Tuesday, September 5, 2017

√ Asuhan Keperawatan (Askep) Pada Pasien Malaria

Salam sobat - sobat sejawat semua, terima kasih sudah berkunjung ke blog kami, pada kesempatan kali ini admin akan mencoba membahas perihal askep malaria, asuhan keperawatan malaria atau askep malaria yakni rangkaian tindakan atau asuhan yang akan diberikan oleh perawat kepada klien yang sedang menderita penyakit malaria, malaria itu sendiri yakni suatu penyakit yang ditularkan oleh nyamuk yang sudah terinfeksi oleh parasit, penyakit malaria sanggup mengakibatkan maut apabila tidak ditangani dengan cepat.

dokumentasi askep malaria biasanya sering dibentuk oleh seorang mahasiswa keperawatan yang sedang praktek dirumah sakit biasanya perkara ini lebih banyak ditemukan diruangan penyakit dalam, dan juga askep malaria sering pula dibentuk oleh mahasiswa profesi ners yang sedang menjalankan keprofesian nya di rumah sakit biasanya pada stase penyakit dalam, dan juga bagi perawat yang sudah bekerja juga sering membuat dokumentasi askep malaria untuk keperluan membuat jurnal atau pun makalah yang bermanfaat sebagai syarat supaya sanggup menjadi seorang pegawai tetap dalam sebuah rumah sakit.

dalam sebuah askep malaria biasanya untuk kelengkapannya dilengkapi dengan laporan pendahuluan yaitu tinjauan teori yang dibentuk untuk mengawali pembuatan askep malaria, susunan askep malaria terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. membuat sebuah askep malaria yang baik bukanlah pekara yang gampang namun juga bukan pekara yang amat sulit, didalam penyusunan nya setidaknya kita harus mempunyai landasan teori perihal penyakit malaria yang biasa disebut dengan laporan pendahuluan / LP malaria. yang dijadikan patokan untuk menegakkan diagnosa - diagnosa medis dan diagnosa keperawatan berdasarkan perjalanan penyakit malaria tersebut.

bertujuan untuk membantu sobat sejawat yang lagi membutuhkan asuhan keperawatan malaria atau askep malaria. disini kami mencoba menuliskan askep malaria yang mungkin sanggup dijadikan acuan bagi sobat sejawat sekalian dalam pembuatan kiprah perkuliahan maupun kiprah pekerjaan.

sepakat bagi sobat - sobat yang membutuhkan silahkan dibaca dan boleh copy askep malaria yang kami sediakan dibawah ini.

 terima kasih sudah berkunjung ke blog kami √ Asuhan Keperawatan (Askep) pada pasien malaria
askep malaria

LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP MALARIA


PENGERTIAN

Malaria yakni penyakit nanah benalu yang disebabkan oleh plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk asecual di dalam darah. (Ilmu Penyakit Dalam, 2009)

Malaria yakni penyakit yang menyerang manusia, burung, monyet dan primata lainnya, binatang melata dan binatang pengerat, yang disebabkan oleh nanah protozoa dari genus Plasmodium dan gampang dikenali dari tanda-tanda meriang. (panas cuek menggigil) serta demam berkepanjangan.

Penyakit malaria yakni penyakit yang disebabkan oleh benalu dari genus Plasmodium yang termasuk golongan protozoa melalui perantaraan bacokan (gigitan) nyamuk Anopheles spp. (www.depkes.go.id)


ETIOLOGI

Penyebab nanah malaria ialah plasmodium, yang selain menginfeksi insan juga menginfeksi binatang menyerupai golongan burung, reptil, dan mamalia. Termasuk jenis plasmodium dari family plasmodidae. Plasmodium ini pada insan menginfeksi erotrosit (sel darah merah) dan mengalami pembiakan asecual di jaringan hati dan di eritrosit. Pembiakan secual terjadi pada tubuh nyamuk anopheles betina. Secara keseluruhan ada lebih dari 100 plasmodium yang menginfeksi binatang (82 pada jenis burung dan reptil dan 22 pada primata.

Parasit Malaria yang Terdapat di Indonesia Plasmodium malaria yang sering dijumpai ialah plasmodium vivax mengakibatkan malaria tertiana (Benign malaria) dan plasmodium falciparum yang mengakibatkan malaria tropika (Malignan Malaria). Plasmodium malariae pernah juga dijumpai tetapi sangat jarang. Plasmodium ovale pernah dilaporkan dijumpai di Irian Jaya, pulau Timor, pulau Owi (utara Irian Jaya). (Ilmu Penyakit Dalam, 2009)


EPIDEMIOLOGI

Penyakit malaria merupakan salah satu problem kesehatan masyarakat, lantaran setiap tahun 500 juta insan terinfeksi malaria dan lebih dari 1 juta diantaranya meninggal dunia. Kasus terbanyak berada di Afrika namun juga melanda Asia, Amerika Latin, Timur Tengah dan beberapa negara Eropa. Diduga sekitar 36% penduduk dunia terkena risiko malaria. (Depkes, 2008)

Di Indonesia pada tahun 2007 telah terjadi 1.700.000 perkara klinis malaria dengan 700 kematian. Dari 576 kabupaten yang ada, 424 kabupaten diantaranya merupakan kawasan endemis malaria dan diperkirakan 45% penduduk Indonesia berisiko tertular. Pengukuran angka kesakitan menggunakan Annual Parasite Incidence (API) dan Annual Malariae Incidence (AMI). Untuk provinsi Kepulauan Riau yang merupakan kawasan endemis malaria pada tahun 2007 melaporkan, bahwa dalam upaya pemberantasan malaria dengan API 0.87 per 1000 penduduk, AMI 0.88 per 1000 penduduk.

Tingkat penularan malaria sanggup berbeda tergantung pada faktor setempat, menyerupai contoh curah air hujan (nyamuk berkembang biak pada lokasi basah), kedekatan antara lokasi perkembangbiakan nyamuk dengan manusia, dan jenis nyamuk di wilayah tersebut. Beberapa kawasan memililki angka perkara yang cenderung tetap sepanjang tahun – Negara tersebut digolongkan sebagai "endemis malaria ". Di kawasan lain, ada “musim malaria” yang biasanya berafiliasi dengan demam isu hujan.

