Kami bagikan laporan pendahuluan / LP Kanker / Ca vulva dalam format doc dan pdf.
Kali ini kami share laporan pendahuluan kanker vulva atau biasa disingkat lp ca vulva, yakni sebuah tinjauan teori mulai dari pengertian, etiologi, patofisiologi, pathway, tanda dan gejala, investigasi penunjang dan penatalaksanaan hingga konsep asuhan keperawatan perihal penyakit ca vulva.
pada lp ca vulva kali ini telah kami buat secara lengkap menurut beberapa refferensi terbaru perihal penyakit kanker yang menyerang organ kewanitaan ini.
Untuk memepermudah teman sejawat sekalian dalam pembuatan tugas, telah kami sediakan link unduhan diakhir artikel untuk mengambil laporan pendahuluan / LP kanker / ca vulva ini.
Laporan Pendahuluan Kanker / Ca Vulva
Pengertian
Dari semua kanker yang ada pada organ reproduksi wanita, 3-4% merupakan kanker vulva.
Kanker vulva yaitu tumor ganas yang tumbuh di dalam vulva, Vulva merupakan pecahan luar dari sistem reproduksi wanita, yang meliputi labia, lubang v@gin@, lubang uretra dan klitoris.
Kanker vulva yaitu kanker yang terjadi di pecahan luar permukaan alat kelamin wanita. Kebanyakan kanker vulva yaitu jenis dari squamous cell carcinoma – jenis kanker kulit – yang berkembang secara lambat dalam hitungan tahun.
Kanker vulva yaitu neoplasma/keganasan pada organ kelamin terluar wanita. Kanker vulva lebih sering terjadi pada perempuan dengan kanker primer (awal) pada serviks atau yang biasa kita kenal dengan kanker leher rahim.
Kanker vulva yaitu suatu kondisi medis yang ditandai dengan kanker pada genitalia pecahan luar perempuan termasuk labia (bibir di sekeliling lubang v@gin@), klitoris (jaringan kecil di atas lubang keluar v@gin@) dan pecahan luar dari v@gin@.
Pada umumnya 80% kanker vulva merupakan hasil metastatis (penyebaran) dari kanker serviks, endometrium, koriokarsinoma, ovarium, v@gin@, kandung kemih, uretra (saluran kemih), dan paru-paru. Kanker vulva biasanya terjadi sesudah menopause, rata-rata pada usia 70 tahun.
Tipe-Tipe Kanker Vulva
1. Kanker Vulva Epidermoid
Kanker epidermoid paling sering mengenai separuh anterior vulva dan timbul di labia (mayor dan minor) pada 65% pasien, dan di klitoris pada 25% pasien. Lebih dari sepertiga tumor terletak di garis tengah atau bilateral. Tidak ada kekerabatan positif anara kekerapan metastasis dengan tampilan umum tumor yang berbentuk eksofitik (menyerupai kembang kol), lesi ulseratif, atau tumor merah mirip beludru. Penentu utama metastasis dan hasil berikutnya yaitu ukuran tumor. Namun derajat histologi bekerjasama dengan kemungkinan metastasis jikalau tumor berukuran <2 cm. Karsinoma epidermoid vulva derajaz I yang khas cersusun atas sel-sel lancip atau berduri dengan diferensiasi baik, banyak yang membentuk mutiara keratin. Kadang-kadang terlihat mitosis. Sel-sel ganas menginvasi jaringan subepitel, leukosit dan limfosit menginfiltrasi stroma dan jaringan yang berbatasan eksklusif dengan tumor. Kanker epidermoid derajat II dan III tersusun atas sel-sel dengan diferensiasi semakin buruk. Karsinoma verukosa, suatu varian kanker epidermoid secara umum ibarat kondilomata akuminata. Penyebaran lokal umum terjadi, tetapi metastasis limfatik pada pasien usia lanjut jarang terjadi.
2. Melanoma Maligna
Melanoma maligna meliputi 6%-11% dari seluruh kanker vulva. merupakan tipe kanker vulva paling umum nomor dua. Melanoma merupakan keganasan yang sangat bergairah biasanya berasal dari nevi berpigmen pada vulva. Melanoma terutama menyerang perempuan kulit putih pascamenopause. Melanoma maligna paling sering mengenai labia minor atau klitoris. Biasanya melanoma maligna berupa lesi tunggal, meninggi, tidak nyeri tekan, dengan hiperpigmentasi dan ulserasi yang gampang berdarah. Semua melanoma maligna cepat menyebar melalui sistem vena. Juga sering terjadi kekambuhan setempat. Pengobatan serupa dengan pengobatan karsinoma sel skuarnosa.
