Showing posts with label Batu Gamping. Show all posts
Showing posts with label Batu Gamping. Show all posts

Sunday, April 15, 2018

√ Pengertian, Jenis, Dan Kegunaan Kerikil Gamping (Batu Kapur)

Pengertian Batu Gamping (Batu Kapur)

Batu gamping yakni batuan sedimen yang utamanya tersusun oleh kalsium karbonat (CaCO3) dalam bentuk mineral kalsit. Di Indonesia, watu gamping sering disebut juga dengan istilah watu kapur, sedangkan istilah luarnya biasa disebut "limestone". Batu gamping paling sering terbentuk di perairan maritim dangkal.

Batu gamping (batu kapur) kebanyakan merupakan batuan sedimen organik yang terbentuk dari akumulasi cangkang, karang, alga, dan pecahan-pecahan sisa organisme. Batu ini juga sanggup menjadi batuan sedimen kimia yang terbentuk oleh pengendapan kalsium karbonat dari air danau ataupun air laut.

Pada prinsipnya, definisi watu gamping mengacu pada batuan yang mengandung setidaknya 50% berat kalsium karbonat dalam bentuk mineral kalsit. Sisanya, watu gamping sanggup mengandung beberapa mineral ibarat kuarsa, feldspar, mineral lempung, pirit, siderit dan mineral-mineral lainnya. Bahkan watu gamping juga sanggup mengandung nodul besar rijang, nodul pirit ataupun nodul siderit.

Kandungan kalsium karbonat dari batugamping memperlihatkan sifat fisik yang sering dipakai untuk mengidentifikasi batuan ini. Biasanya identifikasi batugamping dilakukan dengan meneteskan 5% asam klorida (HCl), jikalau bereaksi maka sanggup dipastikan batuan tersebut yakni batugamping.

Baca juga tentang: Batuan Metamorf

Pembentukan Batugamping pada Lingkungan Laut

Kebanyakan batugamping terbentuk di maritim dangkal, tenang, dan pada perairan yang hangat. Lingkungan ini merupakan lingkungan ideal di mana organisme bisa membentuk cangkang kalsium karbonat dan skeleton sebagai sumber materi pembentuk batugamping. Ketika organisme tersebut mati, cangkang dan skeleton mereka akan menumpuk membentuk sedimen yang selanjutnya akan terlitifikasi menjadi batugamping.

Produk sisa organisme tersebut juga sanggup berkontribusi untuk pembentukan sebuah massa sedimen. Batugamping yang terbentuk dari sedimen sisa organisme dikelompokan sebagai batuan sedimen biologis. Asal biologis mereka sering terlihat oleh kehadiran fosil.

Beberapa batugamping sanggup terbentuk oleh pengendapan eksklusif kalsium karbonat dari air laut. Batugamping yang terbentuk dengan cara ini dikelompokan sebagai batuan sedimen kimia. Batugamping ini dianggap kurang melimpah dibandingkan batugamping biologis.

Pembentukan Batugamping pada Lingkungan Evaporasi

Batugamping juga sanggup terbentuk melalui penguapan. Stalaktit, stalakmit dan gugusan gua lainnya (sering disebut speleothems) yakni referensi dari batugamping yang terbentuk melalui penguapan. Di sebuah gua, tetesan air akan merembes dari atas memasuki gua melalui rekahan ataupun ruang pori di langit-langit gua, kemudian akan menguap sebelum jatuh ke lantai gua.

Ketika air menguap, setiap kalsium karbonat yang dilarutkan dalam air akan tersimpan di langit-langit gua. Seiring waktu, proses penguapan ini sanggup mengakibatkan akumulasi ibarat es kalsium karbonat di langit-langit gua, deposit ini dikenal sebagai stalaktit. Jika tetesan jatuh ke lantai dan menguap serta tumbuh/berkembang ke atas (dari lantai gua) depositnya disebut dengan stalakmit. Batu gamping yang membentuk gugusan gua ini dikenal sebagai "travertine" dan masuk dalam kelompok batuan sedimen kimia.

