Showing posts with label Komponen Elektronika. Show all posts
Showing posts with label Komponen Elektronika. Show all posts

Wednesday, November 8, 2017

√ Simbol Dan Fungsi Kapasitor Beserta Jenis-Jenisnya

Simbol dan Fungsi Kapasitor beserta jenis-jenisnya – Kapasitor (Capacitor) atau disebut juga dengan Kondensator (Condensator) ialah Komponen Elektronika Pasif yang sanggup menyimpan muatan listrik dalam waktu sementara dengan satuan kapasitansinya ialah Farad. Satuan Kapasitor tersebut diambil dari nama penemunya yaitu Michael Faraday (1791 1867) yang berasal dari Inggris. Namun Farad ialah satuan yang sangat besar, oleh alasannya ialah itu pada umumnya Kapasitor yang digunakan dalam peralatan Elektronika ialah satuan Farad yang dikecilkan menjadi pikoFarad, NanoFarad dan MicroFarad.


Konversi Satuan Farad ialah sebagai berikut :


1 Farad = 1.000.000µF (mikro Farad)

1µF = 1.000nF (nano Farad)

1µF = 1.000.000pF (piko Farad)

1nF = 1.000pF (piko Farad)


Kapasitor merupakan Komponen Elektronika yang terdiri dari 2 pelat konduktor yang pada umumnya ialah terbuat dari logam dan sebuah Isolator diantaranya sebagai pemisah. Dalam Rangkaian Elektronika, Kapasitor disingkat dengan abjad “C”.

Baca juga : Cara Kerja dan Struktur Dasar Kapasitor.


Jenis-Jenis Kapasitor


Berdasarkan materi Isolator dan nilainya, Kapasitor sanggup dibagi menjadi 2 Jenis yaitu Kapasitor Nilai Tetap dan Kapasitor Variabel. Berikut ini ialah klarifikasi singkatnya untuk masing-masing jenis Kapasitor :


A. KAPASITOR NILAI TETAP (FIXED CAPACITOR)


Kapasitor Nilai Tetap atau Fixed Capacitor ialah Kapasitor yang nilainya konstan atau tidak berubah-ubah. Berikut ini ialah Jenis-jenis Kapasitor yang nilainya Tetap :


Simbol dan Fungsi Kapasitor beserta jenis √ Simbol dan Fungsi Kapasitor beserta Jenis-jenisnya


1. Kapasitor Keramik (Ceramic Capasitor)


Kapasitor Keramik ialah Kapasitor yang Isolatornya terbuat dari Keramik dan berbentuk bundar tipis ataupun persegi empat. Kapasitor Keramik tidak mempunyai arah atau polaritas, jadi sanggup dipasang bolak-balik dalam rangkaian Elektronika. Pada umumnya, Nilai Kapasitor Keramik berkisar antara 1pf hingga 0.01µF.


Kapasitor yang berbentuk Chip (Chip Capasitor) umumnya terbuat dari materi Keramik yang dikemas sangat kecil untuk memenuhi kebutuhan peralatan Elektronik yang dirancang makin kecil dan sanggup dipasang oleh Mesin Produksi SMT (Surface Mount Technology) yang berkecepatan tinggi.


2. Kapasitor Polyester (Polyester Capacitor)


Kapasitor Polyester ialah kapasitor yang isolatornya terbuat dari Polyester dengan bentuk persegi empat. Kapasitor Polyester sanggup dipasang terbalik dalam rangkaian Elektronika (tidak mempunyai polaritas arah)


3. Kapasitor Kertas (Paper Capacitor)


Kapasitor Kertas ialah kapasitor yang isolatornya terbuat dari Kertas dan pada umumnya nilai kapasitor kertas berkisar diantara 300pf hingga 4µF. Kapasitor Kertas tidak mempunyai polaritas arah atau sanggup dipasang bolak balik dalam Rangkaian Elektronika.


4. Kapasitor Mika (Mica Capacitor)


Kapasitor Mika ialah kapasitor yang materi Isolatornya terbuat dari materi Mika. Nilai Kapasitor Mika pada umumnya berkisar antara 50pF hingga 0.02µF. Kapasitor Mika juga sanggup dipasang bolak balik alasannya ialah tidak mempunyai polaritas arah.


5. Kapasitor Elektrolit (Electrolyte Capacitor)


Kapasitor Elektrolit ialah kapasitor yang materi Isolatornya terbuat dari Elektrolit (Electrolyte) dan berbentuk Tabung / Silinder. Kapasitor Elektrolit atau disingkat dengan ELCO ini sering digunakan pada Rangkaian Elektronika yang memerlukan Kapasintasi (Capacitance) yang tinggi. Kapasitor Elektrolit yang mempunyai Polaritas arah Positif (-) dan Negatif (-) ini menggunakan materi Aluminium sebagai pembungkus dan sekaligus sebagai terminal Negatif-nya. Pada umumnya nilai Kapasitor Elektrolit berkisar dari 0.47µF hingga ribuan microfarad (µF). Biasanya di tubuh Kapasitor Elektrolit (ELCO) akan tertera Nilai Kapasitansi, Tegangan (Voltage), dan Terminal Negatif-nya. Hal yang perlu diperhatikan, Kapasitor Elektrolit sanggup meledak kalau polaritas (arah) pemasangannya terbalik dan melampui batas kamampuan tegangannya.