3. Karsinoma Sel Basal
Karsinoma sel basal yaitu lesi ulseratif yang terdiri atas sel ganas basofilik, bulat, kecil berasal dari lapisan epidermis paling dalam. Sel-sel ini tersusun dalam kelompok yang tidak beraturan dan seringkali menembus jaringsm penghubung yang mendasari. Kadang-kadang terlihat micosis, cetapi tidak ada keratinisasi. Tidak mirip karsinoma sel skuamosa dengan keratinisasi. metastasis karsinoma sel basal jarang dan lambat. Namun kekambuhan setempat umum terjadi. Karsinoma sel basal meliputi 2%-3% kanker vulva, dan hampir selalu muncul pada kulit labia mayor. Pengobatan biasanya dengan eksisi luas lokal lantaran tumor belum metastasis. Namun kira-kira 20% mengalarni kekambuhan. Satu pengecualian terapi ini yaitu tumor tipe sel skumosa-basal yang memerlukan pengobatan serupa dengan karsinoma sel skuamosa invasif.
4. Karsinoma Kelenjar Bartolin
Meskipun angka kesembuhan karsinoma kenjar Bartolin dan karsinoma sel skuamosa sama. untuk semua stadium. ada dua faktor yang menciptakan karsinoma kelenjar Bartolin lebih berbahaya. Biasanya diagnosis kanker kelenjar Bartolin terlambat lantaran letaknya yang agak lebih sulit dicapai dibanding kanker serviks. dan mungkin diduga sebagai kista Bartolin. Disamping itu, lantaran tumor memiliki saluran ke saluran limfa yang mengalir ke rektum, mereka sanggup metastasis eksklusif ke nodus limfatikus pelvis dalam. Namun, terapi karsinoma kelenjar Bartolin saupa dcngan karsinoma sel skuamosa.
5. Sarkoma Vubra
Sarkoma vulva meliputi <2% kanker vulva. Kanker sel stroma yang paling umum yaitu leiomiosarkoma dan histiositoma fibrosa. Adenokarsinoma vulva (kecuali yang berasal dari Bartolin) sangat jarang. Metastasis kanker ke vulva sanggup berasal dari tumor traktus genitalis lain atau dari ginjal atau uretra.
Etiologi
Tidak diketahui secara pasti, diduga lantaran adanya faktor iritasi eksterna dan kronik atau pada kasus-kasus seperti:Penyakit kelamin (granuloma inguinal) yang mengakibatkan vulvitis kronik.Lesi-lesi kronik mengakibatkan gatal, kadang kala multifokal dari vulva (leukoplakia dan kraurosis).
Namun beberapa factor resiko dibawah ini sanggup menjadi pencetusnya.
- Infeksi HPV atau kutil kelamin (kutil genitalis), HPV merupakan virus penyebab kutil kelamin dan ditularkan melalui kekerabatan secual.
- Pernah menderita kanker leher rahim atau kanker v@gin@
- Infeksi sifilis
- Diabetes
- Obesitas
- Tekanan darah tinggi.
- Usia, Tiga perempat penderita kanker vulva berusia diatas 50 tahun dan dua pertiganya berusia diatas 70 tahun ketika kanker pertama kali terdiagnosis. Usia rata-rata penderita kanker invasif yaitu 65-70 tahun.
- Hubungan secual pada usia dini
- Berganti-ganti pasangan secual
- Merokok
- Infeksi HIV, HIV yaitu virus penyebab AIDS. Virus ini mengakibatkan kerusakan pada sistem kekebalan tubuh sehingga perempuan lebih gampang mengalami abses HPV menahun.
- Golongan sosial-ekonimi rendah. Hal ini bekerjasama dengan pelayanan kesehatan yang adekuat, termasuk investigasi kandungan yang rutin.
- Neoplasia intraepitel vulva (NIV)
- Liken sklerosus. Penyakit ini mengakibatkan kulit vulva menjadi tipis dan gatal.
- Peradangan vulva menahun
- Melanoma atau tahi lalat atipik pada kulit selain vulva.
Stadium kanker Vulva
Stadium kanker vulva dari sistem FIGO:
- Stadium 0 (karsinoma in situ, penyakit Bowen) : kanker hanya ditemukan permukaan kulit vulva
- Stadium I : kanker ditemukan di vulva dan/atau perineum (daerah antara rektum dan v@gin@). Ukuran tumor sebesar 2 cm atau kurang dan belum menyebar ke kelenjar getah bening
- Stadium IA : kanker stadium I yang telah menyusup hingga kedalaman kurang dari 1 mm
- Stadium IB: kanker stadium I yang telah menyusup lebih dalam dari 1 mm
- Stadium II : kanker ditemukan di vulva dan/atau perineu, dengan ukuran lebih besar dari 2 cm tetapi belum menyebar ke kelenjar getah bening
- Stadium III : kanker ditemukan di vulva dan/atau perineum serta telah menyebar ke jaringan terdekat (misalnya uretra, v@gin@, anus) dan/atau telah menyebar ke kelenjar getah bening selangkangan terdekat.
