Tuesday, July 4, 2017

√ Laporan Pendahuluan Cholelithiasis (Batu Empedu), Download Pdf Dan Doc

Kami bagikan laporan pendahuluan cholelithiasis (batu empedu) pdf dan doc.

Teman perawat dimanapun berada, tak henti-hentinya kami membuatkan demi membantu sahabat sejawat sekalian, kalau sebelumnya telah kami bagikan laporan pendahuluan lainnya dengan format pdf dan doc, pada postingan kali ini kami mencoba hal yang sama, yakni share laporan pendahuluan cholelithiasis pdf dan doc.

Laporan pendahuluan cholelithiasis ini telah kami susun selengkap mungkin dengan menggunakan beberapa sumber sebagai materi referensi, mulai dari tinjauan teori hingga konsep asuhan keperawatan.

Berusaha untuk mempermudah teman-teman perawat dalam pembuatan kiprah askep dan makalah, laporan pendahuluan cholelithiasis ini kami sediakan dalam dua format pdf dan doc siap edit sesuai dengan kebutuhan teman-teman perawat sekalian.

Untuk mend0wnl0ad laporan pendahuluan cholelithiasis (batu empedu) pdf dan doc telah kami sediakan link unduhan diakhir postingan yang bisa sahabat sejawat gunakan untuk mengambil file LP ini, dan juga dibawah gambar fathway telah kami selipkan link unduhan fathway cholelithiasis format doc.

Laporan pendahuluan Cholelithiasis


Pengertian
    .
Cholelitiasis disebut juga watu empedu, gallstones, biliary calculus. Istilah kolelitiasis dimaksudkan untuk pembentukan watu di dalam kandung empedu. Batu kandung empedu merupakan gabungan beberapa unsur yang membentuk suatu material menyerupai watu yang terbentuk di dalam kandung empedu. Batu empedu yaitu timbunan kristal di dalam kandung empedu atau di dalam susukan empedu. Batu yang ditemukan di dalam kandung empedu disebut kolelitiasis, sedangkan watu di dalam susukan empedu disebut koledokolitiasis (Nucleus Precise Newsletter, edisi 72, 2011).
   
Cholelitiasis yaitu material atau kristal tidak berbentuk yang terbentuk dalam kandung empedu. Komposisi dari kolelitiasis yaitu adonan dari kolesterol, pigmen empedu, kalsium dan matriks inorganik. Lebih dari 70% watu susukan empedu yaitu tipe watu pigmen, 1520% tipe watu kolesterol dan sisanya dengan komposisi yang tidak diketahui. Di negara Barat, komponen utama dari watu empedu yaitu kolesterol, sehingga sebagian watu empedu mengandung kolesterol lebih dari 80% (Majalah Kedokteran Indonesia, volum 57, 2007).


Etiologi

Cholelitiasis atau watu di dalam kandung empedu, Sebagian besar watu tersusun dari pigmen-pigmen empedu dan kolesterol, selain itu juga tersusun oleh bilirubin, kalsium dan protein.

Macam-macam watu yang terbentuk antara lain:

1. Batu empedu kolesterol, terjadi lantaran : kenaikan sekresi kolesterol dan penurunan produksi empedu.
   
Faktor lain yang berperan dalam pembentukan batu:

  • Infeksi kandung empedu
  • Usia yang bertambah
  • Obesitas
  • Wanita
  • Kurang makan sayur
  • Obat-obat untuk menurunkan kadar serum kolesterol

2.  Batu pigmen empedu , ada dua macam;

  • Batu pigmen hitam : terbentuk di dalam kandung empedu dan disertai hemolisis kronik/sirosis hati tanpa infeksi
  • Batu pigmen coklat  :  bentuk lebih besar , berlapis-lapis, ditemukan disepanjang susukan empedu, disertai bendungan dan infeksi 

3. Batu susukan empedu

Sering dihubungkan dengan divertikula duodenum didaerah vateri. Ada dugaan bahwa kelainan anatomi atau pengisian divertikula oleh masakan akan menimbulkan obstruksi intermiten duktus koledokus dan bendungan ini memudahkan timbulnya jerawat dan pembentukan batu.

Faktor resiko
   
Cholelithiasis sanggup terjadi dengan atau tanpa faktor resiko dibawah ini. Namun, semakin banyak faktor resiko yang dimiliki seseorang, semakin besar kemungkinan untuk terjadinya kolelitiasis.

