Showing posts with label prosa. Show all posts
Showing posts with label prosa. Show all posts

Thursday, July 25, 2019

√ 4 Perbedaan Hikayat Dan Cerpen Dalam Bahasa Indonesia

Hikayat dan cerpen merupakan dua diantara jenis-jenis prosa selain jenis-jenis novel, macam-macam dongeng, jenis-jenis roman, jenis-jenis drama, dan juga jenis-jenis esai. Selain itu, kedua prosa tersebut juga termasuk ke dalam jenis-jenis karangan non ilmiah. Hikayat dan cerpen sendiri masing-masing memiliki ciri khas yang menciptakan keduanya berbeda satu sama lain. Pada artikel kali ini, kita akan membahas perbedaan diantara keduanya, di mana pembahasan tersebut akan dimulai dari klarifikasi definisi dan ciri-ciri keduanya terlebih dahulu. Adapun pembahasan tersebut ialah sebagai berikut!


1. Hikayat


Hikayat merupakan suatu prosa yang menceritakan berisi keajaiban tokoh atau insiden yang bersifat fiktif dan memakai bahasa Melayu sebagai bahasa utamanya. Hikayat sendiri memiliki sejumlah ciri, dimana ciri-ciri tersebut adalah:



  • Nama pengarang tidak diketahui atau anonim.

  • Ceritanya cenderung berlatar daerah kehidupan istana.

  • Mengandung nilai-nilai tradisional di dalamnya.

  • Tokoh yang di dalamnya sanggup satu orang atau lebih.

  • Menggunakan pengulangan kata atau bahasa.

  • Bersifat fiktif atau khayalan.

  • Umumnya berkisah ihwal kebaikan melawan kejahatan.

  • Menggunakan bahasa Melayu.

  • Jumlah kata tidak dibatasi.

  • Merupakan karya sastra lama.


2. Cerpen


Cerpen atau kisah pendek merupakan suatu prosa yang menceritakan suatu tokoh dan juga suatu insiden secara khusus. Biasanya, jumlah kata yang terkandung pada cerpen ialah sekitar 5.000-10.000 kata. Seperti halnya hikayat, cerpen pun juga memiliki sejumlah ciri, yaitu:



  • Adanya nama pengarang yang tercantum di dalamnya. (Biasanya diletakkan di bawah judul cerpen)

  • Latar tempatnya berkisar pada lingkungan di sekitar.

  • Nilai-nilai yang dikandungnya beragam.

  • Kisah yang diceritakan lebih variatif, sanggup berkisah ihwal kebaikan melawan kejahatan, sanggup berkisah ihwal keresahan seorang manusia, dan lain semacamnya.

  • Menggunakan bahasa Indonesia.

  • Merupakan karya sastra modern.


Berdasarkan pemaparan di atas, maka kita sanggup mengetahui di mana letak perbedaan antara hikayat dan cerpen. Adapun perbedaan tersebut antara lain:


1. Waktu Dimana Sastra Itu Berkembang dan Bahasa yang Digunakannya


Hikayat merupakan sastra usang yang lahir dan berkembang di masa melayu kuno, sehingga tidak heran bila bahasa yang digunakannya merupakan bahasa Melayu kuno. Untuk sanggup membaca isi karya sastra ini, kita mesti menerjemahkan terlebih dahulu bahasa Melayu tersebut. Sementara itu, cerpen merupakan karya sastra yang lahir dan berkembang di masa modern, sehingga bahasa yang digunakannya pun juga merupakan bahasa Indonesia yang merupakan bahasa utama bangsa Indonesia di masa modern.


2. Nama Pengarang


Dalam hikayat, nama si pengarang tidak diketahui atau ananom, sehingga hikayat sering dianggap sebagai karya bersama atau karya milik warga sekitar. Sementara itu, nama pengarang cerpen sanggup kita ketahui dengan gampang alasannya ialah nama pengarang sering tercantum di bawah judul cerpen.