- Stadium IVA : kanker telah menyebar keluar jaringan terdekat, yaitu ke uretra pecahan atas, kandung kemih, rektum atau tulang panggul, atau telah menyebar ke kelenjar getah bening kiri dan kanan
- Stadium IVB : kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di dalam panggul dan/atau ke organ tubuh yang jauh.
Fatofisiologi dan Pathway kanker / Ca Vulva
Tanda dan Gejala
Kanker vulva gampang dilihat dan teraba sebagai benjolan, penebalan ataupun luka terbuka pada atau di sekitar lubang v@gin@.
Kadang terbentuk bercak bersisik atau perubahan warna. Jaringan di sekitarnya mengkerut disertai gatal-gatal. Pada karenanya akan terjadi perdarahan dan keluar cairan yang encer.
Gejala lainnya adalah:
- nyeri ketika berkemih
- nyeri ketika melaksanakan kekerabatan secual.
- Hampir 20% penderita yang tidak memperlihatkan gejala.
Manifestasi Klinik
Diagnosis ditegakkan menurut gejala, hasil investigasi fisik dan hasil biopsi jaringan. Staging (Menentukan stadium kanker). Staging merupakan suatu peroses yang memakai hasil-hasil investigasi fisik dan investigasi diagnostik tertentu untuk memilih ukuran tumor, kedalaman tumor, penyebaran ke organ di sekitarnya dan penyebaran ke kelenjar getah bening atau organ yang jauh. Dengan mengetahui stadium penyakitnya maka sanggup ditentukan rencana pengobatan yang akan dijalani oleh penderita.
Pemeriksaan penunjang
Jika hasil biopsi memperlihatkan bahwa telah terjadi kanker vulva, maka dilakukan beberapa investigasi untuk mengetahui penyebaran kanker ke tempat lain:
- Sistoskopi (pemeriksaan kandung kemih)
- Proktoskopi (pemeriksaan rektum)
- Pemeriksaan panggula dibawah efek obat bius
- Rontgen dada
- CT scan dan MRI.
Penatalaksanaan
Terdapat 3 jenis pengobatan untuk penderita kanker vulva:
1. Pembedahan
- Eksisi lokal luas : dilakukan pengangkatan kanker dan sejumlah jaringan normal di sekitar kanker Eksisi lokal radikal : dilakukan pengangkatan kanker dan sejumlah besar jaringan normal di sekitar kanker, mungkin juga disertai dengan pengangkatan kelenjar getah bening
- Bedah laser : memakai sinar laser untuk mengangkat sel-sel kanker
- Vulvektomi skinning : dilakukan pengangkatan kulit vulva yang mengandung kanker
- Vulvektomi simplek : dilakukan pengangkatan seluruh vulva. Vulvektomi parsial : dilakukan pengangkatan sebagian vulva dan Vulvektomi radikal : dilakukan pengangkatan seluruh vulva dan kelenjar getah bening di sekitarnya.
- Eksenterasi panggul : jikalau kanker telah menyebar keluar vulva dan organ perempuan lainnya, maka dilakukan pengangkatan organ yang terkena (misalnya kolon, rektum atau kandung kemih) bersamaan dengan pengangkatan leher rahim, rahim dan v@gin@.
Untuk menciptakan vulva atau v@gin@ buatan sesudah pembedahan, dilakukan pencangkokan kulit dari pecahan tubuh lainnya dan bedah plastik.
2. Terapi penyinaran
Pada terapi penyinaran dipakai sinar X atau sinar berenergi tinggi lainnya utnuk membunuh sel-sel kanker dan memperkecil ukuran tumor.
Pada radiasi eksternal dipakai suatu mesin sebagai sumber penyinaran; sedangkan pada radiasi internal, ke dalam tubuh penderita dimasukkan suatu kapsul atau tabung plastik yang mengandung materi radioaktif.
3. Kemoterapi
Pada kemoterapi dipakai obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker. Obat tersedia dalam bentuk tablet/kapsul atau suntikan (melalui pembuluh darah atau otot). Kemoterapi merupakan pengobatan sistemik lantaran obat masuk ke dalam fatwa darah sehingga hingga ke seluruh tubuh dan bisa membunuh sel-sel kanker di seluruh tubuh.
Penatalaksanaan menurut stadium
Pengobatan kanker vulva tergantung kepada stadium dan jenis penyakit serta usia dan keadaan umum penderita.