6. Kapasitor Tantalum


Kapasitor Tantalum juga mempunyai Polaritas arah Positif (+) dan Negatif (-) menyerupai halnya Kapasitor Elektrolit dan materi Isolatornya juga berasal dari Elektrolit. Disebut dengan Kapasitor Tantalum alasannya ialah Kapasitor jenis ini menggunakan materi Logam Tantalum sebagai Terminal Anodanya (+). Kapasitor Tantalum sanggup beroperasi pada suhu yang lebih tinggi dibanding dengan tipe Kapasitor Elektrolit lainnya dan juga mempunyai kapasintansi yang besar tetapi sanggup dikemas dalam ukuran yang lebih kecil dan mungil. Oleh alasannya ialah itu, Kapasitor Tantalum merupakan jenis Kapasitor yang berharga mahal. Pada umumnya digunakan pada peralatan Elektronika yang berukuran kecil menyerupai di Handphone dan Laptop.


 


B. KAPASITOR VARIABEL (VARIABLE CAPACITOR)


Kapasitor Variabel ialah Kapasitor yang nilai Kapasitansinya sanggup diatur atau berubah-ubah. Secara fisik, Kapasitor Variabel ini terdiri dari 2 jenis yaitu :


Simbol dan Fungsi Kapasitor beserta jenis √ Simbol dan Fungsi Kapasitor beserta Jenis-jenisnya


1. VARCO (Variable Condensator)


VARCO (Variable Condensator) yang terbuat dari Logam dengan ukuran yang lebih besar dan pada umumnya digunakan untuk menentukan Gelombang Frekuensi pada Rangkaian Radio (digabungkan dengan Spul Antena dan Spul Osilator). Nilai Kapasitansi VARCO berkisar antara 100pF hingga 500pF


2. Trimmer


Trimmer ialah jenis Kapasitor Variabel yang mempunyai bentuk lebih kecil sehingga memerlukan alat menyerupai Obeng untuk sanggup memutar Poros pengaturnya. Trimmer terdiri dari 2 pelat logam yang dipisahkan oleh selembar Mika dan juga terdapat sebuah Screw yang mengatur jarak kedua pelat logam tersebut sehingga nilai kapasitansinya menjadi berubah. Trimmer dalam Rangkaian Elektronika berfungsi untuk menepatkan pemilihan gelombang Frekuensi (Fine Tune). Nilai Kapasitansi Trimmer hanya maksimal hingga 100pF.


 


Fungsi Kapasitor dalam Rangkaian Elektronika


Pada Peralatan Elektronika, Kapasitor merupakan salah satu jenis Komponen Elektronika yang paling sering digunakan. Hal ini dikarenakan Kapasitor mempunyai banyak fungsi sehingga hampir setiap Rangkaian Elektronika memerlukannya.


Dibawah ini ialah beberapa fungsi daripada Kapasitor dalam Rangkaian Elektronika :



  • Sebagai Penyimpan arus atau tegangan listrik

  • Sebagai Konduktor yang sanggup melewatkan arus AC (Alternating Current)

  • Sebagai Isolator yang menghambat arus DC (Direct Current)

  • Sebagai Filter dalam Rangkaian Power Supply (Catu Daya)

  • Sebagai Kopling

  • Sebagai Pembangkit Frekuensi dalam Rangkaian Osilator

  • Sebagai Penggeser Fasa

  • Sebagai Pemilih Gelombang Frekuensi (Kapasitor Variabel yang digabungkan dengan Spul Antena dan Osilator)


Untuk mengetahui Cara Membaca nilai Kapasitor dan juga cara mengukur / menguji Kapasitor, silakan membacanya di artikel : Cara Membaca dan menghitung Nilai Kode Kapasitor dan Cara Mengukur Kapasitor (Kondensator).



Sumber https://teknikelektronika.com/

√ Fungsi Transistor Dan Cara Mengukurnya

Fungsi Transistor dan Cara Mengukurnya – Transistor merupakan salah satu Komponen Elektronika Aktif yang paling sering dipakai dalam rangkaian Elektronika, baik rangkaian Elektronika yang paling sederhana maupun rangkaian Elektronika yang rumit dan kompleks. Transistor pada umumnya terbuat dari materi semikonduktor menyerupai Germanium, Silikon, dan Gallium Arsenide. Secara umum, Transistor sanggup dibagi menjadi 2 kelompok Jenis yaitu Transistor Bipolar (BJT) dan Field Effect Transistor (FET).

Baca juga : Pengertian Transistor dan Jenis-jenisnya.


Fungsi Transistor


Fungsi-fungsi Transistor diantaranya yaitu :



  • sebagai Penyearah,

  • sebagai Penguat tegangan dan daya,

  • sebagai Stabilisasi tegangan,

  • sebagai Mixer,

  • sebagai Osilator

  • sebagai Switch (Pemutus dan Penyambung Sirkuit)


Struktur Dasar Transistor


Pada dasarnya, Transistor yaitu Komponen Elektronika yang terdiri dari 3 Lapisan Semikonduktor dan mempunyai 3 Terminal (kaki) yaitu Terminal Emitor yang disingkat dengan karakter “E”, Terminal Base (Basis) yang disingkat dengan karakter “B” serta Terminal Collector/Kolektor yang disingkat dengan karakter “C”. Berdasarkan strukturnya, Transistor sebetulnya merupakan adonan dari sambungan 2 dioda. Dari adonan tersebut , Transistor lalu dibagi menjadi 2 tipe yaitu Transistor tipe NPN dan Transistor tipe PNP yang disebut juga dengan Transistor Bipolar. Dikatakan Bipolar sebab mempunyai 2 polaritas dalam membawa arus listrik.


NPN merupakan abreviasi dari Negatif-Positif-Negatif sedangkan PNP yaitu abreviasi dari Positif-Negatif-Positif.