3.Jumlah Kata dan Latar Tempatnya


Jumlah kata pada hikayat cenderung bervariatif, sanggup 5.000, 7.000, dan sebagainya. Adapun latar daerah yang digunakan hikayat biasanya hanya berkisar pada lingkungan atau kehidupan istana. Sementara itu, jumlah kata dalam cerpen biasanya dibatasi sekitar 5.000 atau 10.000 kata meskipun pada perkembangannya, jumlah kata tersebut sanggup bertambah atau berkurang. Latar daerah yang digunakan cerpen iasanya berupa daerah atau lingkungan di kehidupan sehari-hari manusia. Meskipun begitu, cerpen juga sanggup mengambil latar daerah selain yang disebutkan.


4. Tokoh dan Kisah yang Terkandung di Dalamnya


Tokoh yang terkandung di dalam hikayat biasanya bervariatif, entah itu satu orang ataupun bisalebih dari itu. Adapun kisah yang terkandung di dalam hikayat biasanya hanya berkisah ihwal kebaikan melawan kejahatan. Sementara itu, tokoh yang ada di dalam cerpen umumnya hanya berjumlah satu orang saja. Kalaupun ada tokoh selain itu, biasanya hanya sebagai tokoh pendukung dari tokoh utama saja. Kisah yang dikandung dalam cerpen sanggup bervariatif, entah itu tentag kehidupan sehari-hari, kegelisahan manusia, petualangan, dan sebagainya.


Demikianlah pembahasan mengenai perbedaan hikayat dan cerpen dalam bahasa Indonesia. Semoga bermanfaat.



Sumber https://dosenbahasa.com

√ 3 Perbedaan Cerpen Dan Novel Dalam Bahasa Indonesia

Cerpen dan novel merupakan dua diantara jenis-jenis prosa baru, selain jenis-jenis drama, jenis-jenis roman, dan jenis-jenis esai. Kedua prosa tersebut memiliki sejumlah ciri khas yang menciptakan keduanya berbeda. Pada artikel kali ini, kita akan mengetahui apa saja yang menjadi pembeda diantara dua jenis prosa tersebut. Untuk mengetahui letak perbedaannya, maka kita akan membahas terlebih dahulu pengertian dan ciri keduanya, kemudian sehabis itu kita cari letak perbedaannya. Untuk selengkapnya, bisa dilihat pada pembahasan di bawah ini!


1. Cerpen


Cerpen atau kisah pendek merupakan sebuah prosa yang secara khusus menceritakan suatu tokoh atau suatu perisitiwa. Biasanya, jumlah kata yang ada di dalam cerpen tidaklah lebih dari 5.000-10.000 kata dan juga tidak memiliki bab-bab khusus di dalamnya. Adapun ciri-ciri dari cerpen sendiri adalah:



  • Jalan ceritanya cenderung pendek.

  • Tidak lebih dari 5.000-10.000 kata atau lebih.

  • Menceritakan tokoh atau insiden sehari-hari.

  • Berfokus hanya pada satu tokoh utama dan satu insiden saja. (jikalau ada, biasanya hanya berfungsi sebagai pendukung kisah dan tokoh tersebut)

  • Kata-kata yang digunakannya cenderung sederhana.

  • Pesan yang disampaikannya cukup kuat.

  • Hanya memiliki alur tunggal atau lurus.

  • Tokoh yang diceritakan tidak terlalu dijelaskan secara rinci.


2. Novel


Novel merupakan suatu prosa yang memiliki kisah yang panjang serta mengandung rangkaian kisah tertentu dan juga memiliki perwatakan yang besar lengan berkuasa ditiap tokohnya. Adapun ciri-ciri khas yang terkadnung di dalam prosa ini antara lain:



  • Terdiri atas 35.000 kata atau 100 halaman lebih.

  • Mempunyai lebih dari satu tokoh yang diceritakan, di mana setiap tokoh memiliki deskripsi budpekerti dan huruf yang cukup rinci.

  • Mempunyai beberapa dampak emosi di dalamnya.

  • Alur ceritanya cukup kompleks.

  • Terdiri dari beberapa potongan serta terkadang memiliki kisah sampingan yang tidak berafiliasi pribadi dengan kisah utama yang hendak disampaikan.


