Gempa yang terjadi pada tanggal 5 Agustus 2018 pukul 18:47 WITA ini mengguncang Lombok dengan kekuatan 7 skala richter. Gempa ini merupakan gempa type II dikarenakan telah didahului oleh gempa lain beberapa hari sebelumnya. Guncangannya berpusat di koordinat 8,26 lintas selatan, dan 116,55 bujur timur (Lombok Timur). Gempa ini cukup besar sehingga menjadikan 70% bangunan lokal runtuh (menurut Gubernur NTB).
Gempa ini mengakibatkan korban jiwa yang mencapai lebih dari 90 orang. Jumlah ini kemungkinan akan terus bertambah alasannya proses penyelamatan hingga detik artikel ini ditulis masih terhambat oleh langkanya arat berat. Masih banyak korban jiwa yang terjebak di dalam reruntuhan bangunan yang runtuh akhir gempa.
Ketika gempa terjadi pada pukul 18:47, BMKG mengumumkan waspada tsunami. Keputusan ini diambil sesudah menganalisis kedangkalan gempa namun mengakibatkan robekan akhir pergeseran sesar mulai dari daratan Lombok hingga wilayah laut. Hal ini mengakibatkan potensi tsunami. Walau kemungkinan ketinggian gelombang hanya setengah meter saja, namun warga diminta untuk waspada dan naik ke tempat yang lebih tinggi. Hasilnya, memang telah terjadi kenaikan gelombang bahari yang tiba di banyak sekali daerah Lombok. Diantaranya adalah Benoa (2 cm), Desa Lembar (9 cm), Desa Badas (10 cm), dan Desa Carik (13,5 cm). Tak usang kemudian ancaman tsunami ini kemudian ditarik oleh BMKG pada pukul 20:25 pada hari yang sama.
Isu bencana tsunami yang sempat muncul menciptakan para penduduk, terutama wisatawan domestik dan asing, serta warga setempat yang dikala itu sedang berada di Lombok minta untuk dievakuasi keluar pulau. Beberapa wisatawan juga tetapkan untuk eksklusif pulang ke negara asal mereka.
Penyebab Terjadinya Gempa Lombok
BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika) menjelaskan bahwa gempa yang terjadi pada tanggal 5 Agustus 2018 ini merupakan gempa utama (main shock) dari rangkaian gempa yang pernah terjadi sebelumnya (fore shock). Sebelumnya juga telah terjadi gempa di daerah yang sama, yaitu pada tanggal 29 Juli 2018 (6,4 sr). Setelah itu gempa susulan setelah main shock tentu akan terjadi, tercatat sebanyak 163 gempa bumi kecil terjadi hingga esok harinya pukul 13.00 WIB
Menurut BMKG Denpasar, Yohanes Agus Tiawan, gempa bumi ini terjadi akhir kegiatan Sesar Naik Flores yang memanjang dari Nusa Tenggara Timur hingga Bali. Penilaian ini disimpulkan dari menganalisa gerakan prosedur sumber gempa berupa pergeseran bebatuan yang bergerak naik. Gerakan sesar naik ini juga yang bertanggung jawab atas terjadinya gempa bumi dan tsunami di utara Flores pada tahun 1992 yang lalu.
Gempa ini memang terjadi di daratan, namun guncangannya hingga ke lautan, hal ini yang menjadikan BMKG memberi peringatan waspada tsunami. Statusnya hanya berupa “waspada”, alasannya asumsi gelombang yang tiba tidak akan melebihi 0,5 meter tingginya.
Sesar yakni retakan tanah dalam lapisan bumi. Biasanya, sesar dihubungkan dengan atau terbentuk oleh lempengan tektonik Bumi. Pada sesar yang aktif, cuilan dari lempengan bumi bergerak terus sepanjang waktu. Pergerakan ini sanggup menjadikan gempa bumi.