Kanker vulva stadium 0
- Eksisi lokal luas atau bedah laser, atau kombinasi keduanya
- Vulvektomi skinning
- Salep yang mengandung obat kemoterapi
Kanker vulva stadium I
- Eksisi lokal luas
- Eksisi lokal radikal ditambah pengangkatan seluruh kelenjar getah bening selangkangan dan paha pecahan atas terdekat pada sisi yang sama dengan kanker
- Vulvektomi radikal dan pengangkatan kelenjar getah bening selangkangan pada salah satu atau kedua sisi tubuh
- Terapi penyinaran saja.
Kanker vulva stadium II
- Vulvektomi radikal dan pengangkatan kelenjar getah bening selangkangan kiri dan kanan. Jika sel kanker ditemukan di dalam kelenjar getah bening, maka dilakukan sesudah pembedahan dilakukan penyinaran yang diarahkan ke panggul
- Terapi penyinaran saja (pada penderita tertentu).
Kanker vulva stadium III
- Vulvektomi radikal dan pengangkatan kelenjar getah bening selangkangan dan kelenjar getah bening paha pecahan atas kiri dan kanan.
- Jika di dalam kelenjar getah bening ditemukan sel-sel kanker atau jikalau sel-sel kanker hanya ditemukan di dalam vulva dan tumornya besar tetapi belum menyebar, sesudah pembedahan dilakukan terapi penyinaran pada panggul dan selangkangan
- Terapi radiasi dan kemoterapi diikuti oleh vulvektomi radikal dan pengangkatan kelenjar getah bening kiri dan kanan
- Terapi penyinaran (pada penderita tertentu) dengan atau tanpa kemoterapi.
Kanker vulva stadium IV
- Vulvektomi radikal dan pengangkatan kolon pecahan bawah, rektum atau kandung kemih ( tergantung kepada lokasi penyebaran kanker) disertai pengangkatan rahim, leher rahim dan v@gin@ (eksenterasi panggul)
- Vulvektomi radikal diikuti dengan terapi penyinaran
- Terapi penyinaran diikuti dengan vulvektomi radikal
- Terapi penyinaran (pada penderita tertentu) dengan atau tanpa kemoterapi dan mungkin juga diikuti oleh pembedahan.
Kanker vulva yang berulang (kambuh kembali)
- Eksisi lokal luas dengan atau tanpa terapi penyinaran
- Vulvektomi radikal dan pengangkatan kolon, rektum atau kandung kemih (tergantung kepada lokasi penyebaran kanker) disertai dengan pengangkatan rahim, leher rahim dan v@gin@ (eksenterasi panggul)
- Terapi penyinaran ditambah dengan kemoterapi dengan atau tanpa pembedahn
- Terapi penyinaran untuk kekambuhan lokal atau untuk mengurangi tanda-tanda nyeri, mual atau kelainan fungsi tubuh.
Pencegahan
Ada 2 cara untuk mencegah kanker vulva:
- Menghindari faktor resiko yang bisa dikendalikan
- Mengobati keadaan prekanker sebelum terjadinya kanker invasif.
Konsep Asuhan Keperawatan
Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Riwayat keluarga
c. Status kesehatan
- Status kesehatan dikala ini
- Status kesehatan masa lalu
- Riwayat penyakit keluarga
d. Pola fungsi kesehatan Gordon
1. Pemeliharaan dan persepsi kesehatan.
Kanker vulva sanggup diakibatkan oleh penyakit menular secual atau sanggup disebabkan oleh berganti-ganti pasangan serta melaksanakan kekerabatan secual terlalu dini
2. Pola istirahat dan tidur.
Pola istirahat dan tidur pasien sanggup terganggu akhir dari nyeri akhir progresivitas dari kanker vulva ataupun lantaran gangguan pada contoh tidur juga sanggup terjadi akhir dari depresi yang dialami oleh wanita.
3. Pola eliminasi
Dapat terjadi disuria serta hematuria.
4. Pola nutrisi dan metabolik
Asupan nutrisi pada perempuan dengan kanker vulva harus lebih banyak lantaran sanggup terjadi mual dan muntah. Kaji jenis masakan yang biasa dimakan oleh perempuan serta pantau berat tubuh lantaran perempuan dengan kanker vulva juga biasanya mengalami penurunan nafsu makan.
5. Pola kognitif – perseptual
Pada perempuan dengan kanker vulva biasanya tidak terjadi gangguan pada pada panca indra meliputi penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, pengecap.
6. Pola persepsi dan konsep diri
Pasien kadang merasa aib terhadap orang sekitar lantaran memiliki penyakit kanker vulva, akhir dari persepsi yang salah dari masyarakat. Dimana salah satu etiologi dari kanker vulva yaitu akhir dari sering berganti – ganti pasangan secual.