Berdasarkan klarifikasi definisi dan ciri-ciri dari keduanya tersebut, maka kita bisa simpulkan bahwa cerpen dan novel memiliki sejumlah perbedaan, yaitu:


1. Jumlah Katanya


Di dalam cerpen, jumlah kata yang dikandungnya yaitu sekitar 5.000 hingga 10.000 kata atau lebih. Sementara itu, novel memiliki jumlah kata sekitar 35.000 kata atau bisa mencapai lebih dari seratus halaman.


2. Jumlah Tokoh dan Karakteristiknya


Jumlah pelaku yang terdapat pada cerpen hanyalah satu orang saja. Kalaupun ada tokoh-tokoh lainnya, itupun hanya sebagai selingan saja atau hanya sekadar untuk memperkuat kisah saja. Adapun karakteristik tokoh di dalam cerpen tidaklah dideskripsikan secara lengkap di dalam ceritanya. Sementara itu, jumlah tokoh yang ada di dalam novel berjumlah lebih dari satu tokoh dan masing-masing tokoh memiliki huruf yang besar lengan berkuasa dan terdeskripsikan di dalam ceritanya.


3. Alur Ceritanya


Cerpen atau kisah pendek hanya menceritakan satu insiden saja, sehingga alurnya pun cenderung lebih sederhana atau lurus. Hal ini berbanding terbalik dengan novel yang di dalamnya bisa terdiri atas beberapa cerita, yang menciptakan alur novel menjadi begitu rumit dibandingkan dengan cerpen.


Demikianlah pembahasan mengenai perbedaan cerpen dan novel dalam bahasa Indonesia. Jika pembaca ingin mengetahui pembahasan seputar jenis-jenis prosa, pembaca bisa membuka artikel macam-macam cerpen, jenis-jenis novel, tahapan dalam alur cerita, unsur intrinsik dan ekstrinsik, serta kumpulan hikayat pendek. Semoga bemanfaat dan bisa menambah wawasan bagi para pembaca sekalian, baik itu mengenai prosa khususnya, maupun bahasa Indonesia pada umumnya. Sekian dan terima kasih.



Sumber https://dosenbahasa.com

Tuesday, July 2, 2019

√ 4 Jenis-Jenis Prosa Usang Dalam Bahasa Indonesia

Menurut laman id.wikipedia.org, prosa usang merupakan suatu prosa yang belum menerima imbas sastra barat dan biasanya masih disampaikan secara verbal dan bahasanya pun masih memakai bahasa Melayu. Seperti halnya jenis-jenis prosa baru, prosa usang juga memiliki sejumlah jenis di dalamnya. Masih berdasarkan laman id.wikipedia.org, jenis-jenis prosa usang terdiri atas beberapa jenis, di mana jenis-jenis tersebut ialah sebagai berikut!


1. Hikayat


Hikayat merupakan sastra usang Indonesia yang berasal dari Arab dan India yang lalu diserap ke dalam budaya Melayu. Hikayat sendiri memiliki sejumlah karakteristik, di mana beberapa karakteristik hikayat yang utama ialah ceritanya yang bersifat mistis, latar tempatnya yang berpusat di lingkuungan istana, dan tentu saja penggunaan bahasa Melayu klasik. Tak hanya karakter, hikayat pun juga memiliki sejumlah unsur, di mana unsur-unsur hikayat tersebut diantaranya tokoh, alur, latar, dan sebagainya.


Pengaruh Arab dan India sebagai “pemasok” hikayat menciptakan hikayat kental dengan nilai-nilai Islam dan Hindu. Meski begitu, hikayat ternyata bisa berbaur dengan sejumlah kebudayaan di Indonesia dan melahirkan macam-macam hikayat, mulai dari Hikayat Melayu, Hikayat Verita Rakyat, Hikayat Cerita Jawa, dan sebagainya.


Untuk mengetahui ibarat apa teladan hikayat ini, pembaca bisa membuka artikel contoh hikayat singkat, contoh hikayat melayu, dan kumpulan hikayat pendek.