Epidemik yang luas dan berbahaya sanggup terjadi ketika benalu yang bersumber dari nyamuk masuk ke wilayah di mana masyaratnya mempunyai kontak dengan benalu namun mempunyai sedikit atau bahkan sama sekali tidak mempunyai kekebalan terhadapa malaria. Atau, ketika orang dengan tingkat kekebalan rendah pindah ke wilayah yang mempunyai perkara malaria tetap. Epidemik ini sanggup dipicu dengan kondisi iklim berair dan banjir, atau perpindahan masyarakat akhir konflik. (www.depkes.go.id)


KLASIFIKASI

Menurut Harijanto (2000) pembagian jenis-jenis malaria berdasarkan jenis plasmodiumnya antara lain sebagai berikut :

 a. Malaria Tropika (Plasmodium Falcifarum)

Malaria tropika/ falciparum malaria tropika merupakan bentuk yang paling berat, ditandai dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemia yang banyak dan sering terjadi komplikasi. Masa inkubasi 9-14 hari. Malaria tropika menyerang semua bentuk eritrosit. Disebabkan oleh Plasmodium falciparum. Plasmodium ini berupa Ring/ cincin kecil yang berdiameter 1/3 diameter eritrosit normal dan merupakan satu-satunya spesies yang mempunyai 2 kromatin inti (Double Chromatin). Klasifikasi penyebaran Malaria Tropika: Plasmodium Falcifarum menyerang sel darah merah seumur hidup. Infeksi Plasmodium Falcifarum sering kali mengakibatkan sel darah merah yang mengandung benalu menghasilkan banyak tonjolan untuk menempel pada lapisan endotel dinding kapiler dengan akhir obstruksi trombosis dan iskemik lokal. Infeksi ini sering kali lebih berat dari nanah lainnya dengan angka komplikasi tinggi (Malaria Serebral, gangguan gastrointestinal, Algid Malaria, dan Black Water Fever).


b. Malaria Kwartana (Plasmoduim Malariae)

Plasmodium Malariae mempunyai tropozoit yang serupa dengan Plasmoduim vivax, lebih kecil dan sitoplasmanya lebih kompak/ lebih biru. Tropozoit matur mempunyai granula coklat bau tanah hingga hitam dan kadang kala mengumpul hingga membentuk pita. Skizon Plasmodium malariae mempunyai 8-10 merozoit yang tersusun menyerupai kelopak bunga/rossete. Bentuk gametosit sangat menyerupai dengan Plasmodium vivax tetapi lebih kecil. Ciri-ciri demam tiga hari sekali sehabis puncak 48 jam. Gejala lain nyeri pada kepala dan punggung, mual, pembesaran limpa, dan malaise umum. Komplikasi yang jarang terjadi namun sanggup terjadi menyerupai sindrom nefrotik dan komplikasi terhadap ginjal lainnya. Pada investigasi akan di temukan edema, asites, proteinuria, hipoproteinemia, tanpa uremia dan hipertensi.


c. Malaria Ovale (Plasmodium Ovale)

Malaria Tersiana (Plasmodium Ovale) bentuknya menyerupai Plasmodium malariae, skizonnya hanya mempunyai 8 merozoit dengan masa pigmen hitam di tengah. Karakteristik yang sanggup di pakai untuk identifikasi yakni bentuk eritrosit yang terinfeksi Plasmodium Ovale biasanya oval atau ireguler dan fibriated. Malaria ovale merupakan bentuk yang paling ringan dari semua malaria disebabkan oleh Plasmodium ovale. Masa inkubasi 11-16 hari, walau pun periode laten hingga 4 tahun. Serangan paroksismal 3-4 hari dan jarang terjadi lebih dari 10 kali walau pun tanpa terapi dan terjadi pada malam hari.


d. Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax)

Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax) biasanya menginfeksi eritrosit muda yang diameternya lebih besar dari eritrosit normal. Bentuknya menyerupai dengan plasmodium Falcifarum, namun seiring dengan maturasi, tropozoit vivax menjelma amoeboid. Terdiri dari 12-24 merozoit ovale dan pigmen kuning tengguli. Gametosit berbentuk oval hampir memenuhi seluruh eritrosit, kromatinin eksentris, pigmen kuning. Gejalamalaria jenis ini secara periodik 48 jam dengan tanda-tanda klasik trias malariadan mengakibatkan demam terpola 4 hari sekali dengan puncak demam setiap 72 jam. Dari semua jenis malaria dan jenis plasmodium yang menyerang system tubuh, malaria tropika merupakan malaria yang paling berat ditandai dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemis yang banyak, dan sering terjadinya komplikasi.


MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan tanda-tanda yang di temukan pada klien dngan malaria secara umum berdasarkan Mansjoer (1999) antara lain sebagai berikut :

a. Demam

Demam periodik yang berkaitan dengan dikala pecahnya skizon matang (sporolasi). Pada Malaria Tertiana (P.Vivax dan P. Ovale), pematangan skizon tiap 48 jam maka periodisitas demamnya setiap hari ke-3, sedangkan Malaria Kuartana (P. Malariae) pematangannya tiap 72 jam dan periodisitas demamnya tiap 4 hari. Tiap serangan di tandai dengan beberapa serangan demam periodik.

Gejala umum (gejala klasik) yaitu terjadinya “Trias Malaria” (malaria proxysm) secara berurutan :

  1. Periode dingin. Mulai menggigil, kulit kering dan dingin, penderita sering membungkus diri dengan selimut atau sarung dan pada dikala menggigil sering seluruh tubuh bergetar dan gigi-gigi saling terantuk, pucat hingga sianosis menyerupai orang kedinginan. Periode ini berlangsung 15 menit hingga 1 jam diikuti dengan meningkatnya temperatur. 
  2. Periode panas. Muka merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas tetap tinggi hingga 40oC atau lebih, respirasi meningkat, nyeri kepala, nyeri retroorbital, muntah-muntah, sanggup terjadi syok (tekanan darah turun), kesadaran delirium hingga terjadi kejang (anak). Periode ini lebih usang dari fase dingin, sanggup hingga 2 jam atau lebih, diikuti dengan keadaan berkeringat. 
  3. Periode berkeringat. Penderita berkeringat mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, hingga basah, temperatur turun, penderita merasa capai dan sering tertidur. Bila penderita bangkit akan merasa sehat dan sanggup melaksanakan pekerjaan biasa.

b. Splenomegali

Splenomegali yakni pembesaran limpa yang merupakan tanda-tanda khas Malaria Kronik. Limpa mengalami kongesti, menghitam dan menjadi keras lantaran timbunan pigmen eritrosit benalu dan jaringan ikat bertambah (Corwin , 2000, hal. 571). Pembesaran limpa terjadi pada beberapa nanah ketika membesar sekitar 3 kali lipat. Lien sanggup teraba di bawah arkus costa kiri, lekukan pada batas anterior. Pada batasan anteriornya merupakan citra pada palpasi yang membedakan jikalau lien membesar lebih lanjut. Lien akan terdorong ke bawah ke kanan, mendekat umbilicus dan fossa iliaca dekstra.

c. Anemia

Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat yakni anemia lantaran Falcifarum. Anemia di sebabkan oleh penghancuran eritrosit yang berlebihan Eritrosit normal tidak sanggup hidup usang (reduced survival time). Gangguan pembentukan eritrosit lantaran depresi eritropoesis dalam sumsum tulang. (Mansjoer. dkk, Hal. 411)

d. Ikterus

Ikterus yakni diskolorasi kuning pada kulit dan skIera mata akhir kelebihan bilirubin dalam darah. Bilirubin yakni produk penguraian sel darah merah.