7. Pola acara dan latihan.
Kaji apakah penyakit serta kehamilan pasien mensugesti contoh acara dan latihan. Dengan skor kemampuan perawatan diri (0= mandiri, 1= alat bantu, 2= dibantu orang lain, 3= dibantu orang lain dan alat, 4= tergantung total). Pasien masuk akal jikalau mengalami perasaan sedikit lemas akhir dari asupan nutrisi yang berkurang. Wanita yang disertai dengan kanker vulva ibu akan merasa sangat lemah terutama pada pecahan ekstremitas bawah dan tidak sanggup melaksanakan aktivitasnya dengan baik akhir dari progresivitas kanker vulva sehingga harus beristirahat total.
8. Pola secualitas dan reproduksi
Kaji apakah terdapat perubahan contoh seculitas dan reproduksi pasien selama pasien menderita penyakit ini. Pada contoh secualitas pasien akan terganggu akhir dari rasa nyeri yang selalu dirasakan pada dikala melaksanakan kekerabatan secual (dispareuni) serta adanya perdarahan sesudah berhubungan. Serta keluar cairan encer (keputihan) yang berbau busuk dari v@gin@.
9. Pola administrasi koping stress
Kaji bagaimana pasien mengatasi masalah-masalahnya. Bagaimana administrasi koping pasien. Apakah pasien sanggup mendapatkan kondisinya sesudah sakit. Wanita dengan kanker vulva biasanya mengalami gangguan dalam administrasi koping stres yang diakibatkan dari cemas yang berlebihan terhadap risiko terjadinya keselamatan dirinya sendiri.
10. Pola kiprah - hubungan
Bagaimana contoh kiprah kekerabatan pasien dengan keluarga atau lingkungan sekitarnya. Apakah penyakit ini sanggup mensugesti contoh kiprah dan hubungannya. Wanita dengan kanker vulva harus mendapatkan dukungan dari suami serta orang – orang terdekatnya lantaran itu akan mensugesti kondisi kesehatannya. Biasanya koping keluarga akan melemah ketika dalam anggota keluarganya ada yang menderita penyakit kanker vulva.
11. Pola keyakinan dan nilai
Kaji apakah penyakit pasien mensugesti contoh keyakinan dan nilai yang diyakini.
a. Analisis data
1. Data subyektif :
- Pasien menyampaikan merasa sakit ketika senggama dan terjadi perdarahan sesudah senggama yang kemudian berlanjut menjadi perdarahan yang abnormal
- Pasien menyampaikan merasa nyeri ketika buang air kecil dan urine bercampur darah
- Pasien menyampaikan merasa tidak bertenaga dan lemas
- Pasien menyampaikan merasa cemas dan takut perihal kondisinya
2. Data obyektif
- TTV tidak dalam batas normal, Dimana batas normal TTV meliputi : Nadi : 60-100 x / menit, Nafas : 16 - 24 x / menit, Tekanan Darah : 110-140 / 60-90 mmHg dan Suhu : 36,5 0C – 37,5 0C.
- Membran mukosa kering
- Turgor kulit jelek akhir perdarahan
- Pengisian kapiler lambat ( tidak kembali dalam < 2-3 detik sesudah ditekan )
- Ekspresi wajah pasien pucat
- Pasien tampak lemas
- Warna kulit merah dan kering
- Ekspresi wajah pasien meringis
- Pasien tampak gelisah dan menggaruk pecahan genital
- Tampak tanda - tanda abses (kalor, rubor, dolor, tumor, fungsio laesia)
- Terjadi hematuria
- Mual ataupun muntah
- Keluar cairan encer yang berbau busuk dari v@gin@.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul :
- Kekurangan volume cairan b/d kehilangan volume cairan tubuh secara aktif akhir pendarahan
- Nyeri kronis b/d nekrosis jaringan pada vulva akhir penyakit kanker vulva
- Disfungsi secual b/d perubahan fungsi tubuh akhir proses penyakit kanker vulva
- Intoleransi acara b/d produksi energi tubuh menurun
- Ansietas b/d krisis situasional
- Defisit perawatan diri b/d kelemahan
- Kerusakan integritas kulit b/d kemoterapi
- Gangguan gambaran tubuh b/d proses penyakit
- Risiko cedera b/d kelemahan
- Risiko abses b/d penyakit kronis (metastase sel kanker)
Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan. 1.