Lihat disini mengenai: Batuan Beku

Jenis-Jenis Batu Gamping (Batu Kapur)

Ada banyak nama berbeda dipakai untuk batugamping. Nama-nama ini didasarkan pada bagaimana batugamping terbentuk, penampilannya (tekstur), komposisi mineral penyusunnya, dan beberapa faktor lainnya. Berikut ini yakni beberapa jenis batugamping yang namanya lebih umum digunakan:
  1. Chalk: merupakan sebuah batugamping lembut dengan tekstur yang sangat halus, biasanya berwarna putih atau abu-abu. Batuan ini terbentuk terutama dari cangkang berkapur organisme maritim mikroskopis ibarat foraminifera atau dari aneka macam jenis ganggang laut.
  2. Coquina: merupakan sebuah batugamping berangasan yang tersemenkan, yang tersusun oleh sisa-sisa cangkang organisme. Batuan ini sering terbentuk pada tempat pantai dimana terjadi pemisahaan fragmen cangkang dengan ukuran yang sama oleh gelombang laut.
  3. Fossiliferous Limestone: merupakan sebuah batugamping yang mengandung banyak fosil. Batuan ini secara umum dikuasai tersusun atas cangkang dan skeleton fosil suatu organisme.
  4. Lithographic Limestone: merupakan sebuah batugamping padat dengan ukuran butir sangat halus dan sangat seragam, yang terjadi di dalam sebuah lapisan tipis membentuk permukaan sangat halus.
  5. Oolitic Limestone: merupakan sebuah batugamping yang terutama tersusun oleh kalsium karbonat "oolites", berbentuk bulatan kecil yang terbentuk oleh hasil presipitasi konsentris kalsium karbonat pada butir pasir atau cangkang fragmen.
  6. Travertine: merupakan sebuah batugamping yang terbentuk oleh presipitasi evaporasi, sering terbentuk di dalam gua, yang menghasilkan deposit ibarat stalaktit, stalakmit dan flowstone.

Batu gamping yakni batuan sedimen yang utamanya tersusun oleh kalsium karbonat  √ Pengertian, Jenis, dan Kegunaan Batu Gamping (Batu Kapur)
Gambar macam-macam jenis batugamping dan lingkungan pembentukannya.

Kegunaan Batu Gamping (Batu Kapur)

Batugamping merupakan batuan dengan keragaman penggunaan yang sangat besar. Batuan ini menjadi salah satu batuan yang banyak dipakai dibandingkan jenis batuan-batuan lainnya. Sebagian besar batugamping dibentuk menjadi watu pecah yang sanggup dipakai sebagai material konstruksi seperti: landasan jalan dan kereta api serta agregat dalam beton. Nilai paling hemat dari sebuah deposit batugamping yaitu sebagai materi utama pembuatan semen portland.

Beberapa jenis batugamping banyak dipakai sebab sifat mereka yang berpengaruh dan padat dengan sejumlah ruang/pori. Sifat fisik ini memungkinkan batugamping sanggup bangun kokoh walaupun mengalami proses abrasi. Meskipun batugamping tidak sekeras batuan berkomposisi silikat, namun batugamping lebih gampang untuk ditambang dan tidak cepat mengakibatkan keausan pada peralatan tambang maupun crusher (alat pemecah batu).
Sumber http://www.geologinesia.com

Wednesday, March 21, 2018

√ Mengenal Watu Gamping (Batu Kapur Atau Limestone)

Batu gamping merupakan batuan sedimen dengan komposisi utama mineral kalsit (CaCO3), dolomit CaMg (CO3)2 dan aragonit (CaCO3), terbentuk dengan beberapa cara, yaitu secara organik, mekanik dan kimia. Sebagian besar kerikil gamping di alam terjadi secara organik. Jenis ini berasal dari kumpulan endapan cangkang kerang, siput, foraminifera, ganggang, atau berasal dari kerangka hewan yang telah mati.


Batu gamping tersebar luas di seluruh wilayah Indonesia dengan karakteristik yang berbeda-beda, hal ini terjadi alasannya dipengaruhi oleh kondisi geologi masing-masing daerah. Neraca sumberdaya mineral tahun 2013 menawarkan sumberdaya kerikil gamping di Pulau Jawa 12.288,95 juta ton; Pulau Sumatera 103.198,08 juta ton; Pulau Kalimantan 36.076,83 juta ton; Pulau Sulawesi 95.518,85 juta ton; Pulau Papua 244.082,73 juta ton; Pulau Bali 7.191,79 juta ton; Kepulauan Maluku dan Halmahera 93.345,22 juta ton; Kepulauan Nusa Tenggara 55.393,04 juta ton.

 merupakan batuan sedimen dengan komposisi utama mineral kalsit  √ Mengenal Batu Gamping (Batu Kapur atau Limestone)
Gambar macam-macam kenampakan kerikil gamping.

