Wednesday, May 16, 2018

√ Unsur-Unsur Pembentuk Puisi Dan Strukturnya


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan puisi atau yakni ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Puisi juga diartikan sebagai sajak atau gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan membangkitkan balasan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna khusus. Biasanya puisi dibuat untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan si pengarang dengan mengutamakan keindahan kata-kata.





Unsur-unsur Pembentuk Puisi





Puisi dibuat atau dibangun dengan unsur-unsur puisi sebagai berikut.





1. Tema





Tema puisi merujuk pada gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair melalui puisinya. Umumnya, tema puisi bersifat khusus, objektif, dan lugas. Adapun tema-tema yang banyak terdapat dalam puisi yakni tema kemanusiaan, ketuhanan, cinta, patriotisme, kegelisahan, kegagalan hidup, kritik sosial, kesetiakawanan, demokrasi, alam, keadilan, dan perjuangan.





2. Nada dan suasana





Unsur pembentuk puisi selanjutnya yakni nada dan suasana kejiwaan. Melalui puisinya, penyair mengungkapkan sikapnya pada pembaca sehingga membuat suasana puisi. Dari nada dan suasana inilah, puisi menjadi mirip menggurui, menasehati, menghibur, dan sebagainya.





3. Perasaan





Puisi merupakan ungkapan perasaan penyairnya. Adapun perasaan yang menjiwai puisi sanggup berupa perasaan sedih, gembira, terharu, tersinggung, terasing, sombong, patah hati, kesepian, ketakutan, dan lain sebagainya.





4. Amanat





Amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca. Biasanya, amanat dirumuskan sendiri oleh pembaca.





5. Majas





Majas atau kiasan atau gaya bahasa berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yakni cara melukiskan sesuatu dengan jalan menyamakannya dengan sesuatu yang lain. Majas dalam puisi dipakai untuk membuat kesan tertentu bagi penyimak atau pembacanya. Ada macam-macam majas yang kerap dipakai dalam puisi untuk menjadikan kesan tertentu bagi pembaca di antaranya yakni majas perbandingan, pertentangan, perulangan, dan pertautan.





a. Majas perbandingan





Macam-macam majas perbandingan antara lain sebagai berikut.





  • Majas perumpamaan atau majas simile yakni majas yang membandingkan dua hal yang pada hakikatnya berlainan dan dengan sengaja kita anggap sama. Perbandingan itu secara eksplisit dijelaskan dengan pemakaian kata bagai, sebagai, ibarat, seperti, bak, laksana, semisal, seumpama, dan serupa. Contoh : Hidup laksana roda yang berputar, kadang di atas dan kadang di bawah.
  • Majas metafora yakni majas yang membandingkan antara dua hal yang berbeda secara implisist. Metafora hampir sama dengan perumpamaan, bedanya yakni pada majas metafora perbandingan dilakukan secara eksklusif tanpa memakai kata bagai, sebagai, ibarat, seperti, bak, laksana, semisal, seumpama, umpama, dan serupa. Contoh majas metafora : Tono yakni sampah masyarakat di desa ini.
  • Personifikasi yakni majas yang melekatkan sifat-sifat insani pada benda-benda yang tidak bernyawa atau pada ilham yang abstrak. Penggunaan majas personifikasi sanggup memberi kejelasan dan bayangan angan (citraan) yang konkret. Contoh majas personifikasi : Hembusan angin membelai rambutnya yang indah.
  • Majas alegori yakni dongeng yang mengiaskan hal lain atau bencana lain. Alegori sanggup dikatakan sebagai metafora yang dilanjutkan. Jadi, memahami majas alegori harus dari keseluruhan teks.




b. Majas pertentangan





Macam-macam majas pertentangan antara lain sebagai berikut.