Terdapat tiga jenis ikterus antara lain :

  1. Ikterus hemolitik Disebabkan oleh lisisnya (penguraian) sel darah merah yang berlebihan. Ikterus ini sanggup terjadi pada destruksi sel darah merah yang berlebihan dan hati sanggup mengkonjugasikan semua bilirubin yang di hasilkan 
  2. Ikterus hepatoseluler Penurunan perembesan dan konjugasi bilirubin oleh hati terjadi pada disfungsi hepatosit dan di sebut dengan hepatoseluler. 
  3. Ikterus Obstruktif Sumbatan terhadap aliran darah ke empedu keluar hati atau melalui duktus biliaris di sebut dengan ikterus obstuktif (Corwin, 2000, hal. 571).

PATOFISIOLOGI

Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh protozoal blood parasite yaitu spesies plasmodium. Plasmoodium yang menimbulkan penyakit pada insan terdapat 4 spesies. Plasmodium falciparum mengakibatkan malaria tropikana, Plasmodium vivax mengakibatkan malaria tertiana, Plasmodium ovale mengakibatkan malaria ovale, Plasmodium malariae mengakibatkan malaria kuartana.Untuk membedakan jenis nanah dari masing – masing plasmodium sanggup dianalisis dari investigasi penunjang yang memperlihatkan perbedaan morfologi dari hapusan darah, serta manifestasi klinis baik karakteristik demam, serta manifestasi klinis lainnya yang khas pada setiap plasmodium.

Infeksi plasmodium melibatkan insan sebagai host dan nyamuk sebagai vektor dan hosr definitif. Siklus hidup plasmodium terdiri dari fase secual dan asecual. Fase secual eksogen (sporogoni) dalam tubuh nyamuk. Fase asecual (skizogoni) dalam tubuh hospes perantara/manusia ; daur dalam darah (skozogoni eritrosit),daur dalam sel parenkim hati/stadium jaringan (skizogoni ekso-eritrosit).

Vektor malaria yakni Nyamuk Anopheles betina, yang merupakan inang definitif. Dalam lambung nyamuk mikrogametosit dan makrogametosit Plasmodium, masing-masing telah menjadi mikrogamet dan makrogamet yang kemudian kawin (singami): zigot - ookinet - oosista (proses sprogoni) dalam dinding lambung nyamuk - lisis - keluar puluhan ribu – ratusan ribu sporozoit yang akan menuju kelenjar liur nyamuk inangnya.

Melalui gigitan nyamuk Anopheles, sporozoit masuk aliran darah selama 1/2-1 jam menuju hati untuk berkembang biak. Selanjutnya berpuluh-puluh ribu merozoit masuk ke dalam darah dan masuk ke dalam eritrosit untuk berkembang biak menjadi tropozoit. Skizon eritrosit pecah (disebut sporulasi), sambil membesarkan puluhan merozoit sebagian skizon masuk kembali ke eritrosit gres dan sebagian lagi membentuk mikro dan makro gametosit. Gametosit akan terisap oleh nyamuk Anopheles dikala menghisap darah penderita untuk memulai fase sporogoni.(Darmowandowo,2007)

Gigitan nyamuk yang terinfeksi dimulai dari bentuk asecual yaitu sporozoite ke dalam sirkulasi darah. Sporozoite menuju hepatocytes (sel hati) membentuk schizont (bentuk asecsual). . Schizonts mengalami maturasi dan multiplikasi disebut hepatic schizogony atau preerythrocytic. Pada nanah P vivax and P ovale , sporozoite menjelma hupnozoite yang merupakan bentuk dorman sehingga sanggup mengakibatkan penyakit sehabis terinfeksi beberapa bulan atau tahun. (WHO,2010)

Preerythrocytic schizogony membutuhkan waktu 6-16 hari dan menghasilkan pecahnya sel dan ledakan invasi ribuan merozoites di darah . Merozoites menuju erythrocytes dan menginisiasi asecual reproductive siklus, kemudian disebut erythrocytic schizogony. Parasite sukses meleawati fase tersebut kemudian menjadi trophozoite dan schizont, dan karenanya berhsil membentuk merozoites yang lebih poten. Merozoites yang matur mengakibatkan rupturnya sel darah merah dan melepaskan merozoite gres multiple antigenic and pyrogenic (substansi yang mengakibatkan demam) menuju aliran darah. Sebagian merozoite yang gres akan menginfeksi sel darah merah yang baru, dan sebagian berdiferensiasi membentuk fase secual : gametosis jantan dan betina yang merupakan potongan dari siklus erythrocytic schizogony. Nyamuk yang menghisap darah pasien dengan gametocymia mendapat betuk secualyang merupakan potongan dari siklus hidup plasmodium. (WHO,2011)

Rupturnya banyak eritrosit bersamaan dengan pelepasan banyak pyrigen yang menyebakan paroxysms dari demam malaria. Periode demam malaria sesuai dengan waktu yang diharapkan untuk siklus eritrosit yang mendefinisikan masing-masing jenis plasmodium. P malariae memerlukan 72 jam untuk setiap siklus , disebut quartan malaria. Dan tiga spesies lain memerlukan 48 jam untuk 1 siklus dan mengakibatkan alternatife demam di lain hari (tertian malaria). Namun periode ini sesuai dengan perkembangan benalu dan stimulasi pelepasan substansi kimia biila tidak singkron maka periode demam tidak sanggup diamati.