Kekurangan volume cairan b/d kehilangan volume cairan tubuh secara aktif akhir pendarahan
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan keseimbangan volume cairan adekuat
Kriteria Hasil :
1. TTV pasien dalam batas normal, meliputi :
- Nadi normal ( ± 60 - 100 x / menit)
- Pernapasan normal (± 16 - 24 x / menit
- Tekanan darah normal ( ± 100 - 140 mmHg / 60 - 90 mmHg)
- Suhu normal (± 36,5oC - 37,5oC)
2. Membran mukosa lembab
3. Turgor kulit baik (elastis)
4. Pengisian kapiler cepat ( kembali dalam ± 2-3 detik sesudah ditekan )
5. Ekspresi wajah pasien tidak pucat
NO | INTERVENSI | RASIONALISASI |
1 | Awasi masukan dan haluaran. Ukur volume darah yang keluar melalui pendarahan | Memberikan pedoman untuk penggantian cairan yang perlu diberikan sehingga sanggup mempertahankan volume sirkulasi yang adekuat untuk transport oksigen pada ibu dan janin. |
2 | Hindari stress berat dan pemberian tekanan berlebihan pada tempat yang mengalami pendarahan | Mengurangi potensial terjadinya peningkatan pendarahan dan stress berat mekanis pada janin |
3 | Pantau status sirkulasi dan volume darah ibu | Kejadian perdarahan potensial kemungkinan mengakibatkan hipovolemia atau hipoksia |
4 | Pantau TTV. Evaluasi nadi perifer, dan pengisian kapiler | Menunjukkan keadekuatan volume sirkulasi |
6 | Catat respon fisiologis individual pasien terhadap pendarahan, contohnya kelemahan, gelisah, ansietas, pucat, berkeringat / penurunan kesadaran | Simtomatologi sanggup berkhasiat untuk mengukur berat / lamanya episode pendarahan. Memburuknya tanda-tanda sanggup memperlihatkan berlanjutnya pendarahan / tidak adekuatnya penggantian cairan |
7 | Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa, dan perhatikan keluhan haus pada pasien | Merupakan indikator dari status hidrasi / derajat kekurangan cairan |
8 | Kolaborasi : Berikan cairan IV sesuai indikasi | Penggantian cairan tergantung pada derajat hipovolemia dan lamanya pendarahan (akut / kronis). Cairan IV juga dipakai untuk mengencerkan obat antineoplastik pada penderita kanker. |
9 | Kolaborasi : Berikan transfusi darah (Hb, Hct) dan trombosit sesuai indikasi | Transfusi darah dibutuhkan untuk memperbaiki jumlah darah dalm tubuh ibu dan mencegah manifestasi anemia yang sering terjadi pada penderita kanker. Transfusi trombosit penting untuk memaksimalkan mekanisme pembekuan darah sehingga pendarahan lanjutan sanggup diminimalisir. |
10 | Kolaborasi : Awasi investigasi laboratorium, contohnya : Hb, Hct, sel darah merah | Perlu dilakukan untuk memilih kebutuhan resusitasi cairan dan mengawasi keefektifan terapi |
Diagnosa Keperawatan 2
Nyeri kronis b/d nekrosis jaringan pada vulva akhir penyakit kanker vulva
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan nyeri pasien berkurang atau terkontrol
Kriteria hasil :
1. Pasien menyampaikan skala nyeri yang dialaminya menurun
2. Pasien melaporkan nyeri yang sudah terkontrol maksimal dengan efek / imbas samping minimal
3. TTV pasien dalam batas normal, meliputi :
- Nadi normal (± 60 - 100 x / menit)
- Pernapasan normal ( ± 16 - 24 x / menit)
- Tekanan darah normal ( ± 100 - 140 mmHg / 60 - 90 mmHg)
- Suhu normal (36,5oC - 37,5oC)
