Tuesday, September 12, 2017

√ Lp Hidrosefalus Lengkap

Salam teman sejawat sekalian. bagi seorang perawat pastinya tidak asing lagi dengan yang nama nya laporan pendahuluan, lantaran sebagai seorang perawat khususnya yang sedang mengenyam pendidikan di akademik pastilah sering bergelut dengan yang namanya laporan pendahuluan, terutama pada dikala mulai praktikum dirumah sakit dan juga bagi yang sedang menjalani aktivitas profesi ners.

 bagi seorang perawat pastinya tidak asing lagi dengan yang nama nya √ LP Hidrosefalus lengkap
Hidrocefalus

bermaksud membantu teman sejawat yang sedang membutuhkan laporan pendahuluan sebagai kiprah pada dikala praktik di rumah sakit. kali ini admin coba membagikan laporan pendahuluan hidrosefalus

Laporan pendahuluan Hidrosefalus

A. Pengertian 


Hidrosefalus yakni keadaan patologis otak yang menjadikan bertambahnya cairan serebrospinalis (CSS) dengan tekanan intracranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirkan CSS. Harus dibedakan dengan pengumpulan cairan lokal tanpa tekanan intracranial yang meninggi menyerupai pada kista porensefali atau pelebaran ruangan, setelah terjadinya atrofi otak.


B. Anatomi dan Fisiologi 

Ruangan CSS mulai terbentuk pada ahad kelima masa embrio, terdiri dari system ventrikel, sisterna magna pada dasar otak dan ruang subaraknoid yang mencakup seluruh susunan saraf sentra (SSP). Hubungan antara system ventrikel dan ruang subaraknoid yakni melalui foramen Magendie di median dan foramen Luschka di sebelah lateral ventrikel IV.

Aliran CSS yang normal ialah dari ventrikel lateralis melalui foramen Monroi ke ventrikel III, dari tempat ini melalui saluran yang sempit akuaduktus Sylvii ke ventrikel IV dan melalui foramen Luschka dan Magendie ke dalam ruang subaraknoid melalui sisterna magna. Penutupan sisterna basalis mengakibatkan gangguan kecepatan resorpsi CSS oleh sistem kapiler.


C. Macam-Macam Hidrosefalus

Terdapat 2 macam Hidrosefalus, yaitu:

1. Hidrosefalus obstruktif

Tekanan CSS yang tinggi disebabkan obstruksi pada salah satu tempat antara pembentukan CSS oleh pleksus koroidalis dan keluarnya dari ventrikel IV melalui foramen Luschka dan Magendie

2. Komunikans

Bila tekanan CSS yang meninggi tanpa penyumbatan system ventrikel


D. Etiologi

Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan anutan CSS pada salah satu tempat antara tempat pembentukan CSS dalam system ventrikel dan tempat penyerapan dalam ruang subaraknoid. Akibat penyumbatan terjadi dilatasi ruangan CSS di atasnya. Tempat yang sering tersumbat dan terdapat dalam klinik ialah foramen Monroi, foramen Luschka dan Magendie, sisterna magna dan sisterna basalis. Teoritis pembentukan CSS yang terlalu banyak dengan kecepatan penyerapan yang normal akan meyebabkan terjadinya hidrosefalus, namun dalam klinik sangat jarang terjadi, contohnya terlihat pelebaran ventrikel tanpa penyumbatan pada adenomata pleksus koroidalis. Berkurangnya penyerapan CSS pernah dilaporkan dalam kepustakaan pada obstruksi kronis anutan vena otak pada trombosius sinus longitudinalis. Contoh lain ialah terjadinya hidrosefalus setelah operasi koreksi daripada spina bifida dengan meningokel tanggapan berkurangnya permukaan untuk absorpsi.

Penyebab penyumbatan anutan CSS yang sering terdapat pada bayi dan anak ialah:

1. Kelainan bawaan (Kongenital) disebabkan gangguan perkembangan janin dalam rahim (misalnya Malformasi aqrnold-Chiari atau infeksi intrauterine

a. Stenosis akuaduktus Sylvii
merupakan penyebab yang terbanyak pada hidrosefalus bayi dan anak (60% - 90%). Akuaduktus sanggup merupakan saluran buntu sama sekali atau abnormal lebih sempit dari biasa. Umumnya tanda-tanda hidrosefalus terlihat semenjak lahir atau progresif dengan cepat pada bulan-bulan pertama setelah lahir.