Adapun jenis pergerakan lapisan ini mempunyai banyak jenis, divergen (bergerak menjauh), konvergen (lempeng-lempeng saling bertumbukan sehingga menjadikan benturan), dan transform (lempeng-lempeng saling bergeseran tanpa merusak litosfer). Bisa dibilang, kegiatan inilah yang membentuk wajah bumi menyerupai kini ini.

Tiga jenis pergeseran lempeng tektonik beserta anatominya. Paling kiri yakni divergent, tengah yakni transform, sedangkan paling kanan yakni konvergen. Gempa yang terjadi di Lombok pada tanggal 9 Agustus 2018 kemudian yakni jenis konfergen dimana Lempeng Australia bertumbukan dengan Lempeng Sunda.
Lombok itu sendiri terletak di antara dua lempengan tektonik. Pada gempa yang terjadi pada tanggal 5 Agustus 2018 kemarin, dua lempeng besar di Lombok saling bertumbukan dimana salah satu lempeng menimpa lempeng yang lain. Lombok merupakan zona subsiduksi dimana salah satu lempeng berada di lempeng yang lain dan terjadi tabrakan. Yang terjadi yakni Lempeng Australia bergerak ke bawah Lempeng Sunda ke arah utara. Bencana alam ini masih bekerjasama dengan cincin api yang berada di wilayah Indonesia sehingga memang negara ini rawan dengan musibah gempa bumi dan gunung meletus.

Seperti yang terlihat pada gambar, wilayah yang terkena risiko gempa serupa termasuk juga negara Filipina, Selandia Baru, Jepang, pesisir pantai barat Ameriika, Meksiko, dan Chilli. Negara-negara tersebut berada di wilayah cincin api Pasifik.
Selain itu, gempa ini juga merupakan jenis gempa kerak dangkal dengan kedalaman hiposenter 24 km. Hiposenter sedangkal ini sudah cukup untuk menjadikan skala guncangan berintensitas VI-VII MMI. Dengan asumsi percepatan gerakan tanah yang melebihi 120 gal, sudah cukup untuk mengakibatkan kerusakan pada permukaan tanah tersebut.
Akibat Gempa Lombok
Peristiwa ini juga menjadi cukup merusak alasannya daerah tempat terjadinya gempa tersebut merupakan tempat perbukitan yang tersusun dari batuan gunung berapi menyerupai contohnya lava, tufa, dan breksi. Kawasan menyerupai ini sangat rentan untuk terjadi efek topografi horizontal. Dengan begitu, semakin curam lereng, semakin besar guncangannya.
Ironisnya, berdasarkan data yang ada, jumlah korban jiwa pada insiden ini sebagian besar diakibatkan alasannya para korban terjebak oleh reruntuhan bangunan, ketimbang gempa secara langsung. Tentunya faktor arsitektur juga turut kuat terhadap besarnya kerusakan yang ditimbulkan oleh gempa ini. Bangunan yang berdiri di atas lokasi terjadinya gempa itu tidak mempunyai pertahanan standar terhadap gempa. Menilai dari bangunan-bangunan yang runtuh akibat gempa bumi tersebut, mereka tidak memakai bebatuan bermutu baik dengan tulangan yang cukup kuat untuk menahan guncangan dari bawah tanah. Padahal bahwasanya rumah berbahan kayu atau bambu sanggup lebih kondusif untuk melindungi penghuninya dari serangan gempa.
Hingga beberapa hari setelah main shock terjadi, ratusan laporan mengenai gempa-gempa susulan telah terjadi di wilayah sekitar Lombok. After shock ini dirasakan hingga ke wilayah Malang dengan magnitude kecil antara 3-4 skala richter. Terhitung ada lebih dari 35 gempa susulan yang terasa di Malang.
Namun gempa ini dipandang sebagai sesuatu yang baik alasannya ini berarti telah terjadi pelepasan energi dari bebatuan di sekitar tempat gempa sehingga kegiatan lempeng menjadi normal dan stabil kembali. Walau begitu, gempa tektonik merupakan jenis gempa yang labil, dengan kata lain, suatu dikala akan terjadi lagi gempa serupa.
Sumber aciknadzirah.blogspot.com