Berikut ini yaitu gambar tipe Transistor menurut Lapisan Semikonduktor yang membentuknya beserta simbol Transistor NPN dan PNP.


 Transistor merupakan salah satu Komponen Elektronika Aktif yang paling sering dipakai d √ Fungsi Transistor dan Cara Mengukurnya


Cara Mengukur Transistor


Kita sanggup memakai Multimeter Analog maupun Multimeter Digital untuk mengukur ataupun menguji apakah sebuah Transistor masih dalam kondisi yang baik. Perlu diingatkan bahwa terdapat perbedaan tata letak Polaritas (Merah dan Hitam) Probe Multimeter Analog dan Multimeter Digital dalam mengukur/menguji sebuah Transistor.


Berikut ini yaitu Cara untuk menguji atau mengukur Transistor dengan Mengunakan Multimeter Analog dan Multimeter Digital.


A. Mengukur Transistor dengan Multimeter Analog


 Transistor merupakan salah satu Komponen Elektronika Aktif yang paling sering dipakai d √ Fungsi Transistor dan Cara Mengukurnya


Cara Mengukur Transistor PNP dengan Multimeter Analog



  1. Atur Posisi Saklar pada Posisi OHM (Ω) x1k atau x10k

  2. Hubungkan Probe Merah pada Terminal Basis (B) dan Probe Hitam pada Terminal Emitor (E), Jika jarum bergerak ke kanan mengambarkan nilai tertentu, berarti Transistor tersebut dalam kondisi baik

  3. Pindahkan Probe Hitam pada Terminal Kolektor (C), jikalau jarum bergerak ke kanan mengambarkan nilai tertentu, berarti Transistor tersebut dalam kondisi baik.


Cara Mengukur Transistor NPN dengan Multimeter Analog



  1. Atur Posisi Saklar pada Posisi OHM (Ω) x1k atau x10k

  2. Hubungkan Probe Hitam pada Terminal Basis (B) dan Probe Merah pada Terminal Emitor (E), Jika jarum bergerak ke kanan mengambarkan nilai tertentu, berarti Transistor tersebut dalam kondisi baik

  3. Pindahkan Probe Merah pada Terminal Kolektor (C), jikalau jarum bergerak ke kanan mengambarkan nilai tertentu, berarti Transistor tersebut dalam kondisi baik.


Catatan :

Jika Tata letak Probe dibalikan dari cara yang disebutkan diatas, maka Jarum pada Multimeter Analog harus tidak akan bergerak sama sekali atau “Open”.


 


B. Mengukur Transistor dengan Multimeter Digital


Pada umumnya, Multimeter Digital mempunyai fungsi mengukur Dioda dan Resistansi (Ohm) dalam Saklar yang sama. Maka untuk Multimeter Digital jenis ini, Pengujian Multimeter yaitu terbalik dengan Cara Menguji Transistor dengan Menggunakan Multimeter Analog.


 Transistor merupakan salah satu Komponen Elektronika Aktif yang paling sering dipakai d √ Fungsi Transistor dan Cara Mengukurnya


Cara Mengukur Transistor PNP dengan Multimeter Digital



  1. Atur Posisi Saklar pada Posisi Dioda

  2. Hubungkan Probe Hitam pada Terminal Basis (B) dan Probe Merah pada Terminal Emitor (E), Jika Display Multimeter mengambarkan nilai Voltage tertentu, berarti Transistor tersebut dalam kondisi baik

  3. Pindahkan Probe Merah pada Terminal Kolektor (C), jikalau Display Multimeter nilai Voltage tertentu, berarti Transistor tersebut dalam kondisi baik.


Cara Mengukur Transistor NPN dengan Multimeter Digital



  1. Atur Posisi Saklar pada Posisi Dioda

  2. Hubungkan Probe Merah pada Terminal Basis (B) dan Probe Hitam pada Terminal Emitor (E), Jika Display Multimeter mengambarkan nilai Voltage tertentu, berarti Transistor tersebut dalam kondisi baik

  3. Pindahkan Probe Hitam pada Terminal Kolektor (C), jikalau Display Multimeter mengambarkan nilai Voltage tertentu, berarti Transistor tersebut dalam kondisi baik.


Catatan :

Jika Tata letak Probe dibalikan dari cara yang disebutkan diatas, maka Display Multimeter Digital harus tidak akan mengambarkan Nilai Voltage atau “Open”



Sumber https://teknikelektronika.com/

Tuesday, November 7, 2017

√ Fungsi Dioda Dan Cara Mengukurnya

Fungsi Dioda dan Cara mengukurnya – Dioda (Diode) ialah Komponen Elektronika Aktif yang terbuat dari materi semikonduktor dan mempunyai fungsi untuk menghantarkan arus listrik ke satu arah tetapi menghambat arus listrik dari arah sebaliknya. Oleh alasannya ialah itu, Dioda sering dipergunakan sebagai penyearah dalam Rangkaian Elektronika. Dioda pada umumnya mempunyai 2 Elektroda (terminal) yaitu Anoda (+) dan Katoda (-) dan mempunyai prinsip kerja yang menurut teknologi pertemuan p-n semikonduktor yaitu sanggup mengalirkan arus dari sisi tipe-p (Anoda) menuju ke sisi tipe-n (Katoda) tetapi tidak sanggup mengalirkan arus ke arah sebaliknya.


Fungsi Dioda and Jenis-jenisnya


Berdasarkan Fungsi Dioda, Dioda sanggup dibagi menjadi beberapa Jenis, diantaranya ialah :



  • Dioda Penyearah (Dioda Biasa atau Dioda Bridge) yang berfungsi sebagai penyearah arus AC ke arus DC.