2. Dongeng


Dongeng merupakan suatu prosa usang yang ceritanya bersifat khayalan atau imajinatif. Dengan demikian, kisah-kisah yang terkandung dalam dongeng bersifat imajinatif dan seringkali tidak rasional. Seperti halnya hikayat, dongeng juga memiliki sejumlah macam, di mana macam-macam dongeng yang dimaksud adalah:



  • Fabel: merupakan dongeng yang mengisahkan suatu hal dengan hewan-hewan sebagai tokoh utamanya. Contoh dongeng fabel singkat: Si Kancil.

  • Sage: merupakan dongeng yang menceritakan kehebatan seorang jagoan atau tokoh lainnya. Contoh dongeng sage: Ciung Wanara.

  • Parabel: adalah salah satu jenis dongeng yang bermaksud untuk memberikan sebuah pesan watak yang disampaikan dalam bentuk perumpamaan dalam dongeng. Contoh dongeng parabel: Malin Kundang.

  • Legenda: adalah suatu jenis dongeng yang menceritakan sejarah suatu wilayah. Contoh legenda singkat: Legenda Salatiga.

  • Mite atau Mitos: merupakan dongeng yang menceritakan kekuatan seseorang atau benda yang diyakini memiliki kekuatan sakti. Contoh mite atau mitos: Pohon Pengabul Permohonan.

  • Dongeng Jenaka: sesuai namanya, dongeng ini mengisahkan kejenakaan suatu tokoh atau uatu peristiwa. Misalnya: Dongeng Abu Nawas.


3. Kisah


Merupakan jenis prosa usang yang menceritakan perjalanan seorang tokoh dari satu wilayah ke wilayah lainnya. Kisah sendiri bisa bersumber dari kisah orisinil pengalaman seorang tokoh atau mungkin juga bisa rekaan kisah suatu tokoh. Misalnya: Kisah Abdullah ke Jeddah.


4. Sejarah (Tambo)


Sejarah atau yang biasa disebut tambo oleh orang Minang ialah suatu prosa yang berisi insiden sejarah yang terjadi di masa lampau. Kisah yang tertuang dalam sejarah ialah insiden aktual dan sanggup dibuktikan kebenarannya. Tak hanya mengisahkan suatu perisitiwa saja, sejarah atau tambo jura berisikan silsilah raja-raja yang memerintah di masa lampau. Semua kisah dan silsilah yang tertulis oledi dalam sejarah merupakan hasil karya sastrawan zaman lampau. Contoh sejarah/tambo: Sejarah Melayu yang ditulis pada tahun 1612.


Demikianlah pembahasan mengenai jenis-jenis prosa usang dalam bahasa Indonesia. Semoga bermanfaat dan bisa menambah wawasan bagi para pembaca sekalian, baik itu mengenai prosa maupun bahasa Indonesia. Sekian dan terima kasih.



Sumber https://dosenbahasa.com

Sunday, June 30, 2019

√ 5 Jenis-Jenis Prosa Non Fiksi Dalam Bahasa Indonesia

Prosa non fiksi merupakan prosa yang menurut pada fakta dan tidak memiliki unsur fiksi yang kentara di dalamnya. Kalaupun ada, kadar fiksi pada prosa non fiksi jauh lebih kecil dibanding prosa fiksi. Meskipun prosa non fiksi ditulis menurut fakta, namun prosa ini tidak termasuk ke dalam jenis-jenis karangan ilmiah lantaran metode penulisannya tidak memakai metode penulisan utama yang ada di karangan ilmiah. Selain itu, prosa non fiksi juga tidak sepenuhnya objektif lantaran prosa non fiksi mengandung pandangan atau pendapat subjektif penulis yang diperkuat dengan sejumlah fakta dan data. Oleh lantaran itulah, prosa non fiksi sering digolongkan ke dalam jenis-jenis karangan semi ilmiah.


Prosa non fiksi dibagi ke dalam beberapa jenis, di mana jenis-jenis prosa non fiksi tersebut antara lain:


1. Sejarah


Sejarah merupakan salah satu diantara jenis-jenis prosa usang yang ada. Tidak menyerupai prosa usang lainnya yang cenderung fiksi, sejarah justru memberikan aspek informatif bagi pembaca. Menurut laman id.wikipedia.org, ejarah sendiri biasanya berisi kejadian yang terjadi di masa lampau serta silsilah raja-raja yang berkuasa di zaman dahulu.Semua hal itu ditulis oleh para sastrawan yang ada di zaman dahulu.


