Banyak perguruan tinggi tinggi keguruan dan melahirkan calon-calon guru. Ribuan bahkan puluh ribuan dalam satu tahun calon guru tercipta. Dari guru kelas sampai guru bidang andal bermunculan. Memang benar dari banyaknya calon tersebut banyak para andal dalam pelajaran tertentu. Ketika ia dianggap menguaasai keilmuan suatu bidang dan mengajarkannya kepada para murid, ia menjadi seorang guru. Namun dari sekian banyak tersebut hanya sebagian saja yang menjadi “Sang Guru”. Sang guru yakni sesosok yang tidak tergoda kreatifitasnya untuk mendidik para murid oleh statusnya sebagai guru honor, guru kontrak, guru bantu atau guru PNS. Ia akan tetap berjuang mengembangkan dan mengembangkan keilmuannya terhadap generasi berikutnya yaitu murid.
Bagi ”sang guru”, memberi / mengembangkan keilmuan sama halnya dengan mendapatkan / mendapatkan pengembangan ilmu terhadap dirnya. Ia selalu ingin mencari pemecahan problem yang dihadapi dalam proses pembelajaran (mengajar dan mendidik). Ia akan berusaha menerapkan keilmuan dan pengalaman yang ia dapat. “sang guru” akan berpikir bahwa guru dan murid diperumpamakan ibarat cetakan dan hasil cetakan. Jika cetakan (guru) nya persegi, maka kemungkinan besar hasil cetakan (murid) persegi. Jika cetakan-nya bundar, maka kemungkinan besar hasil cetakan yakni bundar.
Kreatifitas seorang guru dalam mentransfer keilmuan dan wawasannya kepada para murid layaknya tabrakan penghias hasil cetakan. Lebih menarik, lebih indah, lebih mempunyai kegunaan tentu banyak yang mengharapkan memilikinya.
Dalam proses pembelajaran, kejenuhan murid akan pelajaran menjadi berkurang dengan bentuk pengembangan yang kreatif. Bisa dari metode pembelajaran, media ataupun teknik yang dalam prosesnya itu berguru lebih bervariasi dan menyenangkan. Sumber http://menofschool.blogspot.com