b. Spina bifida dan kranium bifida
Hidrosefalus pada kelainan ini biasanya berafiliasi dengan sindrom Arnold-Chiari tanggapan tertariknya medula spinalis dengan medula oblongata dan sereblum letaknya lebih rendah dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian atau total.

c. Sindrom Dandy-Walker
Merupakan atresia kongenital foramen Luschka dan Magendie dengan tanggapan hidrosefalus obstruktif dengan pelebaran sistem ventrikel terutama ventrikel IV yang sanggup sedemikian besarnya hingga merupakan suatu kista yang besar di tempat fosa posterior.

d. Kista arakroid
Dapat terjadi kongenital tetapi sanggup juga timbul tanggapan trauma sekunder suatu hematoma.

e. Anomali pembuluh darah

Dalam kepustakaan dilaporkan terjadinya hidosefalus tanggapan areurisma-arterio-vena yang mengenai arteria serebralis posterior dengan vena Galeni atau sinus transversus tanggapan obstruksi akuaduktus.

2. Infeksi

Akibat infeksi sanggup timbul perlekatan meningen sehingga sanggup terjadi obliterasi ruangan subaraknoid. Pelebaran ventrikel pada fase akut meningitis purulenta terjadi bila anutan CSS terganggu oleh obstruksi mekanik eksudat purulen di akuaduktus Sylvii atau sisterna basalis. Lebih banyak hidrosefalus terdapat pasca meningitis. Pembesaran kepala sanggup terjadi beberapa ahad hingga beberapa bulan setelah sembuh dari meningitisnya. Secara patologis terlihat penebalan jaringan piamater dan araknoid sekitar sisterna basalis dan tempat lain. Pada meningitis serosa tuberkulosa, perlekatan meningen terutama terdapat di tempat basal sekitar sisterna kiasmatika dan interpendunkularis, sedangkan pada meningitis purulenta lokasinya lebih besar.

3. Neoplasma

Hidrosefalus oleh obstruksi mekanis yang sanggup terjadi disetiap tempat anutan CSS. Pengobatan dalam hal ini ditujukan kepada penyebabnya dan apabila tumor mustahil dioperasi, maka sanggup dilakukan tindakan paliatif dengan mengalirkan CSS melalui saluran buatan atau pirau. Pada anak yang terbanyak mengakibatkan penyumbatan ventrikel IV atau akuaduktus Sylvii serpihan terakhir biasanya suatu glioma yang berasal dari sereblum, sedangkan penyumbatan serpihan depan ventrikel III biasanya disebabkan suatu kraniofaringioma.

4. Perdarahan

Telah banyak dibuktikan bahwa perdarahan sebelum dan setelah lahir dalam otak, sanggup mengakibatkan fibrosis leptomeningen terutama pada tempat basal otak, selain penyumbatan yang terjadi tanggapan orgisasi dari darah itu sendiri.


E. Patofisiologi
  • Hidrosefalus terjadi lantaran ada gangguan absorbsi CSF dalam subarachnoid (communicating hidrosefalus) dan atau adanya obstruksi dalam ventrikel yang mencegah CSF masuk ke rongga subarachoid lantaran infeksi, neoplasma, perdarahan, atau kelainan bentuk perkembangan otak janin (noncomunicating hidrosefalus) 
  • Cairan terakumulasi dalam ventrikel dan menjadikan dilatasi ventrikel dan pengutamaan organ-organ yang terdapat dalam otak.
Fathway
 bagi seorang perawat pastinya tidak asing lagi dengan yang nama nya √ LP Hidrosefalus lengkap
Fathway Hidrosefalus
Download Pathway Hidrosefalus, DISINI

F. Komplikasi 
  • Peningkatan tekanan intracranial 
  • Infeksi: septicemia, endokarditis, infeksi luka, nefritis, meningitis, ventrikulitis, infeksi otak 
  • Shunt tidak berfungsi dengan baik tanggapan obstruksi mekanik 
  • Hematomi subdural, peritonitis, infeksi abdomen, perforasi organ dalam rongga abdomen, fistula, hernia, dan ileus 
  • Kematian

G. Manifestasi Klinik

Dibedakan menjadi dua, yaitu pada bayi dan masa kanak-kanak:

1. Masa Bayi:

  • Kepala membesar, fontanel anterior menonjol, vena pada kulit kepala dilatasi dan terlihat terang pada dikala bayi menangis, terdapat suara cracked-pot (tanda Macewen), mata melihat ke bawah (tanda setting-sun), gampang terstimulasi, lemah, kemampuan makan kurang, perubahan kesadaran, opisthotonus, dan spatik pada ekstermitas bawah 
  • Pada bayi dengan malformasi Arnold-Chiari, bayi mengalami kesulitan menelan, suara nafas stridor, kesulitan bernafas, apnea, aspirasi, dan tidak ada refleks muntah 
2. Masa Kanak-kanak

  • Sakit kepala, muntah, papil oedema, strabismus, ataxia, gampang terstimulasi, letargi, aptis, bingung, bicara inkoheren

H. Pemeriksaan Diagnostik 

Pada anak yang lebih besar kemungkinan hidrosefalus diduga bila terdapat tanda-tanda dan tanda tekanan intrakranial yang meninggi. Tindakan yang sanggup membantu dalam menegakkan diagnosis ialah transiluminasi kepala, ultrasonografi kepala bila ubun-ubun besar belum menutup, foto rontgen kepala dan tomografi komuter (CT scan). Pemeriksaan untuk memilih lokalisasi penyumbatan ialah dengan menyuntikkan zat warna PSP ke dalam ventrikel lateralis dan menampung pengeluarannya dari fungsi lumbal untuk mengetahui penyumbatan ruang subaraknoid. Sebelum melaksanakan uji PSP ventikel ini dilakukan dahulu untuk melengkapi pemeriksaan. Namun dengan adanya investigasi CT scan kepala, uji PSP ini tidak dikenakan lagi.


I. Penatalaksaan

Pada sebagian penderita pembesaran kepala berhenti sendiri (arrested hydrocephalus), mungkin oleh rekanalisasi ruang subaraknoid atau kompensasi pembentukan CSS yang berkurang (Laurence, 1965).

Tindakan bedah belum ada yang memuaskan 100%, kecuali bila penyebabnya ialah tumor yang masih sanggup diangkat.

Tujuan pengobatan yakni untuk mengurangi hidrosefalus, menangani komplikasi, mengatasi pengaruh hidrosefalus atau gangguan perkembangan.

 Ada 3 prinsip pengobatan hidrosefalus:

1. Mengurangi produksi CSS dengan merusak sebagian pleksus koroidalis dengan tindakan reseci (pembedahan) atau koagulasi, akan tetapi kesudahannya tidak memuaskan.Obat azetasolamid (Diamox) dikatakan memiliki khasiat inhibisi pembentukan CSS

2. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat penyerapan yakni menghubungkan ventrikel dengan subaraknoid. Misalnya ventrikulosisternostomi Torkildsen pada stenosis akuaduktus. Pada anak kesudahannya kurang memuaskan, lantaran sudah ada insufisiensi fungsi absorpsi

3. Pengeluaran CSS ke dalam organ ekstrakranial.

  •  Drainase ventrikulo-peritoneal 
  •  Drainase lombo-peritoneal 
  •  Drainase ventrikulo-pleural 
  •  Drainase ventrikulo-ureterostomi 
  •  Drainase ke dalam antrum mastoid 
  •  Cara yang sekarang dianggap terbaik yakni mengalirkan CSS ke dalam vena jugularis dan jantung melalui kateter yang berventil (‘Holter valve’) yang memungkinkan pengaliran CSS ke satu arah. Keburukan cara ini ialah bahwa kateter harus diganti sesuai dengan pertumbuhan anak. Hasilnya belum memuaskan, lantaran masih sering terjadi infeksi sekunder dari sepsis.

Asuhan Keperawatan

Pengkajian
  • Riwayat keperawatan 
  • Kaji adanya pembesaran kepala pada bayi, vena terlihat terang pada kulit kepala, suara cracked-pot pada perkusi, tanda setting sun, penurunan kesadaran, opisthotonus, dan spatik pada ekstermitas bawah, tanda peningkatan tekanan intrakranial (muntah, pusing, papil edema), bingung
  • Kaji lingkar kepala
  • Kaji ukuran ubun-ubun, bila menangis ubun-ubun menonjol 
  • Kaji perubahan tanda vital khususnya pernafasn 
  • Kaji teladan tidur, sikap dan interaksi 

Diagnosa Keperawatan
  1. Perubahan perfusi jaringan serebral berafiliasi dengan meningkatnya volume cairan serebrospinal, meningkatnya tekanan intrakranial 
  2. Resiko injury berafiliasi dengan pemasangan shunt 
  3. Perubahan persepsi sensori berafiliasi dengan adanya tindakan untuk mengurangi tekanan intrakranial
  4. Resiko infeksi berafiliasi dengan pengaruh pemasangan shunt 
  5. Perubahan proses keluarga berafiliasi dengan kondisi yang mengancam kehidupan anak 
  6. Antisipasi berduka berafiliasi dengan kemungkinan kehilangan anak 