2. Riwayat


Riwayat merupakan prosa yang menceitakan hidup seseorang dari ia kecil sampai ia dewasa. Prosa nono fiksi sendiri dibagi menjadi dua, yakni otobiografi dan biografi. Otobiografi merupakan suatu riwayat yang ditulis oleh orag tersebut. Sementara itu, biografi merupakan riwayat hidup seseorang yang telah dituliskan oleh orang lain. Untuk mengetahui menyerupai apa pola dari riwayat ini, pembaca bisa membuka artikel contoh autobiografi singkat wacana diri sendiri, dan contoh biografi singkat.


3. Kritik


Kritik merupakan evaluasi sebuah karya dari segi baik dan buruk, laik dan tidakya karya tersebut ada di tengah-masyarakat. Orang yang sering melaksanakan kritik disebut sebagai kritikus. Kritik ang dilayangkan kritikus terkadang bersifat membangun terkadang sanggup menjatuhkan, tergantung cara kritikus memberikan kritiknya, dan tergantung masyarakat memahami kritikan tersebut. Kritik sanggup dilakukan dalam aneka macam bidang, entah itu musik, filim, sastra, seni, dan sebagainya.


4. Resensi


Resensi merupakan ulasan suatu karya, entah itu film, buku, ataupun musik, yang bertujuan untuk mengukur sejauh apa kualitas karya tersebut dan selaik apa karya itu dinikmati oleh pembaca awam. Meskipun resensi berlaku untuk hampir semua karya seni, namun resensi buku jauh lebih dikenal dibanding resensi musik ataupun film. Adapun bila pembaca ingin mengetahui pola dari resensi–khususnya resensi buku–pembaca bisa membuka artikel contoh resensi buku pelajaran, contoh resesi buku novel, contoh resensi buku cerpen, dan contoh resensi buku non fiksi.


5. Esai


Esai merupakan suatu goresan pena yang berisi balasan atas suatu kejadian atau gosip secara sepintas dan juga secara subjektif. Meskipun subjektif, esai harus tetap diperkuat oleh fakta dan data semoga pendapat subjektif yang dilontarkan jauh lebih diterima oleh pembaca. Selain itu, pengetahuan mengenai jenis-jenis esai, cara menciptakan esai yang benar, serta pengetahuan struktur esai yang baik akan menciptakan esai yang kita tulis menjadi lebih menarik dan gampang diterima pembaca.


Demikianlah pembahasan mengenai jenis-jenis prosa non fiksi dalam bahasa Indonesia. Semoga bermanfaat dan bisa menambah wawasan bagi para pembaca sekalian, baik itu mengenai prosa khususnya, maupun bahasa Indonesia pada umumnya. Sekian dan terima kasih.



Sumber https://dosenbahasa.com

√ 6 Jenis-Jenis Prosa Fiksi Dalam Bahasa Indonesia

Menurut laman kbbi.web.id, prosa merupakan suatu karangan yang ditulis naratif dan tidak terikat oleh pakem tertentu menyerupai halnya puisi. Berdasarkan waktunya, prosa dibagi menjadi dua jenis, yaitu prosa usang yang terbagi lagi atas banyak sekali jenis-jenis prosa lama, dan prosa gres yang terbagi lagi ke dalam jenis-jenis prosa baru. Sementara itu, menurut jenis ceritanya, prosa terbagi atas prosa fiksi dan prosa non fiksi. Khusus untuk artikel kali ini, kita akan membahas apa saja yang termasuk ke dalam jenis-jenis prosa fiksi. Adapun jenis-jenis prosa fiksi dalam bahasa Indonesia tersebut yaitu sebagai berikut!


