Saturday, November 4, 2017

√ Cerita Kancil Si Pencuri Timun

Kancil si pencuri Timun

Siang itu panas sekali. Matahari bersinar garang. Tapi hal itu tidak terlalu dirasakan oleh Kancil. Dia sedang tidur nyenyak di bawah sebatang pohon yang rindang. Tiba-tiba saja mimpi indahnya terputus. "Tolong! Tolong! " terdengar teriakan dan jeritan berulang-ulang. Lalu terdengar bunyi derap kaki hewan yang sedang berlari-lari. "Ada apa, sih?" kata Kancil. Matanya berkejap-kejap, terasa berat untuk dibuka lantaran masih mengantuk. Di kejauhan tampak segerombolan hewan berlari-lari menuju ke arahnya. "Kebakaran! Kebakaran! " teriak Kambing. " Ayo lari, Cil! Ada kebakaran di hutan! " Memang benar. Asap tebal membubung tinggi ke angkasa. Kancil ketakutan melihatnya. Dia pribadi bangun dan berlari mengikuti teman-temannya.
Kancil terus berlari. Wah, cepat juga larinya. Ya, walaupun Kancil bertubuh kecil, tapi beliau sanggup berlari cepat. Tanpa terasa, Kancil telah berlari jauh, meninggalkan teman-temannya. "Aduh, napasku habis rasanya," Kancil berhenti dengan napas terengah-engah, kemudian duduk beristirahat. "Lho, di mana binatang-binatang lainnya?" Walaupun Kancil bahagia lantaran lolos dari bahaya, tiba-tiba ia merasa takut. "Wah, saya berada di mana sekarang? Sepertinya belum pernah ke sini." Kancil berjalan sambil mengamati tempat sekitarnya. "Waduh, saya tersesat. Sendirian lagi. Bagaimana ini?'7 Kancil semakin takut dan bingung. "Tuhan, tolonglah aku."
Kancil terus berjalan menjelajahi hutan yang belum pernah dilaluinya. Tanpa terasa, beliau tiba di pinggir hutan. Ia melihat sebuah ladang milik Pak Tani. "Ladang sayur dan buah-buahan? Oh, syukurlah. Terima kasih, Tuhan," mata Kancil membelalak. Ladang itu penuh dengan sayur dan buah-buahan yang siap dipanen. Wow, asyik sekali! "Kebetulan nih, saya haus dan lapar sekali," kata Kancil sambil menelan air liurnya. "Tenggorokanku juga terasa kering. Dan perutku keroncongan minta diisi. Makan dulu, ah."
Dengan tanpa dosa, Kancil melahap sayur dan buahbuahan yang ada di ladang. Wah, kasihan Pak Tani. Dia niscaya murka jikalau melihat insiden ini. Si Kancil pembangkang sekali, ya? "Hmm, sedap sekali," kata Kancil sambil mengusap-usap perutnya yang kekenyangan. "Andai setiap hari pesta mirip ini, niscaya asyik." Setelah puas, Kancil merebahkan dirinya di bawah sebatang pohon yang rindang. Semilir angin yang bertiup, membuatnya mengantuk. "Oahem, saya jadi kepingin tidur lagi," kata Kancil sambil menguap. Akhirnya hewan yang pembangkang itu tertidur, melanjutkan tidur siangnya yang terganggu gara-gara kebakaran di hutan tadi. Wah, tidurnya begitu pulas, hingga terdengar bunyi dengkurannya. Krr... krr... krrr...
Ketika bangun pada keesokan harinya, Kancil merasa lapar lagi. "Wah, pesta berlanjut lagi, nih," kata Kancil pada dirinya sendiri. "Kali ini saya pilih-pilih dulu, ah. Siapa tahu ada buah timun kesukaanku." Maka Kancil berjalan-jalan mengitari ladang Pak Tani yang luas itu. "Wow, itu beliau yang kucari! " seru Kancil gembira. "Hmm, timunnya kelihatan begitu segar. Besarbesar lagi! Wah, niscaya sedap nih." Kancil pribadi makan buah timun hingga kenyang. "Wow, sedap sekali sarapan timun," kata Kancil sambil tersenyum puas. Hari sudah agak siang. Lalu Kancil kembali ke bawah pohon rindang untuk beristirahat.