Selain melalui gigitan nyamuk , malaria juga sanggup ditularkan melalui tranfusi darah dan penularan tranplancental. Parasitemia pada donor kadang tidak menimbulkan manifestasi klini berupa demam. Hal ini disebabkan lantaran merozoit tidak mengivasi sel hati. Karena tidak terjadi perkembangan dalam hati bila maka pengobatan pada serangan akut merupakan pilihan pengobatan yang lengkap. Selain ini transmisi juga sanggup terjadi melalui transplantasi organ. Penularan lain yaitu transplancental dari ibu dengan malaria kepada bayinya di dalam kandungan. Orang yang berisiko tinggi lainnya yakni orang yang bepergian dari kawasan endemis, serta pasca bepergian namun tidak lengkap mendapat chemoprofilaksis, serta bayi dan orang dengan imunocompromise (WHO,2010) Beberapa keadaan klinik dalam perjalanan nanah malaria yakni : serangan primer, periode latent, recrudescense, relapse atau rechute. Periode latent mulai selesai masa inkubasi hingga timbul tanda-tanda paroksima trias malaria (dingin, demam, dan berkeringat), Periode latent yaitu masa tanpa keluhan fisik dan tanpa parasitemia.Recrudescense yakni berulangnnya parasitemia sehabis 24 ahad berakhirnya serangan primer. Relaps yakni berulangnnya keluhan klinik usang sehabis terjadi masa latent biasanya terjadi pada P vivax atau ovale. (Harijanto,2007)

Infeksi P falciparum mengakibatkan malaria yang parah. Spesies ini lebih virulen dari yang lain lantaran mengakibatkan parasitemia yang tinggi dan tumpukan virus yang berkontribusi pada maut sel organ. Faktor benalu yang menghipnotis P,falcifaraum yakni sitoadherensi (perlekatan eritrosit benalu pada permukaan endotel vaskuler sehingga mempunyai variasi antigenik yang sangat besar), sekuetrasi (karena adanya sitoadherensi mengakibatkan P.falciparum terperangkap dalam mikrovaskuler dan menghabiskan seluruh siklus hidupnya pada pembuluh darah perifer, otak, hepar,ginjal, paru, jantung, usus, dan kulit yang mememgang peranan patofisiologi malaria berat), Rosetting (berkelompoknya eritrosit benalu matur diselubungi 10 atau lebih eritrosit non parasit; rosetting akan mengakibatkan obstruksi dan mempermudah terjadinya sitoadherensi yang lebih besar), sitokin dan NO (Nitrit oksida) yang berlebihan lantaran respon infeksi.Penyimpanan potongan dari parasite ini merupakan cirri spesifik dari spesies ini. Sesuai dengan perkembangan siklusnya setiap 48 jam bagain kecil dari P falcifarum masih tertingal pada pembulu postcapilary yang kecil . Karena alasan ini hanya pada awal nanah benalu ini sanggup dideteksi pada pembuluh darah perifer dan merupakan waktu penting diagnostik malaria infeks P falcifarum. Sequestrasi dari benalu mengakibatkan perubaman status mental hingga koma pada nanah P falciparum pada anak kejang, konvulsi sering menuju maut lantaran nanah hingga microvaskular pada jaringan otak.Selain itu cytokine dan ivasi benalu dalam jumlah besar mengakibatkan maut sel tertuama pada cental venous system (CNS), paru-paru dan ginjal. Bebberapa penderita nanah P falciparum meninggalkan sequele menyerupai (hemiparesis, cerebellar ataxia, aphasia, spasticity)

Manifestasi lainnya dalah hipoglycemia lantaran glukosa darah banyak diambil alih oleh plasmodium. Anemia berat sanggup lantaran banyaknya sel darah merah yang lisis. Mekanisme lain dari anemia pada malaria yakni dyserythropoiesis, dan hypersplenism sehingga anemia pada malaria cenderung berat dan sanggup mengakibatkan kematian. Berkurangnya umur sel darah merah yang beredar diikuti dengan pengutamaan sumsum tulang ditunjukkan dengan trombositopenia mengganggu koagulasi intravaskular sehingga sanggup mengarah pada perdarahan sistemik. Anemia kronik pada anak mengakibatkan malnutrisi dan terhentinya pertumbuhan.malaria serebral diduga disebabkan adanya obstruksi pembuluh kapiler darah di otak lantaran sitoadherensi dan sekuetrasi. Kadar laktat dalam CSS cenderung meningkat biasanya disertai dengan gangguan fungsi organ lain ikterik,gagal ginjal, hipoglikemik, dan edema paru. Gagal ginjal akut sering terjadi pada penderita malaria berilmu balig cukup akal diduga disebabkan adanya anoksia lantaran penurunan darah ke ginjal akhir dari obstruksi kapiler. Kecenderungan terjadinya perdarahan lantaran trombositopenia lantaran dampak sitokin sehingga terjadi gangguan intrakoagulai pada nanah P falciparum. Edema paru yang disebabkan adanya kelebihan cairan dibuktikan dalam otopsi terdapat edema yang difus, kongesti paru, perdarahan dan pembentukan membran hialin. Manifestasi gastrointestinal yang sering muncul yakni nausea dan muntah , diare, konstipasi, kembung diduga terkait dengan proses nanah virus. Hiponatremia bersamaan penurunan osmolalitas plasma akhir kehilangan cairan dan garam melalui muntah dan mencret (Harijanto,2007)

Pathway 
 terima kasih sudah berkunjung ke blog kami √ Asuhan Keperawatan (Askep) pada pasien malaria
Pathway malaria untuk askep malaria


PEMERIKSAAN PENUNJANG
  • Pemeriksaan Imunoserologis 
Diagnosis malaria sebagai mana penyakit pada umumnya didasarkan pada manifestasi klinis (termasuk anamnesis), uji imunoserologis dan ditemukannya benalu (plasmodium) di dalam penderita.

  • Pemeriksan Biomolekuler 
Prinsip dasar: tes floresensi yaitu adanya protein pada plasmodium yang sanggup mengikat acridine orange akan mengidentifikasi eritrosit terinfeksi plasmodium. QBC (Semi Quantitative Buffy Coat) merupakan teknik investigasi dengan menggunakan tabung kapiler dengan diameter tertentu yang dilapisi acridine orange tetapi cara ini tidak sanggup membedakan spesies plasmodium dan kurang tepat sebagai instrumen hitung parasit. Pemeriksaan biomolekuler dipakai untuk mendeteksi DNA spesifik parasit/ plasmodium dalam darah penderita malaria.tes ini menggunakan DNA lengkap yaitu dengan melisiskan eritrosit penderita malaria untuk mendapat ekstrak DNA.

  • Pemeriksaan mikroskopis malaria 
Pemeriksaan imunoserologis didesain baik untuk mendeteksi antibody spesifik terhadap paraasit plasmodium maupun antigen spesifik plasmodium atau eritrosit yang terinfeksi plasmodium teknik ini terus dikembangkan terutama menggunakan teknik radioimmunoassay dan enzim immunoassay.