1. Hikayat


Hikayat merupakan prosa fiksi yang ada sebelum karya sastra barat masuk ke Indonesia. Prosa fiksi ini memiliki beberapa karakteristik yang khas, di mana beberapa karakteristik hikayat tersebut antara lain ceritanya yang bersifat fiktif, latar tempatnya yang istanasentris (selalu berlatar tempat lingkungan istana), dan penggunaan bahasa Melayu klasik yang kental. Hikayat sendiri memiliki beberapa macam, di mana beberapa diantara macam-macam hikayat tersebut antara lain hikayat melayu, hikayat Jawa, dan lain sebagainya.


2. Dongeng


Selain hikayat, prosa usang yang juga termasuk ke dalam prosa fiksi yaitu dongeng. Menurut laman id.wikipedia.org, dongeng diartikan sebagai sebuah kisah yang bersifat khayali dan terkadang tidak masuk akal. Dongeng sendiri terbagi atas beberapa macam, di mana macam-macam dongeng tersebut antara lain contoh dongeng fabel singkat, pola legenda singkat, contoh dongeng sage, contoh dongeng parabel, dan contoh mite atau mitos.


3. Kisah


Merupakan salah satu prosa usang dan prosa fiksi yang menceritakan kisah perjalan seseorang ke suatu daerah. Sebetulnya, kisah sendiri bersifat semi fiksi sebab kisah yang hendak disampaikan oleh kisah bahwasanya juga bersumber dari realita yang kemudian dipadukan dengan imajinasi pembaca.


4. Novel


Novel merupakan salah satu prosa gres yang tergolong ke dalam prosa fiksi. Novel sendiri merupakan sebuah prosa yang menceritakan sebuah tokoh dan insiden secara kompleks dan biasanya terdiri dari beberapa belahan dan cerita.


5. Cerpen


Cerpen atau kisah pendek merupakan sebuah prosa yang fokus menceritakan satu tokoh dan satu insiden secara mendalam dan biasanya kisah yang diceritakan tidak lebih dari 10 halaman buku. Isi cerpen sendiri berkisah wacana kehidupan sehari-hari masyarakat modern dan tidak jarang juga berkisah wacana keresahan eksklusif si pengarang atau bahkan isu-isu sosial politik yang tengah marak terjadi.


6. Roman


Menurut laman id.wikipedia.org, roman diartikan sebagai sebuah prosai yang mengisahkan pelaku utamanya dengan segala suka dan sedih yang dialaminya. Dalam roman, tokoh utama biasanya sering diceritakan mulai si tokoh lahir hingga si tokoh meninggal dunia. Tak hanya mengisahkan kehidupan seseorang, roman juga seringkali menggambarkan budbahasa atau aspek budaya suatu kawasan secara mendetail dan menyeluruh.


Dari pembahasan di atas, bisa disimpulkan bahwa prosa fiksi terdiri atas 6 jenis, dimana 3 diantaranya berasal dari prosa lama, dan 3 sisanya dari prosa baru. 3 prosa usang yang termasuk ke dalam prosa fiksi antara lain hikayat, dongeng, dan kisah. Sementara itu, 3 prosa gres yang masuk ke dalam prosa fiksi antara lain novel, cerpen, dan juga roman.


Demikianlah pembahasan mengenai jenis-jenis prosa fiksi dalam bahasa Indonesia. Semoga bermanfaat dan bisa menambah wawasan bagi para pembaca sekalian, baik itu mengenai prosa maupun bahasa Indonesia. Sekian dan terima kasih.



Sumber https://dosenbahasa.com

Sunday, December 9, 2018

√ Teladan Novel Terjemahan Singkat Dalam Bahasa Indonesia

Novel terjemahan merupakan novel dari negara lain yang diterjemahkan ke dalam bahasa lokal suatu negara. Tujuan penerjemahan tersebut yakni supaya para pembaca lokal bisa membaca novel absurd dengan memakai bahasa mereka. Pada artikel kali ini, kita akan mengetahui menyerupai apa teladan dari sebuah novel terjemahan. Adapun teladan tersebut yakni sebagai berikut ini!


1984¹


Karya: George Orwell


Hari yang cerah dan hirau taacuh pada April, jam-jam dinding berdentang tiga belas kali. Winston Smith, dagunya dibenamkan ke dada dalm perjuangan menghindari angin buruk, menyelinap cepat lewat pintu-pintu beling Victory Mansions meski tak cukup cepat untuk mencegah segulung debu masuk bersamanya.