4. Ekspresi wajah pasien tidak meringis
5. Pasien tampak hening (tidak gelisah)
6. Pasien sanggup melaksanakan teknik relaksasi dan distraksi dengan sempurna sesuai indikasi untuk mengontrol nyeri.
NO | INTERVENSI | RASIONALISASI |
1 | Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif [catat keluhan, lokasinyeri, frekuensi, durasi, dan intensitas(skala 0-10) dan tindakan penghilangan nyeri yang dilakukan] | Membantu membedakan penyebab nyeri dan menawarkan informasi perihal kemajuan atau perbaikan penyakit, terjadinya komplikasi dan keefektifan intervensi. |
2 | Pantau tanda - tanda vital | Peningkatan nyeri akan mempengaruhi perubahan padatanda - tanda vital |
3 | Dorong penggunaan keterampilan administrasi nyeri seperti teknik relaksasi dan teknik distraksi, misalnya denganmendengarkan musik, membaca buku, dan sentuhan terapeutik. | Memungkinkan pasien untuk berpartisipasi secara aktif untuk mengontrol rasa nyeri yang dialami, serta dapat meningkatkan koping pasien |
4 | Berikan posisi yang nyaman sesuai kebutuhan pasien | Memberikan rasa nyaman pada pasien, meningkatkan relaksasi, dan membantu pasien untuk memfokuskan kembali perhatiannya. |
5 | Dorong pengungkapan perasaan pasien | Dapat mengurangi ansietas dan rasa takut, sehingga mengurangi persepsi pasien akan intensitas rasa sakit. |
6 | Evaluasi upaya penghilangan nyeri / kontrol pada pasien | Tujuan yang ingin dicapai melalui upaya kontrol yaitu kontrol nyeri yang maksimum dengan efek / imbas samping yang minimum pada pasien. |
7 | Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri yang penting | Menurunkan gerakan yang sanggup meningkatkan nyeri |
8 | Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi | Nyeri yaitu komplikasi tersering dari kanker, meskipun respon individual terhadap nyeri berbeda-beda. Pemberian analgetik sanggup mengurangi nyeri yang dialami pasien |
9 | Kolaborasi untuk pengembangan rencana administrasi nyeri dengan pasien, keluarga, dan tim kesehatan yang terlibat | Rencana administrasi nyeri yang terorganisasi sanggup mengembangkan kesempatan pada pasien untuk mengontrol nyeri yang dialami. Terutama dengan nyeri kronis, pasien dan orang terdekat harus aktif menjadi partisipan dalam administrasi nyeri di rumah. |
10 | Kolaborasi untuk pelaksanaan mekanisme tambahan, contohnya pemblokan pada saraf | Mungkin dibutuhkan untuk mengontrol nyeri berat (kronis) yang tidak berespon pada tindakan lain |
Diagnosa keperawatan. 3
Disfungsi secual b/d perubahan fungsi tubuh akhir proses penyakit kanker vulva
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan acara secual pasien tetap adekuat pada tingkat yang sesuai dengan kondisi fisiologis tubuhnya
Kriteria Hasil :
1. Pasien bisa mengungkapkan pemahamannya perihal imbas kanker vulva yang dialaminya terhadap fungsi secualitasnya
2. Pasien mau mendiskusikan problem perihal gambaran diri, perubahan fungsi secual dan hasrat secual dengan orang terdekat yang dialaminya
NO | INTERVENSI | RASIONALISASI |
1 | Dengarkan pernyataan pasien / orang terdekat | Masalah secualitas seringkali menjadi problem yang tersembunyi, yang seringkali diungkapkan sebagai humor / melalui pernyataan yang tidak gamblang |
2 | Informasikan pada pasien perihal imbas dari proses penyakit kanker serviks yang dialaminya terhadap fungsi secualitasnya (termasuk di dalamnya imbas samping dari pengobatan kanker yang akan dijalani) | Pedoman antisipasi sanggup membantu pasien dan orang terdekat untuk memulai proses pembiasaan pada keadaan yang baru |
3 | Bantu pasien untuk menyadari / mendapatkan tahap kehilangan tersebut | Mengakui proses kehilangan / perubahan pada fungsi secual secara aktual sanggup meningkatkan koping pasien |
4 | Dorong pasien untuk menyebarkan pikiran dengan orang terdekat | Komunikasi terbuka sanggup membantu dalam identifikasi problem dan meningkatkan diskusi untuk menemukan pemecahan masalah |
Diagnosa Keperawatan. 4.
Intoleransi acara b/d produksi energi tubuh menurun
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, acara pasien sanggup meningkat secara optimum / fungsi tercapai
Kriteria Hasil :
1. Pasien bisa melaksanakan acara biasa dengan normal tanpa pinjaman perawat / orang terdekat
2. Pasien menyampaikan lebih bertenaga dan tidak lemas
NO | INTERVENSI | RASIONALISASI |
1 | Pantau respon fisiologis terhadap aktivitas, contohnya perubahan tekanan darah dan frekuensi jantung serta pernafasan | Toleransi sangat bervariasi tergantung pada tahap proses penyakit, status nutrisi, keseimbangan cairan, serta oksigenasi. |
2 | Berikan tindakan kenyamanan mirip gosokan punggung, perubahan posisi, atau penurunan stimulus dalam ruangan (misalnya lampu redup) | Menurunkan tegangan otot dan kelelahan serta meningkatkan rasa nyaman |