  • Pemeriksaan tes darah untuk malaria 
Pemeriksaan mikroskopik darah tepi untuk menemukan adanya benalu malaria sangat penting untuk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan satu kali dengan hasil negatif tidak mengenyampingkan diagnosa malaria. Pemeriksaan darah tepi 3 kali dengan hasil negatif maka diagnosa malaria sanggup dikesampingkan. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan oleh tenaga yang berpengalaman dalam investigasi benalu malaria. Adapau investigasi darah tepi sanggup dilakukan melalui:

  • Tetesan preparat darah tebal 
Merupakan cara terbaik untuk menemukan benalu malaria lantaran tetesan darah cukup banyak dibandingkan preparat darah tipis. Sediaan gampang dibentuk khususnya untuk studi di lapangan. Ketebalan dalam membuat sediaan perlu untuk memudahkan identifikasi parasit. Pemeriksaan benalu dilakukan selama 5 menit

  • Tetesan darah tipis 
Digunakan untuk identifikasi jenis plasmodium, bila dengan preparat darah tebal sulit dilakukan. Kepadatan benalu dinyatakan sebagai hitung benalu (parasite count), sanggup dilakukan berdasar jumlah eritrosit yang mengandung benalu per 1000 sel darah merah. Bila jumlah benalu >100.000/ul darah membuktikan nanah yang berat. Hitung benalu penting untuk memilih prognosa penderita malaria, walaopun komplikasi sanggup timbul dengan jumlah benalu yang minimal.

  • Tes antigen: 
P-F test Yaitu mendeteksi antigen P-Falciparum (histidine rich protein II). Deteksi sangat cepat hanya 3-5 menit, tidak memerlukan latihan khusus, sensitivitasnya baik, tidak memerlukan alat khusus.

  • Tes serologi 
Tes serologi mulai dikembangkan semenjak tahun 1962 dengan menggunakan teknik indirect fluorescent antibody test. Tes ini mempunyai kegunaan mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap malaria atau pada keadaan dimana benalu sangat minimal. Tes ini kurang bermanfaat sebagai alat diganostik alasannya yakni antibodi gres terjadi sehabis beberapa hari parasitemia. Manfaat tes serologi terutama untuk penelitian epidemiologi atau alat uji saring donor darah. Titer >1:200 dianggap sebagai nanah baru; dan test>1:20 dinyatakan positif. Metode-metode tes serologi antara lain indirect hemagglutinin test, immunoprecipitation techniques, ELISA test, radio-immunoassay.

  • Pemeriksaan PCR (polymerase chain reaction) 
Pemeriksaan ini dianggap paling peka dengan teknologi amplifikasi DNA, waktunya singkat dan sensitivitas maupun spesifitasnya tinggi. Keunggulan tes ini walaupun jumlah benalu sangat sedikit sanggup menawarkan hasil positif.


PENATALAKSANAAN

Obat anti malaria yang tersedia di Indonesia antara lain klorokuin, sulfadoksin-pirimetamin, kina, primakuin, serta derivate artemisin. Klorokuin merupakan obat antimalaria standar untuk profilaksis, pengobatan malaria klinis dan pengobatan radikal malaria tanpa komplikasi dalam agenda pemberantasan malaria, sulfadoksin-pirimetamin dipakai untuk pengobatan radikal penderita malaria falciparum tanpa komplikasi. Kina merupakan obat anti malaria pilihan untuk pengobatan radikal malaria falciparum tanpa komplikasi. Selain itu kina juga dipakai untuk pengobatan malaria berat atau malaria dengan komplikasi. Primakuin dipakai sebagai obat antimalaria embel-embel pada malaria klinis, pengobatan radikal dan pengobatan malaria berat. Artemisin dipakai untuk pengobatan malaria tanpa atau dengan komplikasi yang resisten multidrugs. 

Beberapa obat antibiotika sanggup bersifat sebagai antimalaria. Khusus di Rumah Sakit, obat tersebut sanggup dipakai dengan kombinasi obat antimalaria diuji coba sebagai profilaksis dan pengobatan malaria diantaranya yakni derivate tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, sulfametoksazol-trimetoprim dan siprofloksasin. Obat-obat tersebut dipakai bersama obat antimalaria yang bekerja cepat dan menghasilkan imbas potensiasi antara lain dengan kina.

a. Pengobatan malaria falciparum

Lini pertama : Arte sunat + Amodiakuin + Primakuin. Dosis artesunat = 4 mg/kgBB (dosis tunggal), amodiakuin = 10 mg/kgBB (dosis tunggal), primakuin = 0,75 mg/kgBB (dosis tunggal).

b. Pengobatan malaria vivax dan malaria ovale

Lini pertama : Klorokuin+Primakuin. Kombinasi ini dipakai sebagai pilihan utama untuk pengobatan malaria vivax dan ovale. Pemakaian klorokuin bertujuan membunuh benalu stadium asecual dan secual. Pemberian primakuin selain bertujuan untuk membunuh hipnozoit di sel hati, juga sanggup membunuh benalu asecual di eritrosit. Dosis total klorokuin = 25 mg/kgBB (1x/hr selama 3 hari), primakuin = 0,25 mg/kgBB/hr (selama 14 hari).

c. Pengobatan malaria malaria Klorokuin

1 kali perhari selama 3 hari, dengan takaran total 25 mg/kgBB. Klorokuin sanggup membunuh benalu bentuk asecual dan secual P. malariae. Pengobatan sanggup juga diberikan berdasarkan golongan umur penderita.

d. Kemopofilaksis

Kemoprofilaksis bertujuan untuk mengurangi resiko terinfeksi malaria sehingga bila terinfeksi maka tanda-tanda klinisnya tidak berat. Kemoprofilaksis ini ditujukan kepada orang yang bepergian ke kawasan endemis malaria dalam waktu yang tidak terlalu lama, menyerupai turis, peneliti, pegawai kehutanan dan lain-lain. Untuk kelompok atau individu yang akan bepergian atau kiprah dalam jangka waktu yang lama, sebaiknya menggunakan personal protection menyerupai pemakaian kelambu, kawat kassa, dan lain-lain. Oleh lantaran P.falciparum merupakan spesies yang virulensinya cukup tinggi maka kemoprofilaksisnya terutama ditujukan pada nanah spesies ini. Sehubungan dengan laporan tingginya tingkat resistensi P.falciparum terhadap klorokuin, maka doksisiklin menjadi pilihan. Doksisiklin diberikan setiap hari dengan takaran 2 mg/kgBB selama tidak lebih dari 4-6 minggu. Kemoprofilaksis untuk P.vivax sanggup diberikan klorokuin dengan takaran 5 mg/kgBB setiap minggu. Obat tersebut diminum 1 ahad sebelum masuk ke kawasan endemis hingga 4 ahad sehabis kembali.