Batu gamping yang telah diolah sanggup dipakai sebagai materi baku utama atau penyerta pada banyak sekali macam industri dengan persyaratan diantaranya harus memiliki:
  1. Derajat kemurnian (Kadar CaO)
  2. Kandungan unsur pengotor (Mg, Al, Fe, P, S, Na, K, dan F).
  3. Kandungan Mineral Pengotor (kuarsa, pirit, dan markasit)
  4. Sifat fisik tertentu (kecerahan, ukuran butir, luas permukaan, dan kelembapan).


Batu gamping sanggup dipakai antara lain untuk pembuatan kapur tohor dan kapur padam, semen, karbid, peleburan dan pemurnian baja, materi penggosok, materi keramik, kaca, bata silika, kertas, karet, pembuatan soda abu, penjernih air, proses pengendapan bijih logam bukan besi, pembuatan gula, dan untuk pertanian.

Catatan: Penulisan yang benar terhadap nama batuan ini bekerjsama ialah "batugamping" (tanpa spasi). Penulis menuliskan nama "batu gamping" (dengan spasi) dalam postingan diatas hanya untuk memudahkan pencarian atas artikel ini.

Sumber http://www.geologinesia.com

Friday, March 16, 2018

√ Kerikil Gamping (Batu Kapur) : Genesa, Ciri-Ciri, Dan Sifat Fisiknya

Batugamping sanggup terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organik, mekanik, dan kimia. Sebagian besar batugamping di alam terjadi secara organik. Jenis ini berasal dari kumpulan endapan cangkang kerang, siput, foraminifera, ganggang, atau berasal dari kerangka hewan yang telah mati.

Baca juga: Apa itu Batugamping (Batu Kapur) ??

Batugamping yang terjadi secara mekanik bahannya tidak jauh berbeda dengan jenis batugamping yang terjadi secara organik. Perbedaan dengan batugamping jenis pertama yaitu terjadinya perombakan dari materi batugamping organik yang kemudian terbawa oleh arus dan biasanya diendapkan tidak jauh dari kawasan semula.

Batugamping yang terjadi secara kimia yaitu jenis batugamping yang terjadi dari pengendapan kalsium karbonat dalam kondisi iklim lingkungan tertentu, baik di dalam air bahari maupun air tawar. Mata air mineral sanggup pula mengendapkan kerikil gamping yang biasa disebut endapan sinter kapur. Jenis batugamping ini terjadi lantaran peredaran air panas alam yang melarutkan lapisan batugamping di bawah permukaan, yang kemudian diendapkan kembali di permukaan bumi.

Batugamping dengan sifat keras dan padat mempunyai berat jenis lebih dari 2, sedangkan batugampig yang bersifat lunak mempunyai berat jenis kurang dari 2. Batugamping bersifat poros atau sarang, warna bervariasi yakni putih susu, abu-abu muda hingga tua, coklat, merah hingga kehitaman yang dipengaruhi oleh pengotor di dalam batuan.

Sifat fisik, mineralogi, dan kenampakan batugamping sanggup berubah apabila mengalami diagenesa hingga pemalihan yang disebabkan oleh perubahan tekanan dan temperatur, sehingga terjadi penghabluran kembali material penyusun batugamping, misalnya menyerupai yang dijumpai pada kerikil pualam atau batu marmer.

Batugamping sanggup terjadi dengan beberapa cara √ Batu Gamping (Batu Kapur) : Genesa, Ciri-ciri, dan Sifat Fisiknya
Gambar macam-macam bentuk batugamping.

Baca juga: Apa itu Batuan Karbonat Paparan ??