  • Dioda Zener yang berfungsi sebagai pengaman rangkaian dan juga sebagai penstabil tegangan.

  • Dioda LED yang berfungsi sebagai lampu Indikator ataupun lampu penerangan

  • Dioda Photo yang berfungsi sebagai sensor cahaya

  • Dioda Schottky yang berfungsi sebagai Pengendali


Baca juga : Pengertian Dioda Bridge dan Prinsip Kerjanya.


Simbol Dioda


Gambar dibawah ini menandakan bahwa Dioda merupakan komponen Elektronika aktif yang terdiri dari 2 tipe materi yaitu materi tipe-p dan tipe-n :


 ialah Komponen Elektronika Aktif yang terbuat dari materi semikonduktor dan mempunyai fun √ Fungsi Dioda dan Cara Mengukurnya


Prinsip Kerja Dioda


Untuk sanggup memperjelas prinsip kerja Dioda dalam menghantarkan dan menghambat anutan arus listrik, dibawah ini ialah rangkaian dasar referensi pemasangan dan penggunaan Dioda dalam sebuah rangkaian Elektronika.


 ialah Komponen Elektronika Aktif yang terbuat dari materi semikonduktor dan mempunyai fun √ Fungsi Dioda dan Cara Mengukurnya


Cara Mengukur Dioda dengan Multimeter


Untuk mengetahui apakah sebuah Dioda sanggup bekerja dengan baik sesuai dengan fungsinya, maka diharapkan pengukuran terhadap Dioda tersebut dengan memakai Multimeter (AVO Meter).


Cara Mengukur Dioda dengan Multimeter Analog



  1. Aturkan Posisi Saklar pada Posisi OHM (Ω) x1k atau x100

  2. Hubungkan Probe Merah pada Terminal Katoda (tanda gelang)

  3. Hubungkan Probe Hitam pada Terminal Anoda.

  4. Baca hasil Pengukuran di Display Multimeter

  5. Jarum pada Display Multimeter harus bergerak ke kanan

  6. Balikan Probe Merah ke Terminal Anoda dan Probe Hitam pada Terminal Katoda (tanda gelang).

  7. Baca hasil Pengukuran di Display Multimeter

  8. Jarum harus tidak bergerak.

    **Jika Jarum bergerak, maka Dioda tersebut berkemungkinan sudah rusak.


 ialah Komponen Elektronika Aktif yang terbuat dari materi semikonduktor dan mempunyai fun √ Fungsi Dioda dan Cara Mengukurnya


Cara Mengukur Dioda dengan Multimeter Digital


Pada umumnya Multimeter Digital menyediakan pengukuran untuk Fungsi Dioda, Jika tidak ada, maka kita juga sanggup mengukur Dioda dengan Fungsi Ohm pada Multimeter Digital.


Cara Mengukur Dioda dengan memakai Multimeter Digital

(Fungsi Ohm / Ohmmeter)



  1. Aturkan Posisi Saklar pada Posisi OHM (Ω)

  2. Hubungkan Probe Hitam pada Terminal Katoda (tanda gelang)

  3. Hubungkan Probe Merah pada Terminal Anoda.

  4. Baca hasil pengukuran di Display Multimeter

  5. Display harus menandakan nilai tertentu (Misalnya 0.64MOhm)

  6. Balikan Probe Hitam ke Terminal Anoda dan Probe Merah ke Katoda

  7. Baca hasil pengukuran di Display Multimeter

  8. Nilai Resistansinya ialah Infinity (tak terhingga) atau Open Circuit.

    **Jika terdapat Nilai tertentu, maka Dioda tersebut berkemungkinan sudah Rusak.


 ialah Komponen Elektronika Aktif yang terbuat dari materi semikonduktor dan mempunyai fun √ Fungsi Dioda dan Cara Mengukurnya


Cara Mengukur Dioda dengan Multimeter Digital

(Menggunakan Fungsi Dioda)



  1. Aturkan Posisi Saklar pada Posisi Dioda

  2. Hubungkan Probe Hitam pada Terminal Katoda (tanda gelang)

  3. Hubungkan Probe Merah pada Terminal Anoda.

  4. Baca hasil pengukuran di Display Multimeter

  5. Display harus menandakan nilai tertentu (Misalnya 0.42 V)

  6. Balikan Probe Hitam ke Terminal Anoda dan Probe Merah ke Katoda

  7. Baca hasil pengukuran di Display Multimeter

  8. Tidak terdapat nilai tegangan pada Display Multimeter.

    **Jika terdapat Nilai tertentu, maka Dioda tersebut berkemungkinan sudah Rusak.


 ialah Komponen Elektronika Aktif yang terbuat dari materi semikonduktor dan mempunyai fun √ Fungsi Dioda dan Cara Mengukurnya

Catatan Penting :


Hal yang perlu diperhatikan disini ialah Cara Mengukur Dioda dengan memakai Multimeter Analog dan Multimeter Digital ialah terbalik. Perhatikan Posisi Probe Merah (+) dan Probe Hitamnya (-).


Cara-cara pengukuran tersebut diatas juga sanggup dipakai untuk memilih Terminal mana yang Katoda dan mana yang Terminal Anoda kalau tanda gelang yang tercetak di Dioda tidak sanggup dilihat lagi atau terhapus (hilang).