PROGNOSIS

Uncomplicated malaria yang disebabkan P vivax,P malariae, and P ovale mempunyai prognosisyang baik. Kebanyakan pasien puluh dengan tepat tanpa sequelae. Malaria P falciparum sangat berbahaya bila tidak ditangani dengan cepat dan tuntas lantaran akan mengakibatkan severe malaria dan menuju progonosis yang jelek Malaria pada anak dibawah 5 tahun mempunyai prognosis jelek di kawasan endemic. Pada kawasan endemic dengan imunitas yang lemah sanggup mengakibatkan maut pada umur tersebut, malaria berulang, anemia kronis, malnutrisi, pertumbuhan yang terlambat.


KOMPLIKASI
  • Cerebral malaria, disebabkan P falciparum, mempunyai mortality rate of 25%, mentmeski dengan treatment terbaik. Kebanyakan maut disebabkan oleh komplikasi , dan serangan akut pada anak umur 6 bulan-3 tahun sanggup diobservasi . Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat sanggup meyelamatkan anak dengan malaria. Penderita biasanya meninggalkan sequelae (seperti , hemiparesis, cerebellar ataxia, aphasia, spasticity).P falciparum melaksanakan sekuetrasi pada mikrovaskular sehingga Seizures dan comabiasa terjadi pada anak dengan malaria. Tanpa cerebral malaria , anak yang mengalami konvulsi berulang sanggup menuju kematian. 
  • Perdarahan terjadi pada anak dengan kekebalan tubuh lemah lantaran parasitemia yang tinggi mengakibatkan gangguan intrakoagulasi. 
  • hemolisis pada tingkat tertentu sanggup mengakibatkan gagal ginjal terkait glucose-6-phosphatase dehydrogenase (G-6-PD) deficiency or an antibody-mediated yang mengakibatkan destruksi eritrosit.. 
  • Anemia terjadi lantaran ada mekanisme dyserythropoiesis, hypersplenism, erythrocyte survival memendek , bone marrow suppressn. Malarial anemia sanggup sangat parah dan mengakibatkan kematian. 
  • Parasite malaria memakan glukosa. Parasitemia yang berat menyeababkan hypoglycemia, serta berasosiasi dengan quinine and quinidine therapy. Hypoglycemia susah dibedakan dengan cerebral malaria 
  • Blackwater fever yakni kondisi hemolysis gagal ginjal akut. Jarang sanggup diamati kini lebih diakibatkan lantaran profilaksis terapi dengan menggunakan quinine. Komplikasi lainnya yakni : 
  • Pulmonary edema 
  • Hyperpyrexia 
  • Circulatory collapse (algid malaria) 
  • Jaundice

PENCEGAHAN

Metode yang dipakai untuk mencegah penyebaran penyakit, atau untuk melindungi individu-individu di kawasan di mana malaria endemik, termasuk obat-obatan profilaksis, pemberantasan nyamuk, dan pencegahan gigitan nyamuk.

1. Pengendalian vektor

Upaya untuk membasmi malaria dengan menghilangkan nyamuk telah berhasil di beberapa daerah. Malaria pernah umum di Amerika Serikat dan Eropa selatan, tetapi agenda pengendalian vektor, dalam hubungannya dengan pemantauan dan pengobatan pada insan yang terjangkit, dieliminasi dari daerah-daerah. Teknik serangga steril yang muncul sebagai metode pengendalian nyamuk potensial. Kemajuan menuju transgenik, atau rekayasa genetika, serangga memperlihatkan bahwa populasi nyamuk liar sanggup dibentuk malaria resisten. Para peneliti di Imperial College London membuat malaria pertama di dunia nyamuk transgenik, dengan plasmodium tahan spesies pertama diumumkan oleh tim di Case Western Reserve University di Ohio pada tahun 2002. Penggantian berhasil populasi dikala ini dengan populasi rekayasa genetika baru, bergantung pada mekanisme drive, menyerupai elemen transposabel untuk memungkinkan non-Mendel warisan dari gen yang diinginkan. Namun, pendekatan ini mengandung banyak kesulitan dan keberhasilan yakni prospek yang jauh. Sebuah metode bahkan lebih futuristik pengendalian vektor yakni gagasan bahwa laser sanggup dipakai untuk membunuh nyamuk terbang.

2. Profilaksis obat

Beberapa obat, yang sebagian besar juga dipakai untuk pengobatan malaria, sanggup diambil preventif. Umumnya, obat ini diminum setiap hari atau mingguan, pada takaran yang lebih rendah daripada yang dipakai untuk pengobatan orang yang benar-benar tertular penyakit itu. Obat modern yang dipakai preventif mencakup mefloquine (''Lariam''), doxycycline (tersedia umum), dan kombinasi atovakuon dan hidroklorida proguanil (''Malarone''). Pilihan obat yang akan dipakai tergantung pada obat benalu di kawasan tersebut resisten terhadap, serta imbas samping dan pertimbangan lainnya. Efek profilaksis tidak memulai segera sehabis mulai meminum obat, sehingga orang sementara mengunjungi kawasan endemis malaria biasanya mulai mengambil obat satu hingga dua ahad sebelum datang dan harus terus membawa mereka selama 4 ahad sehabis meninggalkan (dengan pengecualian proguanil atovakuon yang hanya perlu dijalankan 2 hari sebelum dan dilanjutkan selama 7 hari setelahnya). Penggunaan obat profilaksis mana nyamuk pembawa malaria yang hadir sanggup mendorong perkembangan imunitas parsial.

3. Indoor sisa penyemprotan

Penyemprotan residu dalam ruangan (IRS) yakni praktek penyemprotan insektisida pada dinding interior rumah di kawasan yang terkena malaria. Setelah makan, istirahat banyak spesies nyamuk pada permukaan yang terdekat sementara mencerna bloodmeal, jadi jikalau dinding tempat tinggal telah dilapisi dengan insektisida, nyamuk istirahat akan dibunuh sebelum mereka sanggup menggigit korban lain, mentransfer benalu malaria. Satu problem dengan semua bentuk Penyemprotan Indoor Residual insektisida resistensi melalui evolusi nyamuk. Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan pada Perilaku Nyamuk dan Pengendalian Vector, spesies nyamuk yang dipengaruhi oleh IRS yakni spesies endophilic (spesies yang cenderung untuk beristirahat dan tinggal dalam ruangan), dan lantaran iritasi yang disebabkan oleh penyemprotan, keturunan evolusi mereka untuk menjadi tren exophilic (spesies yang cenderung untuk beristirahat dan hidup di luar pintu), yang berarti bahwa mereka tidak terpengaruh-jika terpengaruh sama sekali-oleh IRS, rendering itu agak tidak mempunyai kegunaan sebagai mekanisme pertahanan.