Koridor itu beraroma kubis rebus dan karpet butut. Di salah satu ujungnya selembar poster berwarna, yang terlalu besar untuk dipasang di dalam, terpacak pada dinding. Poster itu hanya memuat gambar satu wajh yang sangat besar, lebarnya satu meter lebih: muka pria berumur empat puluh limaan, dengan kumis tebal hitam dan raut yang secara garis besar tampan.


Winston menuju tangga. Percuma mencoba memakai lift. Hampir sepanjang waktu lift itu jarang berjalan, apalagi kini ii aliran listrik diputus kalau siang. Ini bab dari lomba oenghematan dalam rangka persiapan Pekan Benci. Flat itu berlantai tujuh, dan Winston, tiga puluh sembilan tahun dan dengan jerawat varises di atas lutut kanan, merayap lamban, berhenti untuk mengaso beberapa kali dalam perjalanannya.


Pada selesai pendakian tangga di setiap lantai, berhadap-hadapan dengan pintu lift yang berjeruji, poster bergambar wajah besar ini menatap tajam dari tembok. Ini jenis gambar yang dirancang begitu rupa supaya mara di gambar itu selalu mengikuti gerak-gerikmu. BUNG BESAR MENGAWASI SAUDARA, begitulah goresan pena di bawahnya.


Di dalam flat bunyi yang sensual terdengar sedang membacakan daftar angka yang berkaitan dengan produksi besi campuran. Suara itu berasal dari papan baja segi empat menyerupai cermin buram yang merupakan sebagian dari permukaan dinding sebelah kanan. Winston memutar sebuah kenop dan bunyi itu agak melirih, tapi kata-katanya masih tetap sanggup ditangkap. Alat ini, (teleskrim namanya) sanggup dilirihkan, tetapi tidak sanggup dimatikan sepenuhnya. Dia bergeraak ke jendela: sosok kecil yang lemah, kekecilan tubuhnya makin ditegaskan oleh overall biru seragam Partai. Warna rambutnya sangat terang, wajahnya ceria alami, kulitnya bernafsu oleh sabun murahan dan pisau cukur majal, serta demam isu hirau taacuh yang barusan usai.


Di luar, sekalipun lewat bingkai jendela yang tertutup, dunia tampak dingin. Di jalan di bawah sana kerucut-kerucut kecil angin sedang memilin debu dan cuilan-cuilan kertas, dan meski matagari bersinar dan langit biru menyilaukan, segala sesuatu seolah tak berwarna, kecuali poster-poster itu yang tertempel di mana-mana.


……………………………………………………………………………………………………………………………………………………


Demikianlah teladan novel terjemahan singkat dalam bahasa Indonesia. Jika pembaca ingin menambah rujukan soal novel dan prosa, pembaca bisa membuka beberapa artikel berikut, yaitu: jenis-jenis novel. perbedaan cerpen dan novel, contoh kata pengantar novel, jenis-jenis prosa, jenis-jenis prosa lama, jenis-jenis prosa baru, serta artikel jenis-jenis prosa fiksi.


Semoga artikel ini bermanfaat dan bisa memberi wawasan gres bagi para pembaca sekalian, baik itu mengenai novel pada khususnya, maupun bahan pembelajaran bahasa Indonesia pada umumnya. Mohon dimaafkan pula jikalau terdapat kesalahan dalam artikel ini, entah itu kesalahan penulisan ataupun pemaparan. Sekian dan terima kasih.


¹George Orwell, 1984, Terj. Landung Simatupang, (Yogyakarta: Bentang, 2016), hlm 2-3.



Sumber https://dosenbahasa.com

Thursday, December 6, 2018

√ Pola Novel Singkat Dalam Bahasa Indonesia

Menurit laman kbbi.kemendikbud.go.id, novel didefinisikan sebagai karangan prosa yang yang panjang dan di dalamnya mengandung kisah kehidupan seorang dan lingkungannya. Tokoh dalam novel biasanya akan ditonjolkan adab dan sifatnya. Dibanding dengan cerpen, isi novel cenderung lebih panjang dibanding cerpen alasannya yakni novel menceritakan kisah yang jauh lebih luas dan rumit dibanding cerpen. Dari segi isi cerita, novel tak hanya menceritakan kehidupan seseorang, melainkan lingkungan dan orang-orang yang ada di sekitarnya. Hal ini berbeda dengan cerpen yang hanya menceritakan kehidupan seorang tokoh saja secara khusus dan detail.