Pak Tani terkejut sekali dikala melihat ladangnya. "Wah, ladang timunku kok jadi berantakan-begini," kata Pak Tani geram. "Perbuatan siapa, ya? Pasti ada hama gres yang ganas. Atau mungkinkah ada bocah pembangkang atau hewan lapar yang mencuri timunku?" Ladang timun itu memang benar-benar berantakan. Banyak pohon timun yang rusak lantaran terinjak-injak. Dan banyak pula cuilan buah timun yang berserakan di tanah. 7 @ Hm, awas, ya, jikalau hingga tertangkap! " omel Pak Tani sambil mengibas-ngibaskan sabitnya. "Panen timunku jadi berantakan." Maka seharian Pak Tani sibuk membenahi kembali ladangnya yang berantakan.
Dari tempat istirahatnya, Kancil terus memperhatikan Pak Tani itu. "Hmm, beliau niscaya yang berjulukan Pak Tani," kata Kancil pada dirinya sendiri. "Kumisnya boleh juga. Tebal,' hitam, dan melengkung ke atas. Lucu sekali. Hi... hi... hi.... Sebelumnya Kancil memang belum pernah bertemu dengan manusia. Tapi beliau sering mendengar dongeng perihal Pak Tani dari teman-temannya. "Aduh, Pak Tani kok usang ya," ujar Kancil. Ya, beliau telah menunggu usang sekali. Siang itu Kancil ingin makan timun lagi. Rupanya beliau ketagihan makan buah timun yang segar itu. Sore harinya, Pak Tani pulang sambil memanggul keranjang berisi timun di bahunya. Dia pulang sambil mengomel, lantaran hasil panennya jadi berkurang. Dan waktunya habis untuk menata kembali ladangnya yang berantakan. "Ah, hasilnya tiba juga waktu yang kutunggu-tunggu," Kancil bangun dan berjalan ke ladang. Binatang yang pembangkang itu kembali berpesta makan timun Pak Tani.
Keesokan harinya, Pak Tani geram dan marah-marah melihat ladangnya acak-acakan lagi. "Benar-benar keterlaluan! " seru Pak Tani sambil mengepalkan tangannya. "Ternyata flora lainnya juga rusak dan dicuri." Pak Tani berlutut di tanah untuk mengetahui jejak si pencuri. "Hmm, pencurinya niscaya binatang," kata Pak Tani. "Jejak kaki insan tidak begini bentuknya." Pemilik ladang yang malang itu bertekad untuk menangkap si pencuri. "Aku harus menciptakan perangkap untuk menangkapnya! " Maka Pak Tani segera meninggalkan ladang. Setiba di rumahnya, beliau menciptakan sebuah boneka yang ibarat manusia. Lalu beliau melumuri orang-orangan ladang itu dengan getah nangka yang lengket!
Pak Tani kembali lagi ke ladang. Orang-orangan itu dipasangnya di tengah ladang timun. Bentuknya persis mirip insan yang sedang berjaga-jaga. Pakaiannya yang kedodoran berkibar-kibar tertiup angin. Sementara kepalanya menggunakan caping, mirip milik Pak Tani. "Wah, tampaknya Pak Tani tidak sendiri lagi," ucap Kancil, yang melihat dari kejauhan. "Ia tiba bersama temannya. Tapi mengapa temannya membisu saja, dan Pak Tani meninggalkannya sendirian di tengah ladang?" Lama sekali Kancil menunggu kepergian sahabat Pak Tani. Akhirnya beliau tak tahan. "Ah, lebih baik saya ke sana," kata Kancil memutuskan. "Sekalian minta maaf dikarenakan telah mencuri timun Pak Tani. Siapa tahu saya malah diberinya timun gratis."