Batugamping bersifat reaktif, terutama terhadap air hujan yang mengandung CO3 dari udara maupun dari hasil pembusukan zat-zat organik di permukaan tanah. Batugamping yang dilalui air tersebut sanggup larut dengan reaksi kimia sebagai berikut:

CaCO3 + 2CO2 + H2O >>>>>> Ca(HCO3)2 + CO2
Ca(HCO3)2 sanggup larut dalam air, sehingga lambat laun terjadi rongga dalam badan batugamping.
Sumber http://www.geologinesia.com

Tuesday, March 13, 2018

√ #5 Jenis Kerikil Gamping (Batu Kapur)

Secara umum jenis-jenis kerikil gamping yang telah dikenal mencakup batugamping afanitik, batugamping bioklastik, batugamping kerangka, batugamping klastik dan batugamping kristalin. Pada postingan kali ini geologinesia akan membahas secara general 5 jenis atau tipe batugamping tersebut. Untuk pembahasan terperinci tiap tipe akan dibahas pada kesempatan berikutnya.

Baca juga: Genesa dan Sifat Fisik Batugamping

Batugamping Klastik

Batugamping ini merupakan batuan yang terendapkan secara sekunder dengan kenampakan yang pada umumnya berlapis. Batugamping klastik dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
  1. Batugamping klastik fragmenter; tersusun atas fragmen yang asalnya tidak terang (merupakan campuran).
  2. Batugamping klastik non fragmenter; merupakan gradasi dari batugamping bioklastik dan batugamping klastik fragmenter.

Batugamping Kristalin

Batugamping jenis ini terbentuk dari hasil rekristalisasi batugamping klastik, batugamping terumbu, atau batugamping afanitik, dan tidak terbentuk secara pribadi dari pengendapan. Proses pembentukan batugamping kristalin terjadi pada dikala diagenesis yang disebut neomorphoisme.

jenis kerikil gamping yang telah dikenal mencakup batugamping afanitik √ #5 Jenis Batu Gamping (Batu Kapur)
Gambar Batugamping Kristalin.

Batugamping Bioklastik

Batugamping bioklastik tersusun oleh cangkang atau fragmen kerangka organisme, umumnya dicirikan oleh fragmen/cangkang lepas terutama bila telah tertransportasi. Penamaan batuan bioklastik umumnya menurut organisme penyusun utama, yakni:
  1. Batugamping (bioklastik) foraminifera
  2. Batugamping Koral (bioklastik, fragmental) 
  3. Batugamping coquina (jika seluruhnya terdiri dari cangkang-cangkang moluska) 
  4. Batugamping globigerina 
  5. Kerak ganggang sering pula pecah-pecah membentuk butir

    Lingkungan pengendapan gamping bioklastik meliputi:
    1. Lingkungan maritim dangkal erat pantai, dengan partikel-partikel telah terabrasi.
    2. Lingkungan sekitar terumbu, laguna, dan terumbu bab depan. Endapan merupakan pecahan dari terumbu akhir gelombang dengan butiran yang telah terabrasi, sedangkan di terumbu depan merupakan talus pelongsoran terumbu dan berupa belahan koral.
    3. Lingkungan kawasan neritik, contohnya foraminifera besar membentuk bank/gundukan.

    Batugamping Kerangka (Batugamping Terumbu)

    Batugamping kerangka atau sanggup disebut batugamping terumbu ialah suatu bentuk struktur organisme yang dibuat oleh koloni organisme, tahan terhadap gelombang dan mempunyai relief topografi diatas pengendapan sedimen di sekelilingnya. Macam-macam struktur koloni organisme yang dikenal yakni bank, bioherm, biostrome, dan reef (terumbu).

    jenis kerikil gamping yang telah dikenal mencakup batugamping afanitik √ #5 Jenis Batu Gamping (Batu Kapur)
    Gambar Batugamping Terumbu dan Koral.

    Batugamping Afanitik

    Batugamping afanitik sering juga disebut batugamping mikrokristalin, terdiri dari butir-butir berukuran 0,005 mm sehingga tidak diketahui apakah terdiridari fragmen halus (pecahan gamping) atau kristal halus. Batugamping afanitik sanggup terbentuk dengan beberapa cara, yaitu:
    1. Penggerusan batugamping yang telah ada sebelumnya, misalkan dari penghancuran terumbu oleh gelombang laut.
    2. Pengendapan pribadi secara kimiawi dari air maritim yang jenuh CaCO3.
    3. Pengendapan dengan batuan ganggang hijau (chlorophycese) sebagai jarum-jarum aragonit.

    Baca juga: Apa itu Batugamping??