Faktor resiko tersebut antara lain :
  • Wanita (beresiko dua jadi lebih besar dibanding laki-laki)
  • Usia lebih dari 40 tahun .
  • Kegemukan (obesitas).
  • Faktor keturunan
  • Aktivitas fisik
  • Kehamilan (resiko meningkat pada kehamilan)
  • Hiperlipidemia
  • Diet tinggi lemak dan rendah serat
  • Pengosongan lambung yang memanjang
  • Nutrisi intravena jangka lama  
  • Dismotilitas kandung empedu
  • Obat-obatan antihiperlipedmia (clofibrate)
  • Penyakit lain (seperti Fibrosis sistik, Diabetes mellitus, sirosis hati, pankreatitis dan kanker kandung empedu) dan  penyakit ileus (kekurangan garam empedu)
  • Ras/etnik (Insidensinya tinggi pada Indian Amerika, diikuti oleh kulit putih, gres orang Afrika)

Patofisiologi 

Cholelitasis / Batu empedu hampir selalu dibuat dalam kandung empedu dan jarang pada susukan empedu lainnya.

Faktor predisposisi yang penting yaitu :
  • Perubahan metabolisme yang disebabkan oleh perubahan susunan empedu
  • Statis empedu
  • Infeksi kandung empedu
Perubahan susunan empedu mungkin merupakan faktor yang paling penting  pada pembentukan watu empedu. Kolesterol yang berlebihan akan mengendap dalam kandung empedu .

Stasis empedu dalam kandung empedu sanggup menjadikan supersaturasi  progresif, perubahan susunan kimia dan pengendapan unsur tersebut. Gangguan kontraksi kandung empedu sanggup menimbulkan stasis. Faktor hormonal khususnya selama kehamilan sanggup dikaitkan dengan perlambatan pengosongan kandung empedu dan merupakan kejadian yang tinggi pada kelompok ini.
Infeksi basil dalam  susukan empedu sanggup memegang peranan sebagian  pada pembentukan watu dengan meningkatkan deskuamasi seluler dan pembentukan mukus. Mukus meningkatkan viskositas dan unsur seluler sebagai sentra presipitasi. Infeksi lebih sering sebagai akhir pembentukan watu empedu dibanding jerawat yang menimbulkan pembentukan batu.

Batu empedu asimtomatik sanggup ditemukan secara kebetulan pada pembentukan foto polos abdomen dengan maksud lain. Batu gres akan memperlihatkan keluhan bila bermigrasi ke leher kandung empedu (duktus sistikus) atau ke duktus koledokus. Migrasi keduktus sistikus akan menimbulkan obstruksi yang sanggup menimbulkan iritasi zat kimia dan infeksi. Tergantung beratnya imbas yang timbul, akan memperlihatkan citra klinis kolesistitis akut atau kronik.

Batu yang bermigrasi ke duktus koledokus sanggup lewat ke doudenum atau tetap tinggal diduktus yang sanggup menimbulkan ikterus obstruktif.

Fathway Cholelithiasis
Untuk mendapat fathway cholelithiasis doc, DISINI


Tanda dan Gejala 

Penderita watu susukan empedu sering memiliki gejala-gejala kronis dan akut.

1. Gejala Akut

Tanda
  • Epigastrium kanan terasa nyeri dan spasme
  • Usaha ide dalam waktu diraba pada kwadran kanan atas 
  • Kandung empedu membesar  dan nyeri
  • Ikterus ringan
Gejala
  • Rasa nyeri (kolik empedu) yang Menetap
  • Mual dan muntah                    
  • Febris (38,5??C) 

2. Gejala Kronis

Tanda
  • Biasanya tak tampak citra pada abdomen
  • Kadang terdapat nyeri di kwadran kanan atas
Gejala
  • Rasa nyeri (kolik empedu), Tempat : abdomen potongan atas (mid epigastrium), Sifat : terpusat di epigastrium menyebar ke arah skapula kanan
  • Nausea dan muntah
  • Intoleransi dengan masakan berlemak
  • Flatulensi
  • Eruktasi (bersendawa)