4. Kelambu dan seprai

Kelambu membantu menjaga nyamuk menjauh dari orang-orang dan sangat mengurangi nanah dan penularan malaria. Jaring bukan penghalang tepat dan mereka sering diperlakukan dengan insektisida untuk membunuh nyamuk yang dirancang sebelum mempunyai waktu untuk mencari cara melewati net. Jaring insektisida (ITN) diperkirakan akan dua kali lebih efektif sebagai jaring tidak diobati,. Meskipun ITN terbukti sangat efektif terhadap malaria, kurang dari 2% dari bawah umur di kawasan perkotaan di Sub-Sahara Afrika yang dilindungi oleh ITN. Sejak feed Anopheles''''nyamuk di malam hari, metode yang disukai yakni untuk menggantung "kelambu" besar di atas pusat tempat tidur sedemikian rupa sehingga tirai turun dan mencakup tempat tidur sepenuhnya.

Distribusi kelambu diresapi dengan insektisida menyerupai permetrin atau deltametrin telah terbukti menjadi metode yang sangat efektif pencegahan malaria, dan juga salah satu metode yang paling efektif-biaya pencegahan. Jaring ini sering sanggup diperoleh untuk sekitar $ 2,50-$ 3,50 (2-3 euro) dari PBB, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan lain-lain. ITN telah terbukti menjadi metode pencegahan paling efektif-biaya terhadap malaria dan merupakan potongan dari WHO Millenium Development Goals (MDGs). Untuk efektivitas maksimum, jaring harus kembali diresapi dengan insektisida setiap enam bulan. Proses ini menimbulkan problem logistik yang signifikan di kawasan pedesaan. Teknologi gres menyerupai Olyset atau DawaPlus memungkinkan produksi tahan usang kelambu insektisida (LLINs), yang melepaskan insektisida sekitar 5 tahun, dan biaya sekitar US $ 5,50. ITN melindungi orang-orang tidur di bawah jaring dan sekaligus membunuh nyamuk bahwa kontak net. Perlindungan juga diberikan kepada orang lain dengan metode ini, termasuk orang-orang tidur di ruangan yang sama tetapi tidak berada di bawah net.

 5. Vaksinasi

Imunitas (atau, lebih tepat, toleransi) tidak terjadi secara alami, tetapi hanya sebagai respons terhadap nanah berulang dengan beberapa strain malaria. Saat ini, ada aneka macam macam kandidat vaksin di atas meja. Pra-erythrocytic vaksin (vaksin yang menargetkan benalu sebelum mencapai darah), dalam vaksin tertentu berdasarkan CSP, membentuk kelompok terbesar penelitian untuk vaksin malaria. Kandidat vaksin lainnya termasuk: orang-orang yang berusaha untuk membujuk kekebalan terhadap darah tahap infeksi, orang-orang yang berusaha untuk menghindari patologi yang lebih parah dari malaria dengan mencegah kepatuhan dari benalu ke venula darah dan plasenta, dan transmisi-blocking vaksin yang akan menghentikan perkembangan benalu di kanan nyamuk sehabis nyamuk telah mengambil bloodmeal dari orang yang terinfeksi. Diharapkan bahwa pengetahuan dari P.'' falciparum''genom, urutan yang selesai pada tahun 2002, akan menawarkan sasaran untuk obat gres atau vaksin.


ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MALARIA


PENGKAJIAN

1. Identitas Pasien

Meliputi nama, umur, alamat, pekerjaan, pendidikan, jenis kelamin dan penanggung jawab.

2. Tanda-tanda vital

Suhu tubuh : Meningkat (di atas 37,5o C)
Tekanan darah : Tekanan darah normal atau sedikit menurun
Nadi : Denyut perifer berpengaruh dan cepat (fase demam)
Respirasi : Tackipnea, Napas pendek

3. Pola Fungsi keperawatan

a. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise umum Tanda : Takikardi, Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.

b. Sirkulasi
Tanda : Tekanan darah normal atau sedikit menurun. Denyut perifer berpengaruh dan cepat (fase demam) Kulit hangat, diuresis (diaphoresis ) lantaran vasodilatasi. Pucat dan lembab (vaso kontriksi), hipovolemia, penurunan aliran darah. Konjungtiva anemis dan capillary refill >2 detik.

c. Eliminasi
Gejela : Diare atau konstipasi; penurunan haluaran urine Tanda : Distensi abdomen

d. Makanan dan cairan
Gejala : Anoreksia mual dan muntah Tanda : Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan, dan Penurunan masa otot. Penurunan haluaran urine, kosentrasi urine .

e. Neuro sensori
Gejala : Sakit kepala, pusing dan pingsan. Tanda : Gelisah, ketakutan, kacau mental, disorientas deliriu atau koma.

f. Pernapasan
Tanda : Tackipnea dengan penurunan kedalaman pernapasan . Gejala : Napas pendek pada istirahat dan aktivitas

g. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : Masalah kesehatan kronis, contohnya hati, ginjal, keracunan alkohol, riwayat splenektomi, gres saja menjalani operasi/prosedur invasif, luka traumatik.


DIAGNOSA KEPERAWATAN UNTUK ASKEP MALARIA

Diagnosa keperawatan pada pasien dengan malaria berdasarkan dari tanda dan tanda-tanda yang timbul sanggup diuraikan menyerupai dibawah ini (Doengoes, Moorhouse dan Geissler, 1999): 

a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berafiliasi dengan asupan masakan yang tidak sdekuat ; anorexia; mual/muntah 

b. Resiko tinggi terhadap nanah berafiliasi dengan penurunan sistem kekebalan tubuh; mekanisme tindakan invasif 

c. Hipertermia berafiliasi dengan peningkatan metabolisme, dehidrasi, imbas eksklusif sirkulasi basil pada hipotalamus. 

d. Perubahan perfusi jaringan berafiliasi dengan penurunan komponen seluler yang di perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh. 

e. Kurang pengetahuan, mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berafiliasi dengan kurangnya pemajanan/ mengingat kesalahan interprestasi informasi, keterbatasan kognitif. 

PERENCANAAN ATAU INTERVENSI ASUHAN KEPERAWATAN MALARIA

Rencana asuhan keperawatan malaria berdasarkan masing-masing diagnosa diatas yakni : 

a Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berafiliasi dengan asupan masakan yang tidak adekuat; anorexia; mual/muntah . 