    Batugamping afanitik diendapkan di lingkungan pengendapan maritim dangkal yang terlindung menyerupai laguna di belakang terumbu dengan temperatur yang tinggi atau di kawasan tropis sehingga terjadi penguapan kuat. Umumnya batugamping afanitik kaya akan zat organik dan tidak mempunyai struktur perlapisan.

    Sumber http://www.geologinesia.com

    Saturday, March 10, 2018

    √ Batugamping Klastik : Genesa, Jenis, Dan Ciri-Cirinya

    Batugamping Klastik adalah watu gamping yang terendapkan secara sekunder, dengan ciri kenampakan berlapis. Tebal setiap lapisan berkisar antara beberapa centimeter sampai puluhan meter sehingga sekilas tampak mirip berstruktur pejal atau tidak berlapis. Di dalam suatu kompleks terumbu, kemungkinan terdapat batugamping non-klastik yang tersingkap bahu-membahu dengan batugamping klastik.

    Baca juga: 5 Jenis Batugamping (Batu Kapur)

    Disekitar lereng inti terumbu kadang dijumpai batugamping konglomeratan yang tersebar mengitari sebuah bukit. Batugamping ini merupakan endapan talus (pelongsoran). Batugamping klastik sanggup dibagi menjadi 2 jenis yaitu batugamping klastik fragmentar dan batugamping klastik non-fragmentar (R.P Koesoemadinata, 1982).

     watu gamping yang terendapkan secara sekunder √ Batugamping Klastik : Genesa, Jenis, dan Ciri-cirinya
    Gambar kenampakan batugamping klastik (fine-grained).

    Batugamping Klastik Fragmentar

    Batugamping klastik fragmentar tersusun atas fragmen yang asalnya tidak terang dan sanggup merupakan campuran. Batuan ini pada umumnya mempunyai tekstur perlapisan ibarat batu pasir dengan struktur sedimen silang-siur, gelembur gelombang, dan laminasi. Batugamping klastik fragmentar umumnya diendapkan secara mekanis oleh air laut.

    Batugamping Klastik Non-Fragmentar

    Batugamping Klastik Non-Fragmentar jarang dijumpai di Indonesia, dan merupakan batuan reservoir minyak bumi. Batuan ini sering merupakan gradasi dari batugamping bioklastik dan batugamping klastik fragmentar, atau bahkan merupakan adonan dari ketiga unsur batuan tersebut. Unsur butir pada batugamping klastik non-fragmentar terdiri atas oolit, lump, dan pelets.

    Oolit

    Oolit yaitu butiran karbonat yang berbentuk spheroid dan menunjukkan struktur dalam radial atau perlapisan konsentris, berukuran 30 - 40 mikron dengan kilap mutiara. Oolit terbentuk di lingkungan maritim dengan kadar kalsium karbonat lewat jenuh (supersaturated, illing, 1954).

     watu gamping yang terendapkan secara sekunder √ Batugamping Klastik : Genesa, Jenis, dan Ciri-cirinya
    Gambar kenampakan Oolit pada sayatan tipis di bawah mikroskop.

    Baca juga: Genesa, Ciri-ciri, dan Sifat Fisik Batugamping (Batu Kapur)

    Lump

    Lump yaitu butiran karbonat yang merupakan agregasi butiran yang membentuk butir pasir komposit, dengan tipe:
    1. Grapestone (buah anggur); berupa butir-butir komponen menonjol mirip setangkai buah anggur, diikat oleh aragonit dengan komponen skeletal (butir karbonat). 
    2. Botryoidal; berupa komponen butir-butir oolit dengan korelasi antar butir yang saling mengisi dan mengikat. 
    3. Enctrusted; sementasi maritim menutupi butir-butir komponen, bersifat tidak teratur, rongga-rongga diisi oleh jarum aragonit. 

    Pelets

    Pelets yaitu butiran karbonat yang berbentuk lingkaran lonjong, ovoid dengan permukaan halus kadang tidak rata dan menunjukkan jejak agregasi, kilap kusam, serta tidak ada struktur dalam. Terbentuk oleh sedimentasi partikel berukuran lanau; kotoran hewan dengan bentuk mirip batang, chitine; butir dari butiran kerangka organik (pengisian dan rekristalisasi); komposit.

    Sumber http://www.geologinesia.com