Pemeriksaan penunjang

Tes laboratorium :
  • Leukosit : 12.000 - 15.000 /iu (N : 5000 - 10.000 iu). 
  • Bilirubin : meningkat ringan, (N : < 0,4 mg/dl). 
  • Amilase serum meningkat.( N: 17 - 115 unit/100ml).
  • Protrombin menurun, bila anutan dari empedu intestin menurun lantaran obstruksi  sehingga menimbulkan penurunan absorbsi vitamin  K.(cara Kapilar : 2 - 6 mnt).
  • USG : memperlihatkan adanya bendungan /hambatan , hal ini lantaran adanya watu empedu dan distensi susukan empedu  ( frekuensi sesuai dengan mekanisme diagnostik)
  • Endoscopic Retrograde choledocho pancreaticography (ERCP), bertujuan untuk melihat kandung empedu, tiga cabang susukan empedu melalui ductus duodenum.
  • PTC (perkutaneus transhepatik cholengiografi): Pemberian cairan kontras untuk memilih adanya watu dan cairan pankreas.
  • Cholecystogram (untuk Cholesistitis kronik) : memperlihatkan adanya watu di sistim billiar.
  • CT Scan : memperlihatkan gellbalder pada cysti, dilatasi pada susukan empedu, obstruksi/obstruksi joundice.
  • Foto Abdomen :Gambaran radiopaque (perkapuran ) galstones, pengapuran pada susukan atau pembesaran pada gallblader.

Penatalaksanaan
   
Penanganan kolelitiasis dibedakan menjadi dua yaitu penatalaksanaan non bedah dan bedah. Ada juga yang membagi menurut ada tidaknya tanda-tanda yang menyertai kolelitiasis, yaitu penatalaksanaan pada kolelitiasis simptomatik dan kolelitiasis yang asimptomatik.

1. Penatalaksanaan Nonbedah

a) Penatalaksanaan pendukung dan diet
   
Kurang lebih 80% dari pasien-pasien inflamasi akut kandung empedu sembuh dengan istirahat, cairan infus, penghisapan nasogastrik, analgesik dan antibiotik. Intervensi bedah harus ditunda hingga tanda-tanda akut mereda dan evalusi yang lengkap sanggup dilaksanakan, kecuali bila kondisi pasien memburuk (Smeltzer, SC dan Bare, BG 2002).

Manajemen terapi :
  • Diet rendah lemak, tinggi kalori, tinggi protein
  • Pemasangan pipa lambung bila terjadi distensi perut.
  • Observasi keadaan umum dan investigasi vital sign
  • Dipasang infus kegiatan cairan elektrolit dan glukosa untuk mengatasi syok
  • Pemberian antibiotik sistemik dan vitamin K (anti koagulopati)
b)  Disolusi medis
   
Oral Dissolution Therapy yaitu cara penghancuran watu dengan pinjaman obat-obatan oral. Ursodeoxycholic acidlebih dipilih dalam pengobatan daripada chenodeoxycholic lantaran imbas samping yang lebih banyak pada penggunaan chenodeoxycholicseperti terjadinya diare, peningkatan aminotransfrasedan hiperkolesterolemia sedang
 
c)  Disolusi kontak
   
Terapi contact dissolutionadalah suatu cara untuk menghancurkan watu kolesterol dengan memasukan suatu cairan pelarut ke dalam kandung empedu melalui kateter perkutaneus melalui hepar atau alternatif lain melalui kateter nasobilier. Larutan yang digunakan yaitu methyl terbutyl eter. Larutan ini dimasukkan dengan suatu alat khusus ke dalam kandung empedu dan biasanya bisa menghancurkan watu kandung empedu dalam 24 jam.
   
Kelemahan teknik ini hanya bisa digunakan untuk masalah dengan watu yang kolesterol yang radiolusen. Larutan yang digunakan sanggup menimbulkan iritasi mukosa, sedasi ringan dan adanya kekambuhan terbentuknya kembali watu kandung empedu.
 
d)  Litotripsi Gelombang Elektrosyok (ESWL)
   
Prosedur non invasive ini menggunakan gelombang kejut berulang (Repeated Shock Wave) yang diarahkan pada watu empedu didalam kandung empedu atau duktus koledokus dengan maksud memecah watu tersebut menjadi beberapa sejumlah fragmen. (Smeltzer & Bare, 2002).
   