Sumber https://teknikelektronika.com/

√ Prinsip Dasar Dan Pengertian Semikonduktor (Semiconductor)

Prinsip Dasar dan Pengertian Semikonduktor √ Prinsip Dasar dan Pengertian Semikonduktor (Semiconductor)Prinsip Dasar dan Pengertian Semikonduktor – Kata “Semikonduktor” sangat identik dengan peralatan Elektronika yang kita pakai ketika ini. Hampir setiap peralatan Eletronika canggih menyerupai Handphone, Komputer, Televisi, Kamera bahkan Lampu penerang LED juga merupakan hasil dari Teknologi Semikonduktor. Komponen-komponen penting yang membentuk sebuah Peralatan Elektronika menyerupai Transistor, Dioda dan Integrated Circuit (IC) yaitu komponen elektronik aktif yang terbuat materi semikonduktor. Oleh alasannya yaitu itu, materi Semikonduktor mempunyai dampak yang sangat besar terhadap perkembangan Teknologi Elektronika.


Bahan Semikonduktor (Semiconductor) yaitu materi penghantar listrik yang tidak sebaik Konduktor (conductor) akan tetapi tidak pula seburuk Insulator (Isolator) yang sama sekali tidak menghantarkan arus listrik. Pada dasarnya, kemampuan menghantar listrik Semikonduktor berada diantara Konduktor dan Insulator. Akan tetapi, Semikonduktor berbeda dengan Resistor, alasannya yaitu Semikonduktor sanggup dapat menghantarkan listrik atau berfungsi sebagai Konduktor jikalau diberikan arus listrik tertentu, suhu tertentu dan juga tata cara atau persyaratan tertentu.


Proses Doping pada Semikonduktor


Sebenarnya banyak bahan-bahan dasar yang sanggup digolongkan sebagai materi Semikonduktor, tetapi yang paling sering dipakai untuk materi dasar komponen elektronik hanya beberapa jenis saja, bahan-bahan Semikonduktor tersebut diantaranya yaitu Silicon, Selenium, Germanium dan Metal Oxides. Untuk memproses bahan-bahan Semikonduktor tersebut menjadi komponen elektronika, perlu dilakukan proses “Doping” yaitu proses untuk menambahkan ketidakmurnian (Impurity) pada Semikonduktor yang murni (semikonduktor Intrinsik) sehingga sanggup merubah sifat atau karakteristik kelistrikannya. Beberapa materi yang dipakai untuk menambahkan ketidakmurnian semikonduktor antara lain yaitu Arsenic, Indium dan Antimony. Bahan-bahan tersebut sering disebut dengan “Dopant”, sedangkan Semikonduktor yang telah melalui proses “Doping” disebut dengan Semikonduktor Ekstrinsik.


Tipe atau Jenis Semikonduktor


Semikonduktor yang telah dilalui proses Doping yaitu Semikonduktor yang Impurity (ketidakmurnian) atau Semikonduktor Ekstrinsik yang siap menjadi Komponen Elektronika sanggup dibedakan menjadi 2 Jenis yaitu :


1. N-type Semikonduktor


Dikatakan N-type alasannya yaitu Semikonduktor jenis ini pembawa muatannya (Charge Carrier) yaitu terdiri dari Elektron. Elektron yaitu bermuatan Negatif sehingga disebut dengan Tipe Negatif atau N-type.

Pada Semikonduktor yang berbahan Silicon (Si), Proses Doping dengan menambahkan Arsenic atau Antimony akan menyebabkan Semikonduktor tersebut sebagai N-type Semikonduktor.

Terdapat 2 (dua) pembawa muatan atau charge Carrier dalam N-type Semikonduktor yakni Elektron sebagai Majority Carrier dan Hole sebagai Minority Carrier.


2. P-Type Semikonduktor


Dikatakan P-type alasannya yaitu Semikonduktor jenis ini kekurangan Elektron atau disebut dengan “Hole”. Ketika pembawa muatannya yaitu Hole maka Semikonduktor tersebut merupakan Semikonduktor bermuatan Positif.

Pada Semikonduktor yang berbahan Silicon (Si), Proses Doping dengan menambahkan Indium akan menyebabkan Semikondukter tersebut sebagai P-type Semikonduktor.

2 (dua) pembawa muatan yang terdapat dalam P-type Semikonduktor yaitu Hole sebagai Majority Carrier dan Elektron sebagai Minority Carrier).


Komponen-komponen Elektronika Aktif yang materi dasarnya terbuat dari Semikonduktor diantaranya yaitu :



  • Integrated Circuit

  • Transistor

  • Dioda


Komponen-komponen Elektronika yang terbuat dari Semikonduktor merupakan komponen Elektronika yang sangat sensitif dengan ESD (Electro Static Discharge). Oleh alasannya yaitu itu, perlu penanganan khusus dalam produksi terhadap Komponen-komponen tersebut.



Sumber https://teknikelektronika.com/

Monday, November 6, 2017

√ Pengertian Dan Fungsi Induktor Beserta Jenis-Jenisnya

Pengertian dan Fungsi Induktor serta jenis √ Pengertian dan Fungsi Induktor beserta Jenis-jenisnyaPengertian dan Fungsi Induktor beserta jenis-jenisnya – Selain Resistor dan Kapasitor, Induktor juga merupakan komponen Elektronika Pasif yang sering ditemukan dalam Rangkaian Elektronika, terutama pada rangkaian yang berkaitan dengan Frekuensi Radio. Induktor atau dikenal juga dengan Coil ialah Komponen Elektronika Pasif yang terdiri dari susunan lilitan Kawat yang membentuk sebuah Kumparan. Pada dasarnya, Induktor sanggup menimbulkan Medan Magnet kalau dialiri oleh Arus Listrik. Medan Magnet yang ditimbulkan tersebut sanggup menyimpan energi dalam waktu yang relatif singkat. Dasar dari sebuah Induktor ialah menurut Hukum Induksi Faraday.