Tindakan/ Intervensi : 

  1. Kaji riwayat nutrisi, termasuk masakan yang disukai. Observasi dan catat masukan masakan klien Rasional : mengawasi masukan kalori atau kualitas kekeurangan konsumsi makanan. 
  2. Berikan makan sedikit dan masakan tambahan kecil yang tepat Rasional : Dilatasi gaster sanggup terjadi bila pemberian makan terlalu cepat sehabis periode anoreksia 
  3. Pertahankan agenda penimbangan berat tubuh secara teratur. Rasional : Mengawasi penurunan berat tubuh atau efektifitas nitervensi nutrisi 
  4. Diskusikan yang disukai klien dan masukan dalam diet murni. Rasional : Dapat meningkatkan masukan, meningkatkan rasa berpartisipasi/ kontrol 
  5. Observasi dan catat tragedi mual/ muntah, dan tanda-tanda lain yang berafiliasi Rasional : Gejala GI sanggup menunjukan imbas anemia (hipoksia) pada organ 
  6. Kolaborasi untuk melaksanakan rujukan ke mahir gizi. Rasional : Perlu pertolongan dalam perencanaan diet yang memenuhi kebutuhan nutrisi. 


b. Resiko tinggi terhadap nanah berafiliasi dengan penurunan sistem tubuh (pertahanan utama tidak adekuat), mekanisme invasif. 

Tindakan/ Intervensi : 

  1. Pantau terhadap kecenderungan peningkatan suhu tubuh. Rasional : Demam disebabkan oleh imbas endoktoksin pada hipotalamus dan hipotermia yakni tanda tanda penting yang merefleksikan perkembangan status syok/ penurunan perfusi jaringan. 
  2. Amati adanya menggigil dan diaforosis. Rasional : Menggigil sering kali mendahului memuncaknya suhu pada nanah umum. 
  3. Memantau tanda - tanda penyimpangan kondisi/ kegagalan untuk memperbaiki selama masa terapi Rasional : Dapat memperlihatkan ketidak tepatan terapi antibiotik atau pertumbuhan dari organisme. 
  4. Berikan obat anti nanah sesuai petunjuk. Rasional : Dapat membasmi/ menawarkan imunitas sementara untuk nanah umum 
  5. Dapatkan spisemen darah. Rasional : Identifikasi terhadap penyebab jenis nanah malaria 

c. Hipertermia berafiliasi dengan peningkatan metabolisme dehirasi imbas eksklusif sirkulasi basil pada hipotalamus. 


Tindakan/ intervensi : 

  1. Pantau suhu pasien (derajat dan pola), perhatikan menggigil. Rasional : Hipertermi menunjukan proses penyakit infeksius akut. Pola demam memperlihatkan diagnosis. 
  2. Pantau suhu lingkungan. Rasional : Suhu ruangan/ jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal. 
  3. Berikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alkohol. Rasional : Dapat membantu mengurangi demam, penggunaan es/alkohol mungkin mengakibatkan kedinginan. Selain itu alkohol sanggup mengeringkan kulit. 
  4. Berikan antipiretik. Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan agresi sentralnya pada hipotalamus. 
  5. Berikan selimut pendingin. Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan hipertermi. 
d Perubahan perfusi jaringan berafiliasi dengan penurunan komponen seluler yang di perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh.  


Tindakan/ intervensi : 

  1. Pertahankan tirah baring bantu dengan acara perawatan. Rasional : Menurunkan beban kerja miokard dan konsumsi oksigen, memaksimalkan efektifitas dari perfusi jaringan. 
  2. Pantau terhadap kecenderungan tekanan darah, mencatat perkembangan hipotensi dan perubahan pada tekanan nadi. Rasional : Hipotensi akan berkembang bersamaan dengan basil yang menyerang darah 
  3. Perhatikan kualitas, kekuatan dari denyut perifer. Rasional : Pada awal nadi cepat berpengaruh lantaran peningkatan curah jantung, nadi sanggup lemah atau lambat lantaran hipotensi yang terus menerus, penurunan curah jantung dan vaso kontriksi perifer. 
  4. Kaji frukuensi pernafasan kedalaman dan kualitas. Perhatikan dispnea berat. Rasional : Peningkatan pernafasan terjadi sebagai respon terhadap efek-efek eksklusif dari basil pada pusat pernafasan. Pernafasan menjadi dangkal bila terjadi insufisiensi pernafasan, menimbulkan resiko kegagalan pernafasan akut. 
  5. Berikan cairan parenteral. Rasional : Untuk mempertahankan perfusi jaringan, sejumlah besar cairan mungkin diharapkan untuk mendukung volume sirkulasi. 
e. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berafiliasi dengan kurangnya pemajanan/ mengingat kesalahasn interprestasi informasi, keterbatasan kognitif. 


Tindakan/ intervensi: 

  1. Tinjau proses penyakit dan impian masa depan. Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien sanggup membuat pilihan. 
  2. Berikan informasi mengenai terapi obat - obatan, interaksi obat, imbas samping dan ketaatan terhadap program. Rasional : Meningkatkan pemahaman dan meningkatkan kolaborasi dalam penyembuhan dan mengurangi kambuhnya komplikasi. 
  3. Diskusikan kebutuhan untuk pemasukan nutrisional yang tepat dan seimbang. Rasional : Perlu untuk penyembuhan optimal dan kesejahteraan umum. 
  4. Dorong periode istirahat dan acara yang terjadwal. Rasional : Mencegah pemenatan, penghematan energi dan meningkatkan penyembuhan. 
  5. Tinjau perlunya kesehatan pribadi dan kebersihan lingkungan. Rasional : Membantu mengontrol pemajanan lingkungan dengan mengurangi jumlah penyebab penyakit yang ada. 
  6. Identifikasi tanda dan tanda-tanda yang membutuhkan penilaian medis. Rasional : Pengenalan dini dari perkembangan / kambuhnya infeksi. 
  7. Tekankan pentingnya terapi antibiotik sesuai kebutuhan. Rasional : Pengguaan terhadap pencegahan terhadap infeksi.

EVALUASI 

  • Menunjukkan nutrisi tubuh pasien tercukupi.
  • Menunjukkan penyembuhan seiring perjalanan waktu, bebas dari tanda-tanda infeksi. Menunjukkan suhu dalam batas normal, bebas dari kedinginan. 
  • Mempertahankan volume sirkulasi adekuat dengan tanda-tanda vital dalam batas normal pasien, nadi perifer teraba, dan haluaran urine adekuat. 
  • Melaporkan peningkatan toleransi acara (termasuk acara harian). 
  • Melaporkan nyeri hilang/terkontrol.
  • Menunjukkan pengetahuan perihal penyakit malaria memadai.
Demikianlah askep malaria kami bagikan, semoga askep malaria ini sanggup dijadikan refferensi bagi sobat - sobat sejawat sekalian. dan semoga askep malaria ini sanggup bermanfaat bagi kita semua.

Sumber http://bangsalsehat.blogspot.com