ESWL sangat terkenal digunakan beberapa tahun yang lalu. Analisis biaya-manfaat pada dikala ini memperlihatkan bahwa mekanisme ini hanya terbatas pada pasien yang telah benar-benar dipertimbangkan untuk menjalani terapi ini.   
 
e)  Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography (ERCP)
 
Pada ERCP, suatu endoskop dimasukkan melalui mulut, kerongkongan, lambung dan ke dalam usus halus. Zat kontras radioopak masuk ke dalam susukan empedu melalui sebuah selang di dalam sfingter oddi. Pada sfingterotomi, otot sfingter dibuka agak lebar sehingga watu empedu yang menyumbat susukan akan berpindah ke usus halus. ERCP dan sfingterotomi telah berhasil dilakukan pada 90% kasus. Kurang dari 4 dari setiap 1.000 penderita yang meninggal dan 3-7% mengalami komplikasi, sehingga mekanisme ini lebih kondusif dibandingkan pembedahan perut. ERCP saja biasanya efektif dilakukan pada penderita watu susukan empedu yang lebih tua, yang kandung empedunya telah diangkat

2.  Penatalaksanaan Bedah

a) Kolesistektomi terbuka
   
Operasi ini merupakan standar terbaik untuk penanganan pasien denga kolelitiasis simtomatik. Komplikasi yang paling bermakna yang sanggup terjadi yaitu cedera duktus biliaris yang terjadi pada 0,2% pasien. Angka mortalitas yang dilaporkan untuk mekanisme ini kurang dari 0,5%. Indikasi yang paling umum untuk kolesistektomi yaitu kolik biliaris rekuren, diikuti oleh kolesistitis akut.

b) Kolesistektomi laparaskopi
   
Kolesistektomi laparoskopik mulai diperkenalkan pada tahun 1990 dan kini ini sekitar 90% kolesistektomi dilakukan secara laparoskopi. 80-90% watu empedu di Inggris dibuang dengan cara ini lantaran memperkecil resiko kematian dibanding operasi normal (0,1-0,5% untuk operasi normal) dengan mengurangi komplikasi pada jantung dan paru. Kandung empedu diangkat melalui selang yang dimasukkan lewat sayatan kecil di dinding perut.
   
Indikasi awal hanya pasien dengan kolelitiasis simtomatik tanpa adanya kolesistitis akut. Karena semakin bertambahnya pengalaman, banyak hebat bedah mulai melaksanakan mekanisme ini pada pasien dengan kolesistitis akut dan pasien dengan watu duktus koledokus. Secara teoritis laba tindakan ini dibandingkan mekanisme konvensional yaitu sanggup mengurangi perawatan di rumah sakit dan biaya yang dikeluarkan, pasien sanggup cepat kembali bekerja, nyeri menurun dan perbaikan kosmetik. Masalah yang belum terpecahkan yaitu keamanan dari mekanisme ini, bekerjasama dengan kejadian komplikasi menyerupai cedera duktus biliaris yang mungkin sanggup terjadi lebih sering selama kolesistektomi laparoskopi.


Komplikasi

Komplikasi yang sanggup terjadi pada penderita kolelitiasis :
  1. Asimtomatik
  2. Obstruksi duktus sistikus
  3. Kolik bilier
  4. Kolesistitis akut
  5. Perikolesistitis
  6. Peradangan pankreas (pankreatitis)
  7. Perforasi
  8. Kolesistitis kronis
  9. Hidrop kandung empedu
  10. Empiema kandung empedu
  11. Fistel kolesistoenterik
  12. Batu empedu sekunder (Pada 2-6% penderita, susukan menciut kembali dan watu empedu muncul lagi)
  13. Ileus watu empedu (gallstone ileus)

Konsep Asuhan Keperawatan

Pengkajian
             
1. Data subjektif.
  • Riwayat masa lalu:
Riwayat keluarga, aktifitas, obesitas, suku, multiparity (sering hamil) pembedahan abdomen sebelumnya, cancer, sering berpuasa, pregnancy, diabetes, cirhosis.
  • Pengobatan:
Menggunakan estrogen atau kontrasepsi oral
  • Pengkajian umum: 
Kehilangan berat badan, kedinginan, anorexia.
  • Nyeri:
Nyeri hebat pada kuadran atas dan mungkin menyebar ke potongan belakang skapula (biliari c0l1c).
  • Integumen :
Kulit gatal dan kering
  • Gastrointestinal:
Tidak bisa mencerna, intoleransi terhadap lemak, nausea dan vomiting, dyspepsia, pyrosis, darah membeku, perut kembung.
  • Urinary:
Urine pekat atau gelap

2. Data Obyektif:
  • Keadaan umum: Hati, gelisah
  • Integumen: Jaundice, sklera ikterik
  • Pernapasan: Tachypneu, membelat selama pernapasan
  • Cardiovaskulaer: Tachycardia
  • Gastrointestinal: Gambaran terang watu empedu, distensi abdomen
  • Penemuan yang mungkin ditemukan:
  • Peningkatan fungsi liver dan bilirubin, leukocytosis, inovasi ultrasound abnormal  abdomen, IV cholangiogram.

Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang mungkin muncul pada masalah kolelitiasis yaitu sebagai berikut :
  • Gangguan rasa nyaman nyeri b.d adanya proses peradangan, distributor cidera biologis proses inflamasi kandung empedu, obstruksi/spasme duktus, iskemia jaringan (nekrosis).
  • Hypertermi b.d respon sistemik dari inflamasi gastrointestinal
  • Aktual/resiko tinggi ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan asam lambung
  • Gangguan rasa nyaman cemas b.d kurangnya pengetahuan
  • Gangguan pemenuhan ADL b.d atropi oto, kelemahan fisik
  • Resiko tinggi ketidak seimbangan cairan dan elektrolit b.d muntah berlebihan
  • Gangguan integritas kulit b.d mekanisme invasif, faktor mekanik.

Intervensi keperawatan

Diagnosa keperawatan 1

Gangguan rasa nyaman nyeri b.d adanya proses peradangan

Tujuan : Rasa nyaman nyeri terpenuhi dengan

kriteria hasil :
  • TTV dalam batas normal
  • Pasien tidak tampak kesakitan
  • Skala nyeri menurun
  • Nyeri berkurang atau hilang
Intervensi :
  • Observasi tanda-tanda vital. Rasional : Untuk memilih keadaan umum klien
  • Observasi dan catat lokasi (beratnya skala 0-10) dan karakteristik nyeri (menetap, hilang timbul, kolik). Rasional : Membantu membedakan penyebab nyeri dan memperlihatkan warta ihwal kemajuan/perbaikan penyakit, terjadinya komplikasi dan keefektifan intervensi
  • Tingkatkan tirah baring, biarkan pasien melaksanakan posisi yang nyaman. Rasional : Meningkatkan istirahat tirah baring pada posisi fowler rendah sanggup menurunkan tekanan intra abdomen, namun pasien akan melaksanakan posisi yang menhilangkan nyeri secara alamiah.
  • Ajarkan tehnik non farmakologi contohnya relaksasi, distraksi dll. Rasional : Dapat menurunkan nyeri yang dirasakan
  • Kolaborasi dalam pinjaman analgetik. Rasional : Analgetik sanggup mengatasi nyeri yang dirasakan

Diagnosa keperawatan. 2

resiko tinggi ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

Tujuan :Kebutuhan nutrisi terpenuhi

kriteria hasil :
  • Nafsu makan meningkat
  • Tidak terjadi gangguan nutrisi
  • Porsi makan habis
  • Bb kembali normal 
Intervensi :
  • Kaji status nutrisi klien, turgor kulit, BB, integritas mukosa, riwayat mual/muntah. Rasional : Memvalidasi dan tetapkan derajat duduk masalah untuk tetapkan pilihan intervensi yang tepat.
  • Pertahankan kebersihan mulut. Rasional : Akumulasi pertikel masakan dimulut sanggup menambah anyir dan rasa tak sedap yang menurunkan nafsu makan
  • Berikan masakan dalam porsi sedikit tapi sering. Rasional : Memudahkan proses pencernaan dan toleransi pasien terhadap nutrisi
  • Berikan masakan selagi hangat. Rasional : Dafat menghipnotis nafsu makan dan membangkitkan nafsu makan.
  • Kolaborasi dengan hebat gizi dalam pinjaman diit (diet cair rendah lemak, rendah lemak tinggi serat). Rasional : Merencanakan diet dengan nutrisi yang adekuat untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energi dan kalori sehubungan dengan perubahan metabolik pasien.

Diagnosa Keperawatan 3

Hypertermi b.d respon sistemik dari inflamasi gastrointestinal

Tujuan : Keseimbangan suhu tubuh kembali normal

kriteria hasil :
  • Suhu tubuh menurun/normal
  • Keringat yang keluar berkurang
  • Bibir lembab
Intervensi :
  • Observasi tanda-tanda vital, terutama suhu. Rasional : Dapat mendeteksi dini tanda-tanda peningkatan suhu tubuh.
  • Anjurkan pasien menggunakan pakaian yang tipis. Rasional : membantu mempermudah penguapan panas
  • Beri kompres hangat di beberapa potongan tubuh, menyerupai ketiak, lipatan paha, leher potongan belakang. Rasional : sanggup mempercepat penurunan suhu tubuh
  • Anjurkan pasien banyak minum ± 2 liter/hari. Rasional : untuk menjaga keseimbangan cairan didalam tubuh
  • Kolaborasi dalam pinjaman obat anti piretik. Rasional : sanggup membantu menurunkan panas

Diagnosa Keperawatan. 4

Gangguan integritas kulit b.d mekanisme invasif, faktor mekanik, ikterus

Tujuan : Gangguan integritas kulit tidak terjadi

kriteria hasil : memperlihatkan sikap untuk meningkatkan penyembuhan / mencegah kerusakan kulit.

