Salah satau dari beberapa elemen penyusun planet Bumi yang utama selain batuan ialah tanah. Tanah sendiri merupakan sekumpulan atau himpunan beberapa material yang terlepas dari satu unsur dengan unsur lainnya yang berupa hasil pelapukan dari bebatuan dan tumbuh-tumbuhan melalui proses kimiawi dalam jangka waktu yang sangat lama. Dalam kajian teknik sipil, berdasarkan Wesley (1973) tanah sanggup digolongkan kedalam beberapa pokok material, yaitu gres kerikil, pasir, lanau, dan lempung orgnik. Sedangkan berdasarkan Bowles (1991) tanah dibedakan menjadi dua macam, yaitu tanah tak kohesif yang merupakan jenis tanah yang berada dalam keadaan berair yang disebabkan oleh adanya gaya tarik menarik antara permukaan di dalam air, contohnya tanah berpasir. Dan, tanah kohesif ialah tanah yang mempunyai karakteristik fisis yang selalu terdapat pembasahan dan pengeringan yang menysusun butiran tanah bersatu sesamanya sehingga sesuatu gaya akan diperlakukan untuk memisahkan dalam keadaan kering, contohnya tanah lempung. Berdasarkan pembahasan mengenai tanah tersebut, selanjutnya dalam paragraf selanjutnya akan menjelaskan mengenai salah satu jenis tanah yaitu tanah laterit.
Berdasarkan dari epistemologinya, kata laterit berasal dari bahasa Latin yaitu later yang bermakna kerikil bata. Hal ini berdasarkan dari temuan oleh Buchanan (1807) yang pada catatannya melaporkan bahwa pada dikala melaksanakan perjalanan ke negara India di tempat tersebut berbagai ditemukan endapan tanah residual merah yang cukup keras yang dipergunakan oleh penduduk tempat tersebut untuk menciptakan kerikil bata. Tanah laterit merupakan tanah yang mempunyai tingkat kesuburan yang rendah lantaran unsur hara yang terdapat didalamnya telah tererosi oleh derasnya intensitas air hujan yang tinggi dan kemudian terbawa oleh fatwa air sehingga mengakibatkan kandungan mineral dan hara dalam tanah ikut hilang. Tanah jenis ini tidak cocok untuk lahan pertanian dan perkebunan lantaran kondisi dan kandungan tanahnya tidak mendukung pertumbuhan akar dan perkembangan flora yang tumbuh diatasnya. Tanah laterit merupakan lapisan tanah yang merupakan hasil pelapukan tamat dari proses desintegrasi dan dekomposisi. Lebih lanjut, pada proses pembentukannya, tanah laterit terbentuk dari pemindahan silika secara kimiawi yang keluar dari solum tanah sehingga konsentrasi Fe dan Al meningkat secara relatif. Prosesnya sendiri terbentuk pada tempat tropis dimana intensitas curah hujan dan suhu yang tinggi dimana mengakibatkan kandungan Si gampang terlarut dan membentuk tanah oksisol yang mencakup tanah laterit dan latosol.
Tanah laterit sendiri merupakan salah satu jenis tanah pada tanah oksisol berdasarkan penjabaran tanahnya. Tipe tanah yang ada dalam ordo oksisol merupakan jenis tanah renta sehingga kandungan mineralnya gampang lapuk dan mempunyai kandungan liat yang sangat tinggi tetapi tidak aktif sehingga kapasitas tukar kation atau KTK kurang dari 16 me/100 g liat dan banyak mengandung kandungan oksida besi atau oksida Al. Sedangkan dalam perkembangannya, tanah laterit banyak ditumbuhi oleh vegetasi alang-alang dan rumput. Jika diamati di lapangan, tanah laterit ini kebanyakan berada di tempat seputar penambangan dan tempat yang mempunyai pegunungan kapur atau karst. Hal ini ditunjukkan dengan tanahnya yang berwarna merah agak kekuning-kuningan jawaban telah hilangnya kandungan hara dan humus pada lapisan tanah tersebut lantaran abrasi air hujan dan proses penambangan. Selain itu, di sekitar lokasi penambangan dan pegunungan kapur atau karst flora pangan dan sejenisnya sulit untuk tumbuh dan berkembang serta berbagai ditemukan belukar dan alang-alang, yaitu jenis flora yang sanggup bertahan di lingkungan ekstrem yang kurang kandungan mineral dan sedikitnya pasokan cadangan air.
Dari klarifikasi di atas, ciri-ciri tanah laterit sanggup disimpulkan berdasarkan struktur kandungan yang ada di dalamnya beserta klarifikasi lainnya, sebagaimana berikut ini:
- Terdapat di tempat tropis dan sub-tropis. Persebaran tanah laterit yang merupakan ordo oksisol berbagai ditemukan di tempat yang beriklim sub-tropis dan tropis lantaran di kedua wilayah ini intensitas hujan sepanjang tahunnya sangat tinggi sehingga berbagai ditemukan abrasi tanah (baca: proses terjadinya abrasi tanah oleh air hujan).
- Pelapukan batuan basa dan ultrabas sangat tinggi.
Pelapukan ini disebabkan lantaran proses kimiawi pada dikala terjadinya hujan dengan intensitas yang tinggi mengakibatkan degradasi lapisan basa dan ultrabasa yang sangat tinggi. - Mengandung mineral lempung relatif tinggi.
Mineral lempung ini mencakup lapisan illite dan montmorilonite yang mempunyai potensi kerusakan lapisan tanah yang sangat besar. - Profil tanah yang gampang menyerap air.
Letak tanah laterit yang sangat dalam dari permukaan tanah mengakibatkan tanah ini gampang untuk menyerap air yang terjadi pada dikala terjadi turunnya hujan yag deras. Selain itu, tanah laterit juga terdapat pada genangan-genangan air. - Memiliki kadar pH yang tinggi.
Kadar pH yang ada pada kandungan tanah laterit cenderung bersifat asam lantaran lapisan basa dan ultrabasnya sudah hilang lantaran terbawa fatwa air. - Tekstur tanah yang kokoh dan padat.
Tekstur ini merupakan ciri dari tanah laterit lantaran pada jenis tanah ini kandungan lempung atau liatnya sangat tinggi. - Memiliki kandungan mineral tanah yang cukup.
Kandungan mineral tanah yang ada dalam lapisan tanah laterit adalah zat besi, timah, zirkon, kwarsa, aluminium, nikel, oksida titanium dan lainnya. - Memiliki warna merah agak kekuning-kuningan.
Tanah laterit merupakan tanah yang sudah berusia renta dan terdapat di lapisan bawah. - Memiliki tingkat kesuburan tanah yang rendah.
Tanah laterit yang sudah kehilangan unsur haranya tidak sanggup lagi dipergunakan untuk media bercocok tanam lantaran sudah tidak produktif lagi.
Berdasarkan karateristik dari tanah laterit tersebut di atas, maka pemanfaatan tanah laterit sanggup dijadikan sebagai materi industri lantaran tekstur tanahnya yang liat dan kokoh. Beberapa pemanfaatannya ialah sebagai berikut:
- bahan baku pembuatan kerikil bata dan genting;
- bahan baku pembuatan gerabah dan tembikar;
- bahan baku industri semen;
- bahan baku dalam pengerasan jalan raya;
- media penampung cadangan air;
- media tanam padi tadah hujan dan palawija; dan
- bahan baku gabungan pembuatan tembok.
Demikianlah pembahasan mengenai ciri-ciri tanah laterit, dan biar bermanfaat.
Sumber aciknadzirah.blogspot.com