Baca juga : Pengertian dan Bunyi Hukum Faraday.


Kemampuan Induktor atau Coil dalam menyimpan Energi Magnet disebut dengan Induktansi yang satuan unitnya ialah Henry (H). Satuan Henry pada umumnya terlalu besar untuk Komponen Induktor yang terdapat di Rangkaian Elektronika. Oleh Karena itu, Satuan-satuan yang merupakan turunan dari Henry dipakai untuk menyatakan kemampuan induktansi sebuah Induktor atau Coil. Satuan-satuan turunan dari Henry tersebut diantaranya ialah milihenry (mH) dan microhenry (µH). Simbol yang dipakai untuk melambangkan Induktor dalam Rangkaian Elektronika ialah abjad “L”.


Simbol Induktor


Berikut ini ialah Simbol-simbol Induktor :


Pengertian dan Fungsi Induktor serta jenis √ Pengertian dan Fungsi Induktor beserta Jenis-jenisnya


Nilai Induktansi sebuah Induktor (Coil) tergantung pada 4 faktor, diantaranya ialah :



  • Jumlah Lilitan, semakin banyak lilitannya semakin tinggi Induktasinya

  • Diameter Induktor, Semakin besar diameternya semakin tinggi pula induktansinya

  • Permeabilitas Inti, yaitu materi Inti yang dipakai ibarat Udara, Besi ataupun Ferit.

  • Ukuran Panjang Induktor, semakin pendek inductor (Koil) tersebut semakin tinggi induktansinya.


Jenis-jenis Induktor (Coil)


Berdasarkan bentuk dan materi inti-nya, Induktor sanggup dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya ialah :



  • Air Core Inductor – Menggunakan Udara sebagai Intinya

  • Iron Core Inductor – Menggunakan materi Besi sebagai Intinya

  • Ferrite Core Inductor – Menggunakan materi Ferit sebagai Intinya

  • Torroidal Core Inductor – Menggunakan Inti yang berbentuk O Ring (bentuk Donat)

  • Laminated Core Induction – Menggunakan Inti yang terdiri dari beberapa lapis lempengan logam yang ditempelkan secara paralel. Masing-masing lempengan logam diberikan Isolator.

  • Variable Inductor – Induktor yang nilai induktansinya sanggup diatur sesuai dengan keinginan. Inti dari Variable Inductor pada umumnya terbuat dari materi Ferit yang sanggup diputar-putar.


Fungsi Induktor (Coil) dan Aplikasinya


Fungsi-fungsi Induktor atau Coil diantaranya ialah sanggup menyimpan arus listrik dalam medan magnet, menapis (Filter) Frekuensi tertentu, menahan arus bolak-balik (AC), meneruskan arus searah (DC) dan pembangkit getaran serta melipatgandakan tegangan.


Berdasarkan Fungsi diatas, Induktor atau Coil ini pada umumnya diaplikasikan :



  • Sebagai Filter dalam Rangkaian yang berkaitan dengan Frekuensi

  • Transformator (Transformer)

  • Motor Listrik

  • Solenoid

  • Relay

  • Speaker

  • Microphone


Induktor sering disebut juga dengan Coil (Koil), Choke ataupun Reaktor.



Sumber https://teknikelektronika.com/

√ Pengertian Baterai Dan Jenis-Jenisnya

Pengertian Baterai dan Jenis-jenisnya – Baterai (Battery) yaitu sebuah alat yang sanggup merubah energi kimia yang disimpannya menjadi energi Listrik yang sanggup digunakan oleh suatu perangkat Elektronik. Hampir semua perangkat elektronik yang portabel ibarat Handphone, Laptop, Senter, ataupun Remote Control memakai Baterai sebagai sumber listriknya. Dengan adanya Baterai, kita tidak perlu menyambungkan kabel listrik untuk sanggup mengaktifkan perangkat elektronik kita sehingga sanggup dengan gampang dibawa kemana-mana. Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita sanggup menemui dua jenis Baterai yaitu Baterai yang hanya sanggup digunakan sekali saja (Single Use) dan Baterai yang sanggup di isi ulang (Rechargeable).


Jenis-jenis Baterai


Setiap Baterai terdiri dari Terminal Positif( Katoda) dan Terminal Negatif (Anoda) serta Elektrolit yang berfungsi sebagai penghantar. Output Arus Listrik dari Baterai yaitu Arus Searah atau disebut juga dengan Arus DC (Direct Current). Pada umumnya, Baterai terdiri dari 2 Jenis utama yakni Baterai Primer yang hanya sanggup sekali pakai (single use battery) dan Baterai Sekunder yang sanggup diisi ulang (rechargeable battery).


1. Baterai Primer (Baterai Sekali Pakai/Single Use)


Baterai Primer atau Baterai sekali pakai ini merupakan baterai yang paling sering ditemukan di pasaran, hampir semua toko dan supermarket menjualnya. Hal ini dikarenakan penggunaannya yang luas dengan harga yang lebih terjangkau. Baterai jenis ini pada umumnya mengatakan tegangan 1,5 Volt dan terdiri dari banyak sekali jenis ukuran ibarat AAA (sangat kecil), AA (kecil) dan C (medium) dan D (besar). Disamping itu, terdapat juga Baterai Primer (sekali pakai) yang berbentuk kotak dengan tegangan 6 Volt ataupun 9 Volt.