Untuk mengetahui ibarat apa isi sebuah novel, maka di artikel ini akan ditampilkan salah satu referensi bab novel yang ditampilkan secara singkat, di mana referensi tersebut yakni sebagai berikut ini!


Para Priyayi (Bab Lantip)*


Karya: Umar Kayam


Nama saya Lantip. Ah, tidak. Nama saya yang orisinil sangatlah dusun–ndeso–Wage. Menurut embok (ibu) saya, nama itu diberikan alasannya yakni saya dilahirkan pada hari Sabtu Wage. Nama Lantip itu saya dapatkan kemudian waktu saya mulai tinggal di rumah keluarga Sastrodarsono, di Jalan Setenan, kota Wanagalih. Sebelumnya, saya tinggal bersama embok saya di Desa Wanalawas yang hanya beberapa kilometer saja dari kota Wanagalih. Menurut cerita, Desa Wanalawas itu yakni desa cikal bakal kota Wanagalih, terutama dikala Mataram melihat daerah ini sebagai wilayah yang strategis. Madiun diperintahkan oleh Mataram untuk membuatkan daerah itu menjadi daerah yang ramai. Maka bedol desa atau pemindahan desa pun diperintahkan oleh Mataram untuk mengisi daerah tersebut, di mana desa Wanalawas yakni salah satu desa yang dijebol untuk menjadi bab Wanagalih.


Dari salah satu desa yang tidak mengecewakan besar, Desa Wanalawas pun menciut menjadi desa yang kecil. Salah satu dari keluarga-keluarga yang tinggal di Wanalawas yakni nenek moyang embok saya. Menurut embok saya, mereka yakni orang-orang desa yang bertani padi, palawija, dan sedikit tembakau. Sawahnya tidak seberapa besar; hanya satu atau dua amis saja. Itu pun sawah tadah hujan, alasannya yakni letak sawah itu jauh dari sungai yang sanggup mengairi sawah itu.


Selain bersawah, keluarga moyang saya yakni juga keluarga pembuat tempe. Ayah saya… wah, saya tidak ingat pernah mengenalnya. Embok selalu menyampaikan ayah saya pergi jauh untuk mencari duit. Hanya bertahun-tahun kemudian pada waktu saya sudah menjadi bab dari rumah tangga Sastrodarsono, saya sedikit menerima bayangan siapa ayah saya sewaktu saya sering kena hardik embah guru kakung (kakek). Meskipun orangnya baik dan adil, embah guru kakung juga keras dan jika murka suka membentak sembari misuh (mengumpat)….


………………………………………………………………………………………………………………………………………………………


Demikianlah sebuah referensi novel singkat dalam bahasa Indonesia. Jika pembaca ingin menambah referensi soal novel dan juga prosa, pembaca bisa membuka beberapa artikel berikut, yaitu: jenis-jenis novel, contoh novel terjemahan, contoh resensi buku novel, contoh sinopsis novel, jenis-jenis prosa, jenis-jenis prosa lama, serta artikel jenis-jenis prosa baru.


Adapun pembahasan aartikel kali ini, dicukupkan saja hingga di sini. Semoga bermanfaat dan bisa menambah wawasan gres bagi para pembaca sekalian, baik itu mengenai novel pada khususnya, maupun bahan pembelajaran bahasa Indonesia pada umumnya. Mohon dimaafkan jiika terdapat kesalahan pada artikel kali ini. Sekian dan terima kasih.


*Umar Kayam, Para Priyayi, (Jakarta: Grafiti, 2012), hlm 10-11. Pada artikel ini, terdapat beberapa bab goresan pena yang diubah dari teks aslinya biar lebih gampang untuk dibaca.



Sumber https://dosenbahasa.com