  • Majas hiperbola yakni majas yang menyatakan sesuatu secara berlebihan baik jumlah, ukuran, maupun sifat-sifatnya. Tujuannya yakni untuk mendapat perhatian yang lebih saksama dari pembaca. Contoh majas hiperbola : Sampah di Kota Bandung bertumpuk setinggi gunung.
  • Majas litotes yakni majas yang menyatakan sesuatu dengan cara memperkecil atau melemahkan sesuatu tersebut dan menyatakan kebalikannya. Contoh majas litotes : Mampirlah ke gubuk kami yang sederhana ini.
  • Majas ironi berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yakni majas yang menyatakan makna yang bertentangan dengan makna sesungguhnya, contohnya dengan mengemukakan makna yang berlawanan dengan makna yang bersama-sama dan ketidaksesuaian antara suasana yang diketengahkan dan kenyataan yang mendasarinya. Hal ini dimaksudkan untuk memperlihatkan sindiran. Ironi sanggup bermetamorfosis sinisme dan sarkasme dengan munculnya kata-kata yang lebih kasar. Contoh majas ironi : Rajin sekali Anda tiba ke sekolah, bel masuk sudah berbunyi dua jam yang lalu.




c. Majas perulangan





Macam-macam majas perulangan antara lain sebagai berikut.





  • Majas aliterasi adalah majas yang memakai kata-kata dengan bunyi awal yang sama.
  • Majas repetisi yakni majas yang mengandung pengulangan berkali-kali atas kata atau kelompok kata yang sama.




d. Majas pertautan





Macam-macam majas pertautan antara lain sebagai berikut.





  • Majas metonimia berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yakni majas yang berupa pemakaian nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan orang, barang, atau hal lain sebagai penggantinya. Contoh majas metonimia : Ia sedang mengkaji Chairil Anwar bermakna mengkaji karya Chairil Anwar.  
  • Majas sinekdoke berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yakni majas pertautan yang menyebutkan nama bab sebagai pengganti nama keseluruhan atau pars pro toto. Makna lainnya yakni majas pertautan yang menyebutkan nama keseluruhan sebagai pengganti nama bagiannya atau totem pro parte.  Sinekdoke juga dimaknai sebagai majas pertautan yang menyebutkan nama materi sebagai pengganti nama barang yang terbuat dari materi itu. Majas sinekdoke dipakai untuk mengungkapkan bencana eksklusif dari sumbernya sehingga menjadikan gambaran yang lebih konkret.
  • Majas eufemisme berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yakni ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti ungkapan yang dirasakan kasar, yang dianggap merugikan, atau yang tidak menyenangkan. Eufemisme berkaitan dengan bentuk konotasi positif dari sebuah kata. Contoh : tunakarya merupakan bentuk halus dari pengangguran.
  • Majas alusio yakni majas yang menunjuk secara tidak eksklusif pada suatu bencana atau tokoh berdasarkan praanggapan adanya pengetahuan bersama yang dimiliki oleh pengarang dan pembaca serta adanya kemampuan pembaca untuk menangkap pengacuan tersebut. Contoh majas alusio : Tugu Dasasila Bandung mengingatkan kita pada bencana Konferensi Asia Afrika.




6. Irama





Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, irama dalam puisi berarti alunan yang terjadi alasannya perulangan dan pergantian kesatuan bunyi dalam arus panjang pendek bunyi, keras lembut tekanan, dan tinggi rendah nada.  Dalam puisi, irama berfungsi untuk memberi jiwa pada kata-kata hingga sanggup membangkitkan emosi tertentu mirip sedih, kecewa, marah, rindu, dan bahagia.





8. Penggunaan kata-kata konotasi





Kata konotasi yakni kata yang bermakna tidak sebenarnya. Kata itu telah mengalami penambahan-penambahan, baik itu berdasarkan pengalaman, kesan, maupun imajinasi, dan perasaan penyair.





9. Kata-kata berlambang





Lambang atau simbol yakni sesuatu mirip gambar, tanda, ataupun kata yang menyatakan maksud tertentu. Lambang-lambang itu menyatakan arti tertentu yang bisa dipahami umum.





10. Pengimajinasian





Pengimajinasian yakni kata atau susunan kata yang sanggup menjadikan imajinasi atau imajinasi. Dengan daya imajinasi tersebut, pembaca seakan-akan merasa, mendengar, atau melihat sesuatu yang diungkapkan penyair. Dengan kata-kata yang dipakai penyair, pembaca seakan-akan mendengar bunyi (imajinasi auditif), melihat benda-benda (imajinasi visual), atau meraba dan menyentuh benda-benda (imajinasi taktil).