Jenis-jenis Baterai yang tergolong dalam Kategori Baterai Primer (sekali Pakai / Single use) diantaranya yaitu :


a. Baterai Zinc-Carbon (Seng-Karbon)


Baterai Zinc-Carbon juga disering disebut dengan Baterai “Heavy Duty” yang sering kita jumpai di Toko-toko ataupun Supermarket. Baterai jenis ini terdiri dari materi Zinc yang berfungsi sebagai Terminal Negatif dan juga sebagai pembungkus Baterainya. Sedangkan Terminal Positifnya yaitu terbuat dari Karbon yang berbentuk Batang (rod). Baterai jenis Zinc-Carbon merupakan jenis baterai yang relatif murah dibandingkan dengan jenis lainnya.


b. Baterai Alkaline (Alkali)


Baterai Alkaline ini mempunyai daya tahan yang lebih usang dengan harga yang lebih mahal dibanding dengan Baterai Zinc-Carbon. Elektrolit yang digunakannya yaitu Potassium hydroxide yang merupakan Zat Alkali (Alkaline) sehingga namanya juga disebut dengan Baterai Alkaline. Saat ini, banyak Baterai yang memakai Alkalline sebagai Elektrolit, tetapi mereka memakai materi aktif lainnya sebagai Elektrodanya.


c. Baterai Lithium


Baterai Primer Lithium mengatakan kinerja yang lebih baik dibanding jenis-jenis Baterai Primer (sekali pakai) lainnya. Baterai Lithium sanggup disimpan lebih dari 10 tahun dan sanggup bekerja pada suhu yang sangat rendah. Karena keunggulannya tersebut, Baterai jenis Lithium ini sering digunakan untuk aplikasi Memory Backup pada Mikrokomputer maupun Jam Tangan. Baterai Lithium biasanya dibentuk ibarat bentuk Uang Logam atau disebut juga dengan Baterai Koin (Coin Battery). Ada juga yang memanggilnya Button Cell atau Baterai Kancing.


d. Baterai Silver Oxide


Baterai Silver Oxide merupakan jenis baterai yang tergolong mahal dalam harganya. Hal ini dikarenakan tingginya harga Perak (Silver). Baterai Silver Oxide sanggup dibentuk untuk menghasilkan Energi yang tinggi tetapi dengan bentuk yang relatif kecil dan ringan. Baterai jenis Silver Oxide ini sering dibentuk dalam dalam bentuk Baterai Koin (Coin Battery) / Baterai Kancing (Button Cell). Baterai jenis Silver Oxide ini sering dipergunakan pada Jam Tangan, Kalkulator maupun aplikasi militer.


 yaitu sebuah alat yang sanggup merubah energi kimia yang disimpannya menjadi energi Listri √ Pengertian Baterai dan Jenis-jenisnya


2. Baterai Sekunder (Baterai Isi Ulang/Rechargeable)


Baterai Sekunder yaitu jenis baterai yang sanggup di isi ulang atau Rechargeable Battery. Pada prinsipnya, cara Baterai Sekunder menghasilkan arus listrik yaitu sama dengan Baterai Primer. Hanya saja, Reaksi Kimia pada Baterai Sekunder ini sanggup berbalik (Reversible). Pada ketika Baterai digunakan dengan menghubungkan beban pada terminal Baterai (discharge), Elektron akan mengalir dari Negatif ke Positif. Sedangkan pada ketika Sumber Energi Luar (Charger) dihubungkan ke Baterai Sekunder, elektron akan mengalir dari Positif ke Negatif sehingga terjadi pengisian muatan pada baterai. Jenis-jenis Baterai yang sanggup di isi ulang (rechargeable Battery) yang sering kita temukan antara lain ibarat Baterai Ni-cd (Nickel-Cadmium), Ni-MH (Nickel-Metal Hydride) dan Li-Ion (Lithium-Ion).


Jenis-jenis Baterai yang tergolong dalam Kategori Baterai Sekunder (Baterai Isi Ulang) diantaranya yaitu :


a. Baterai Ni-Cd (Nickel-Cadmium)


Baterai Ni-Cd (NIcket-Cadmium) yaitu jenis baterai sekunder (isi ulang) yang memakai Nickel Oxide Hydroxide dan Metallic Cadmium sebagai materi Elektrolitnya. Baterai Ni-Cd mempunyai kemampuan beroperasi dalam jangkauan suhu yang luas dan siklus daya tahan yang lama. Di satu sisi, Baterai Ni-Cd akan melaksanakan discharge sendiri (self discharge) sekitar 30% per bulan ketika tidak digunakan. Baterai Ni-Cd juga mengandung 15% Tosik/racun yaitu materi Carcinogenic Cadmium yang sanggup membahayakan kesehatan insan dan Lingkungan Hidup. Saat ini, Penggunaan dan penjualan Baterai Ni-Cd (Nickel-Cadmiun) dalam perangkat Portabel Konsumen telah dihentikan oleh EU (European Union) menurut peraturan “Directive 2006/66/EC” atau dikenal dengan “Battery Directive”.


b. Baterai Ni-MH (Nickel-Metal Hydride)


Baterai Ni-MH (Nickel-Metal Hydride) mempunyai keunggulan yang hampir sama dengan Ni-Cd, tetapi baterai Ni-MH mempunyai kapasitas 30% lebih tinggi dibandingkan dengan Baterai Ni-Cd serta tidak mempunyai zat berbahaya Cadmium yang sanggup merusak lingkungan dan kesehatan manusia. Baterai Ni-MH sanggup diisi ulang sampai ratusan kali sehingga sanggup menghemat biaya dalam pembelian baterai. Baterai Ni-MH mempunyai Self-discharge sekitar 40% setiap bulan bila tidak digunakan. Saat ini Baterai Ni-MH banyak digunakan dalam Kamera dan Radio Komunikasi. Meskipun tidak mempunyai zat berbahaya Cadmium, Baterai Ni-MH tetap mengandung sedikit zat berbahaya yang sanggup merusak kesehatan insan dan Lingkungan hidup, sehingga perlu dilakukan daur ulang (recycle) dan tidak boleh dibuang di sembarang tempat.


