oleh Andi dan nenek. Karena uang beasiswa khusus untuk kelanjutan sekolah Andi, sementara untuk memenuhi kehidupan keluarga berasal dari uang penjualan makanan.
Baca Juga:
Pengertian dan 36 Contoh Majas Alegori
Pengertian dan 47 Contoh Majas Pleonasme
33 Contoh Pantun Jatuh Cinta
Sumber https://ruangseni.com