3 | Evaluasi laporan kelelahan. Perhatikan kemampuan tidur / istirahat dengan tepat | Menentukan derajat dari ketidakmampuan pasien |
4 | Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada acara yang diinginkan / dibutuhkan | Mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu dalam pemilihan intervensi |
5 | Identifikasi faktor stres / psikologis yang sanggup memperberat | Mungkin memiliki imbas kumulatif terhadap kondisi fisik yang sanggup terus berlangsung bila problem tersebut belum diatasi |
6 | Buat tujuan acara realistis dengan pasien | Memberikan rasa kontrol dan perasaan bisa menyelesaikan |
7 | Dorong pasien untuk melaksanakan acara ringan, bila mungkin. Tingkatkan tingkat partisipasi pasien sesuai toleransi pasien | Meningkatkan rasa membaik dan mencegah terjadinya putus asa pada pasien |
8 | Rencanakan periode istirahat adekuat | Mencegah kelelahan berlebihan dan menghemat energi untuk proses penyembuhan |
9 | Berikan pinjaman dalam acara sehari-hari sesuai dengan derajat ketidakmampuan pasien | Memungkinkan berlanjutnya acara yang dibutuhkan pasien |
10 | Dorong masukan nutrisi | Masukan nutrisi adekuat perlu untuk memenuhi kebutuhan energi ibu untuk beraktivitas dan pertumbuhan serta perkembangan janin |
Diagnosa Keperawatan. 5
Ansietas b/d krisis situasional
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, ansietas pasien sanggup berkurang / teratasi
Kriteria Hasil :
1. TTV dalam batas normal
- Nadi normal ( ± 60 - 100 x / menit)
- Pernapasan normal (± 16 - 24 x / menit)
- Tekanan darah normal ( ± 100 - 140 mmHg / 60 - 90 mmHg)
- Suhu normal (± 36,5oC - 37,5oC)
2. Pasien melaporkan bahwa ansietas / ketakutan yang dirasakannya menurun hingga tingkat yang sanggup ditangani / dikontrol
3. Pasien tampak lebih tenang
NO | INTERVENSI | RASIONALISASI |
1 | Observasi perubahan TTV, contohnya denyut nadi, frekuensi pernafasan | Perubahan pada TTV sanggup memperlihatkan tingkat ansietas / gangguan psikologis yang dialami pasien |
2 | Obervasi respon ekspresi dan nonverbal pasien yang memperlihatkan adanya kecemasan | Kecemasan sanggup ditutupi oleh pasien dengan komentar/ kemarahan yang ditunjukkan pasien kepada pemberi perawatan |
3 | Tinjau ulang pengalaman pasien / orang terdekat sebelumnya dengan kanker | Membantu dalam identifikasi rasa takut dan kesalahan interpretasi konsep pada pengalaman kanker sebelumnya |
4 | Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya | Memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut yang dialami serta kesalahan konsep perihal diagnosis |
5 | Dengarkan keluhan pasien dengan penuh perhatian | Menunjukkan rasa menghargai dan mendapatkan pasien, dan sanggup membantu meningkatkan rasa percaya pasien kepada pemberi perawatan. |
6 | Pertahankan kontak sering dengan pasien. Berikan sentuhan terapeutik bila perlu | Memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri atau ditolak. |
7 | Instruksikan pasien memakai teknik relaksasi | Meningkatkan pelepasan endorfin pada sistem saraf sehingga mengakibatkan rasa hening pada pasien dan dapat mengurangi ansietas yang dirasakan pasien |
8 | Berikan informasi yang akurat dan sesuai mengenai diagnosa, pengobatan, dan konsistensi prognosis penyakit pasien | Pengetahuan / informasi yang diberikan diharapkan sanggup menurunkan ansietas, memperbaiki kesalahan konsep, dan meningkatkan kerjasama pasien dengan pemberi perawatan |
9 | Tingkatkan rasa hening dan lingkungan yang tenang | Memudahkan pasien beristirahat, menghemat energi, dan meningkatkan kemampuan koping pasien |
10 | Dorong dan kembangkan interaksi pasien dengan sistem pendukung | Mengurangi perasaan isolasi. Bila sumber pendukung keluarga tidak adekuat, sumber luar sanggup diberdayakan contohnya kelompok penderita kanker |
11 | Libatkan orang terdekat bila keputusan mayor akan dibuat | Menjamin sistem pendukung untuk pasien dan memungkinkan orang terdekat terlibat dengan tepat |
Evaluasi
Evaluasi dibentuk menurut tujuan dan kriteria hasil dalam intervensi keperawatan
Daftar Pustaka
- Carpenito, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Jakarta : EGC
- Doengoes, Marylynn, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC
- Price, Sylvia. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit, Edisi 6, Volume 2. Jakarta : EGC
- Smeltzer. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2. Jakarta : EGC.
Untuk mend0wnl0ad Laporan pendahuluan / LP Kanker / Ca Vulva Lengkap dan terbaru, d0wnl0ad dalam doc dan pdf dibawah :
- Laporan Pendahuluan Kanker / Ca Vulva doc, (Ambil File)
- Laporan Pendahuluan Kanker / Ca Vulva pdf, (Ambil File)
Link Alternatif
Demikian Laporan pendahuluan / LP kanker / Ca vulva terbaru dan lengkap, d0wnl0ad doc dan pdf kami bagikan, agar bisa membantu sebagai refferensi teman sejawat dalam pembuatan kiprah askep, makalah atau lp.