Struktur Puisi





Unsur-unsur pembentuk puisi di atas sanggup dikelompokkan ke dalam dua macam struktur puisi yaitu struktur fisik dan struktur batin. Dengan kata lain, struktur puisi mengacu pada dua macam unsur-unsur puisi yaitu struktur fisik dan struktur batin.





1. Struktur fisik





Yang dimaksud dengan struktur fisik puisi yakni unsur-unsur pembentuk atau pembangun puisi dari luar mirip diksi atau pemilihan kata, pengimajinasian, kata konkret, majas, rima, dan tipografi.





  • Diksi atau pemilihan kata. Puisi dibuat dengan memakai kata-kata yang dipilih secara cermat. Pemilihan kata ini juga berkaitan dengan makna, susunan bunyi, maupun korelasi antara satu kata dengan kata lainnya dalam baris dan baitnya.
  • Pengimajinasian. Yang dimaksud dengan pengimajinasian yakni kata ataupun susunan kata yang sanggup menjadikan imajinasi tertentu mirip imajinasi visual, imajinasi auditif, dan imajinasi taktil.
  • Kata konkret. Penggunaan kata-kata yang kasatmata sangat berkaitan dekat dengan pengimajinasian. Dalam arti, imajinasi pembaca sanggup dibangkitkan dengan memakai kata-kata yang kasatmata dan terang sehingga pembaca sanggup membayangkan secara terang apa yang dimaksud oleh penyair.
  • Majas. Majas atau gaya bahasa atau bahasa figuratif yakni bahasa yang dipakai oleh penyair untuk menyampaikan sesuatu dengan cara membandingkan, mengiaskan atau menyamakan sesuatu dengan yang lain.
  • Rima dan ritma. Yang dimaksud dengan rima yakni pengulangan bunyi dalam puisi yang membuat puisi menjadi indah. Selain rima, ada istilah ritma yang merujuk pada pengulangan kata, frase atau kalimat dalam puisi. Baik rima maupun ritma membuat puisi menjadi lebih indah dan bermakna.
  • Tipografi. Tipografi atau tata wajah dalam puisi merujuk pada bentuk visual puisi yang membedakannya dengan karya sastra lainnya. Biasanya, puisi ditulis dengan mengacu pada susunan tertentu mirip adanya larik, bait, jumlah kata dalam setiap bait, dan cara penulisan.




2. Struktur batin





Struktur batin puisi yakni unsur-unsur yang membentuk atau membangun puisi dari dalam yang mencakup tema, perasaan, nada dan suasana, dan amanat.





  • Tema merujuk pada gagasan utama penyair dalam puisinya mirip tema Ketuhanan, keadilan sosial, kemanusiaan, kedaulatan rakyat, patriotism, atau keadilan sosial.
  • Perasaan merujuk pada perasaan yang diekspresikan oleh penyair, mirip kegelisahan, kerinduan, kesedihan, dan lain sebagainya.
  • Nada puisi merujuk pada perilaku penyair kepada pembaca, contohnya menasehati, menggurui, menyindir, mengejek, atau lugas dalam menceritakan sesuatu kepada pembaca.
  • Suasana merujuk pada keadaan jiwa pembaca sehabis membaca puisi.
  • Amanat merujuk pada pesan yang akan disampaikan oleh penyair melalui puisinya.




Demikian ulasan singkat wacana unsur-unsur pembentuk puisi dan strukturnya. Artikel lain yang sanggup dibaca dan berkaitan dengan puisi atau karya sastra lainnya di antaranya yakni perbedaan puisi dan sajak, jenis-jenis puisi, jenis jenis puisi lama, jenis jenis puisi baru, jenis jenis puisi kontemporer, jenis jenis sajak, macam-macam puisi gres berdasarkan isinya, macam-macam puisi gres berdasarkan bentuknya, contoh puisi singkat, contoh puisi usang mantra, contoh puisi beserta sinopsisnya, contoh puisi distikon, contoh puisi terzina, contoh puisi quatrain, contoh puisi soneta, contoh puisi romance, contoh puisi balada, dan contoh puisi elegi. Semoga bermanfaat.



Sumber https://dosenbahasa.com