Perencanaan 
  1. Anak akan memperlihatkan tidak adanya tanda-tanda komplikasi dan perfusi jaringan serebral adekuat 
  2. Anak akan memperlihatkan tanda-tanda terpasangnya shunt dengan tepat 
  3. Anak tidak akan memperlihatkan tanda-tanda injury 
  4. Anak tidak akan memperlihatkan tanda-tanda infeksi 
  5. Orang bau tanah akan mendapatkan anak dan akan mencari tunjangan untuk mengatasi rasa berduka

Implementasi

1. dan 3. Mencegah komplikasi
  • Mengukur lingkar kepala setiap 8 jam 
  • Memonitor kondisi fontanel 
  • Mengatur posisi anak miring ke arah yang tidak dilakukan tindakan operasi 
  • Menjaga posisi kepala tetap sejajar dengan tempat tidur untuk menghindari pengurangan tekanan intrakranial yang tiba-tiba 
  • Mengobservasi dan menilai fungsi neurologis setiap 15 menit hingga tanda-tanda vital stabil 
  • Melaporkan segera setiap perubahan tingkah laku (misalnya: gampang terstimulasi, menurunnya tingkat kesadaran) atau perubahan tanda-tanda vital (meningkatnya tekanan darah, denyut nadi perlahan) 
  • Menilai keadaan balutan terhadap adanya perdarahan dan tempat sekitar operasi terhadap tanda-tanda kemerahan dan pembengkakan setiap 15 menit hingga tanda vital stabil, selanjutnya setiap 2 jam 
  • Mengganti posisi setiap 2 jam dan kalau perlu gunakan matras yang berisi udara untuk mencegah pengutamaan yang terlalu usang pada tempat tertentu

 2. dan 4. Mencegah terjadinya infeksi dan injury 
  • Melaporkan segera kalau terjadi perubahan tanda vital (meningkatnya temperatur tubuh) atau tingkah laku (mudah terstimulasi, menurunnya tingkat kesadaran) segera
  • Memonitor tempat sekitar operasi terhadap adanya tanda-tanda kemerahan atau pembengkakan 
  • Pertahankan terpasangnya kondisi shunt tetap baik. Jika kondisi shunt yang tidak baik, maka segera untuk berkolaborasi untuk pengangkatan atau penggantian shunt 
  • Lakukan pemijitan pada selang shunt untuk menghindari sumbatan pada awalnya 

5. dan 6. Membantu penerimaan orang bau tanah dengan keadaan anak dan sanggup berpartisipasi 
  • Memberikan kesempatan pada orang tua/ anggota keluarga untuk mengekspresikan perasaan 
  • Menghindarkan dalam memperlihatkan pernyataan yang negatif 
  • Menunjukkan tingkah laku yang mendapatkan keadaan anak (menggendong, berbicara, memperlihatkan kenyamanan pada anak) 
  • Memberikan dorongan pada orang bau tanah untuk membantu perawatan anak, ijinkan orang bau tanah melaksanakan perawatan pada anak dengan optimal 
  • Menjelaskan seluruh tindakan dan pengobatan yang dilakukan 
  • Memberikan dukungan pada tingkah laku orang bau tanah yang positif 
  • Mendiskusikan tingkah laku orang bau tanah yang memperlihatkan adanya frustasi

Perencanaan Pemulangan
  • Ajarkan untuk perawatan dan balutan pemasangan shunt dan jelaskan tanda-tanda infeksi dan malfungsi dari shunt 
  • Anjurkan untuk melapor ke perawat atau dokter bila ada sumbatan shunt 
  • Jelaskan wacana obat-obatan yang diberikan, pengaruh samping dan kebutuhan mempertahankan tekanan darah (seperti anti kejang) 
  • Jelaskan pentingnya kontrol ulang

J. Daftar Pustaka

  • Mansjoer. A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran jilid 2. EGC: Jakarta. 
  • Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Universitas Indonesia. Buku kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Universitas Indonesia: Jakarta. 
  • Suriadi, Rita Yuliani, Asuhan Keperawatan pada Anak edisi I. PT. Fajar Interpratama

diatas merupakan LP Hidrosefalus lengkap. agar sanggup membantu.

Sumber http://bangsalsehat.blogspot.com