c. Baterai Li-Ion (Lithium-Ion)


Baterai jenis Li-Ion (Lithium-Ion) merupakan jenis Baterai yang paling banyak digunakan pada peralatan Elektronika portabel ibarat Digital Kamera, Handphone, Video Kamera ataupun Laptop. Baterai Li-Ion mempunyai daya tahan siklus yang tinggi dan juga lebih ringan sekitar 30% serta menyediakan kapasitas yang lebih tinggi sekitar 30% bila dibandingkan dengan Baterai Ni-MH. Rasio Self-discharge yaitu sekitar 20% per bulan. Baterai Li-Ion lebih ramah lingkungan alasannya tidak mengandung zat berbahaya Cadmium. Sama ibarat Baterai Ni-MH (Nickel- Metal Hydride), Meskipun tidak mempunyai zat berbahaya Cadmium, Baterai Li-Ion tetap mengandung sedikit zat berbahaya yang sanggup merusak kesehatan insan dan Lingkungan hidup, sehingga perlu dilakukan daur ulang (recycle) dan tidak boleh dibuang di sembarang tempat. yaitu sebuah alat yang sanggup merubah energi kimia yang disimpannya menjadi energi Listri √ Pengertian Baterai dan Jenis-jenisnya



Sumber https://teknikelektronika.com/

Saturday, November 4, 2017

√ Pengertian Ldr (Light Dependent Resistor) Dan Cara Mengukurnya

Pengertian LDR (Light Dependent Resistor) dan Cara Mengukurnya – Light Dependent Resistor atau disingkat dengan LDR yakni jenis Resistor yang nilai kendala atau nilai resistansinya tergantung pada intensitas cahaya yang diterimanya. Nilai Hambatan LDR akan menurun pada ketika cahaya jelas dan nilai Hambatannya akan menjadi tinggi kalau dalam kondisi gelap. Dengan kata lain, fungsi LDR (Light Dependent Resistor) yakni untuk menghantarkan arus listrik kalau mendapatkan sejumlah intensitas cahaya (Kondisi Terang) dan menghambat arus listrik dalam kondisi gelap.


Naik turunnya nilai Hambatan akan sebanding dengan jumlah cahaya yang diterimanya. Pada umumnya, Nilai Hambatan LDR akan mencapai 200 Kilo Ohm (kΩ) pada kondisi gelap dan menurun menjadi 500 Ohm (Ω) pada Kondisi Cahaya Terang.


LDR (Light Dependent Resistor) yang merupakan Komponen Elektronika peka cahaya ini sering dipakai atau diaplikasikan dalam Rangkaian Elektronika sebagai sensor pada Lampu Penerang Jalan, Lampu Kamar Tidur, Rangkaian Anti Maling, Shutter Kamera, Alarm dan lain sebagainya.


Bentuk dan Simbol LDR


 Light Dependent Resistor atau disingkat dengan LDR yakni jenis Resistor yang nilai hamba √ Pengertian LDR (Light Dependent Resistor) dan Cara Mengukurnya


Cara Mengukur LDR (Light Dependent Resistor) dengan Multimeter


Alat Ukur yang dipakai untuk mengukur nilai kendala LDR yakni Multimeter dengan fungsi pengukuran Ohm (Ω). Agar Pengukuran LDR akurat, kita perlu menciptakan 2 kondisi pencahayaan yaitu pengukuran pada ketika kondisi gelap dan kondisi terang. Dengan demikian kita sanggup mengetahui apakah Komponen LDR tersebut masih sanggup berfungsi dengan baik atau tidak.


Mengukur LDR pada Kondisi Terang



  1. Atur posisi skala selektor Multimeter pada posisi Ohm

  2. Hubungkan Probe Merah dan Probe Hitam Multimeter pada kedua kaki LDR (tidak ada polaritas)

  3. Berikan cahaya jelas pada LDR

  4. Baca nilai resistansi pada Display Multimeter. Nilai Resistansi LDR pada kondisi jelas akan berkisar sekitar 500 Ohm.


 Light Dependent Resistor atau disingkat dengan LDR yakni jenis Resistor yang nilai hamba √ Pengertian LDR (Light Dependent Resistor) dan Cara Mengukurnya


Mengukur LDR pada Kondisi Gelap



  1. Atur posisi skala selektor Multimeter pada posisi Ohm

  2. Hubungkan Probe Merah dan Probe Hitam Multimeter pada kedua kaki LDR (tidak ada polaritas)

  3. Tutup bab permukaan LDR atau pastikan LDR tidak mendapatkan cahaya

  4. Baca nilai resistansi pada Display Multimeter. Nilai Resistansi LDR di kondisi gelap akan berkisar sekitar 200 KOhm.


 Light Dependent Resistor atau disingkat dengan LDR yakni jenis Resistor yang nilai hamba √ Pengertian LDR (Light Dependent Resistor) dan Cara Mengukurnya Catatan :



  • Hasil Pengukuran akan berubah tergantung pada tingkat intesitas cahaya yang diterima oleh LDR itu sendiri.

  • Satuan jelas cahaya atau Iluminasi (Illumination) yakni lux


Sebutan lain untuk LDR (Light Dependent Resistor) yakni Photo Resistor, Photo Conduction ataupun Photocell.



Sumber https://teknikelektronika.com/