"Maafkan saya, Pak," sesal Kancil di depan orangorangan ladang itu. "Sayalah yang telah mencuri timun Pak Tani. Perut saya lapar sekali. Bapak tidak marah, kan?" Tentu saj,a orang-orangan ladang itu tidak menjawab. Berkali-kali Kancil meminta maaf. Tapi orang-orangan itu tetap diam. Wajahnya tersenyum, tampak mirip mengejek Kancil. "Huh, sombong sekali!" seru Kancil marah. "Aku minta maaf kok membisu saja. Malah tersenyum mengejek. Memangnya lucu apa?" gerutunya. Akhirnya Kancil tak tahan lagi. Ditinjunya orangorangan ladang itu dengan tangan kanan. Buuuk! Lho, kok tangannya tidak sanggup ditarik? Ditinjunya lagi dengan tangan kiri. Buuuk! Wah, kini kedua tangannya menempel dekat di badan boneka itu. " Lepaskan tanganku! " teriak Kancil j engkel. " Kalau tidak, kutendang kau! " Buuuk! Kini kaki si Kancil malah menempel juga di badan orang-orangan itu. "Aduh, bagaimana ini?"
Sore harinya, Pak Tani kembali ke ladang. "Nah, ini beliau pencurinya! " Pak Tani bahagia melihat jebakannya berhasil. "Rupanya kamu yang telah merusak ladang dan mencuri timunku." Pak Tani tertawa dikala melepaskan Kancil. "Katanya kancil hewan yang cerdik," ejek Pak Tani. "Tapi kok tertipu oleh orang-orangan ladang. Ha... ha... ha.... " Kancil pasrah saja dikala dibawa pulang ke rumah Pak Tani. Dia dikurung di dalam sangkar ayam. Tapi Kancil terkejut dikala Pak Tani menyuruh istrinya menyiapkan bumbu sate. " Aku harus segera keluar malam ini j uga I " tekad Kancil. Kalau tidak, tamatlah riwayatku. " Malam harinya, dikala seisi rumah sudah tidur, Kancil memanggil-manggil Anjing, si penjaga rumah. "Ssst... Anjing, kemarilah," bisik Kancil. "Perkenalkan, saya Kancil. Binatang piaraan gres Pak Tani. Tahukah kau? Besok saya akan diajak Pak Tani menghadiri pesta di rumah Pak Lurah. Asyik, ya?"
Anjing terkejut mendengarnya. "Apa? Aku tak percaya! Aku yang sudah usang ikut Pak Tani saja tidak pernah diajak pergi. Eh, malah kamu yang diajak." Kancil tersenyum penuh arti. "Yah, terserah jikalau kamu tidak percaya. Lihat saja besok! Aku tidak bohong! " Rupanya Anjing terpengaruh oleh kata-kata si Kancil. Dia meminta semoga Kancil membujuk Pak Tani untuk mengajakn-ya pergi ke pesta. "Oke, saya akan berusaha membujuk Pak Tani," komitmen Kancil. "Tapi malam ini kamu harus menemaniku tidur di sangkar ayam. Bagaimana?" Anjing oke dengan usulan Kancil. Dia segera membuka gerendel pintu kandang, dan masuk. Dengan sigap, Kancil cepat-cepat keluar dari kandang. "Terima kasih," kata Kancil sambil menutup kembali gerendel pintu. "Maaf Iho, saya terpaksa berbohong. Titip salam ya, buat Pak Tani. Dan tolong sampaikan maafku padanya." Kancil segera berlari meninggalkan rumah Pak Tani. Anjing yang malang itu gres menyadari insiden bersama-sama dikala Kancil sudah menghilang.
Kancil yang cerdik, temyata gampang diperdaya oleh Pak Tani. Itulah sebabnya kita dilarang takabur.

Sumber http://risalridwan.blogspot.com