Intervensi :
  • Observasi kulit, sclera dan perubahan warna urin. Rasional : Terjadinya icterik mengindikasikan adanya obstruksi anutan empedu.
  • Berikan masase pada tempat kulit yang mengalami gangguan. Rasional : Bermanfaat dalam menurukan iritasi kulit.
  • Pertahankan kelembaban (+/- 60%), gunakan alat pelembab. Rasional : Kelembaban yang rendah, kulit akan kehilangan air.
  • Pertahankan lingkungan dingin. Rasional : Kesejukan mengurangi gatal
  • Mengoleskan lotion dan krim kulit segera sesudah mandi. Rasional : Hidrasi yang cukup pada stratum korneum mencegah gangguan lapisan barier kulit.
  • Menjaga supaya kuku selalu terpangkas (pendek). Rasional : Mengurangi kerusakan kulit akhir garukan

Diagnosa. 5

Resiko tinggi ketidak seimbangan cairan dan elektrolit b.d muntah berlebihan

Tujuan : Menunjukan cairan adekuat, 

kriteria hasil : Tanda vital stabil, membran mukosa lembab, turgos kulit baik, pengisian kapiler baik, secra individu mengeluarkan urine cukup, dan tidak ada muntah.

Intervensi :

  • Pertahankan masukan dan haluaran akurat, perhatikan haluaran kurang dari masukan, peningkatan berat jenis urine. Kaji membrane mukosa/kulit, nadi perifer, dan pengisian kapiler. Rasional : Memberikan warta ihwal status cairan/volume sirkulasi dan kebutuhan penggantian.
  • Awasi tanda / tanda-tanda peningkatan/berlanjutnya mual/muntah, kram abdomen, kelemahan, kejang, kejang ringan, kecepatan jantung tak teratur, parestesia, hipoaktif atau tak adanya bising usus, depresi pernapasan. Rasional : Muntah bekepanjangan, aspirasi gaster dan pembatasan pemasiukan oral sanggup menimbulkan defisit natrium, kalium dan klorida.
  • Hindarkan dari lingkungan yang berbau. Rasional : Menurunkan rangsangan pada sentra muntah
  • Kaji perdarahan yang tidak biasa, contoh: perdarahan terus-menerus pada sisi injeksi, mimisan, perdarahan gusi, ekimosis, petekie, hematemesis/melena. Rasional : Protrombin darah menurun dan waktu koagulasi memanjang bila anutan empedu terhambat, meningkatkan resiko perdarahan/hemoragi.
  • Kolaborasi : Berikan antimetik. Rasional : Menurunkan mual dan mencegah muntah
  • Kolaborasi : Berikan cairan IV, elektrolit, dan vitamin K. Rasional : Mempertahankan volume sirkulasi dan memperbaiki ketidakseimbangan.


Daftar Pustaka :

  • Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI 1990, Jakarta, P: 586-588.
  • Sylvia Anderson Price, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih Bahasa AdiDharma, Edisi II.P: 329-330.
  • Marllyn E. Doengoes, Nursing Care Plan, Fa. Davis Company, Philadelpia, 1993.P: 523-536.
  • D.D.Ignatavicius dan M.V.Bayne, Medical Surgical Nursing, A Nursing Process Approach, W. B. Saunders Company, Philadelpia, 1991.
  • Sutrisna Himawan, 1994, Pathologi (kumpulan kuliah), FKUI, Jakarta 250 - 251.
  • Mackenna & R. Kallander, 1990, Illustrated Physiologi, fifth edition, Churchill Livingstone, Melborne : 74 - 76.
Untuk mend0wnl0ad laporan pendahuluan Cholelithiasis (Batu empedu) pdf dan doc, dibawah :
Link Alternatif
Demikian laporan pendahuluan cholelithiasis (Batu empedu) lengkap, d0wnl0ad format pdf dam doc kami bagikan, semoga bisa membantu sahabat sejawat sekalian dalam pembuatan kiprah askep, makalah ataupun laporan pendahuluan. Terima kasih.

Sumber http://bangsalsehat.blogspot.com