Saturday, September 9, 2017

√ Transfer Mencar Ilmu Dalam Pembelajaran Matematika

Transfer Belajar dalam Pembelajaran Matematika √ Transfer Belajar dalam Pembelajaran Matematika
A. Jenis Transfer Belajar
          Dalam kaitannya dengan berguru matematika terdapat tiga jenis transfer belajar, yaitu:
  1. Teori disiplin formal
  2. Teori unsur-unsur identik
  3. Teori pengorganisasian kembali pemahaman
1. Teori disiplin formal
          Teori ini didasari oleh ilmu jiwa daya. Menurut teori ilmu jiwa itu tersusun dari beberapa macam daya yaitu a) Ingatan. Penyimpanan apa yang dipelajari untuk dimasukkan ke dalam ingatan. Proses menggali ingatan ini sanggup dipengaruhi oleh stimulus, contohnya guru akan mengajarkan operasi penjumlahan dan pengurangan kepada siswa. Yang perlu dipersiapkan sebelum acara pengajaran tersebut yaitu mengingat operasi penjumlahan dan pengurangan. b) Pendugaan. Pendugaan yaitu anggapan perihal sesuatu tanpa menunjukan terlebih dahulu. c) Menganalisis. Menganalisis yaitu penyelidikan terhadap suatu insiden atau perbuatan untuk mengetahui yang sebenarnya. d) Mensintesis yaitu bisa menyisipkan bilangan yang tidak diketahui.

2. Teori unsur-unsur identik
          Menurut teori ini transfer terjadi, bila antara stimulus yang kemudian atau hasil berguru yang kemudian dengan situasi yang dihadapi atau materi pelajaran yang dihadapi terdapat aspek-aspek yang sama. Dengan kata lain, transfer terjadi hanya bila kedua insiden berguru itu terdapat unsur-unsur yang identifk (sama).
          Di dalam berguru matematika, bila siswa telah menguasai konsep atau teorema baru, respon penerima didik terhadap konsep atau teorema yang terdahulu harus otomatis. Misalnya: seorang siswa sanggup dengan efektif menguasai proses perkalian dan pembagian bila siswa tersebut telah terampil mengerjakan soal penjumlahan dan pengurangan.

3. Teori pengorganisasian kembali pemahaman
          Teori pengorganisasian kembali pengalaman tercermin dalam acara mengajar yang berbentuk penemuan. Jika pengajaran menyajikan konsep atau teorema gres matematika kepada siswa, maka siswa harus aktif terlibat menemukan konsep atau teorema dan kemudian mengaplikasikannya.

B. Peranan Guru dalam Meningkatkan Transfer
          Adalah suatu perilaku keliru guru hanya mengerjakan materi pelajaran untuk mata pelajaran yang dipegangnya tanpa menghubungkannya dengan mata pelajaran yang lain yang sebetulnya mempunyai kesamaan. Kesamaan unsur-unsur tertentu dalam mata pelajaran tertentu itu sanggup ditransfer secara timbal balik. Agar transfer dalam berguru terjadi, prinsip korelasi mutlak diharapkan sebagai jembatan penghubung antara materi pelajaran yang telah dikuasai sebelumnya dalam mata pelajaran yang berbeda.
         Pemberian mata pelajaran dengan klarifikasi yang lebih mendekati realitas kehidupan sehari-hari, menciptakan hasil berguru lebih bermakna. Mata pelajaran tidak lagi dianggap terpisah, tetapi merupakan penggalan dari kehidupan. Anak didik tidak lagi menganggap mata pelajaran sebagai teori tanpa guna, tetapi ia dianggap sebagai mata pelajaran yang hasil dari mempelajarinya sanggup dipakai untuk memecahkan banyak sekali dilema kehidupan di luar sekolah.
         Berbagai mata pelajaran yang dipelajari di sekolah bukanlah tanpa guna. Guru harus menjelaskan bahwa mata pelajaran yang dipelajari di sekolah akan bernilai guna dalam kehidupan di masyarakat. Penguasaan mata pelajaran matematika sanggup dipakai untuk jual beli di pasar. Penguasaan mata pelajaran sosiologi sanggup dipakai untuk hidup di tengah-tengah masyarakat. Penjelasan perihal nilai guna mata pelajaran akan meningkatkan transfer dalam belajar. Itulah hasil berguru yang produktif, sempurna guna, dan berkhasiat bagi masyarakat dan bagi anak itu sendiri.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Transfer Belajar
         Faktor-faktor yang sanggup menghipnotis timbulnya transfer berguru yaitu sebagai berikut:
1. Taraf Inteligensi dan Sikap
        Faktor ini berasal dari anak didik, dan berkisar pada dilema kapasitas dasar (kemampuan dasar), sikap, minat anak didik, dan lain sebagainya. Kapasitas dasar atau kemampuan dasar yaitu membantu timbulnya transfer belajar. Anak yang arif cenderung mempunyai transfer berguru yang tinggi, dan sebaliknya anak yang terbelakang cenderung mempunyai transfer yang rendah (minim). Oleh lantaran itu tidak sanggup mempertahankan semua sesuatu isu yang telah didapat dalam jumlah yang cukup banyak.

2. Metode Guru dalam Mengajar
         Faktor ini berasal dari guru dan berkisar antara lain pada penguasaan persiapan, alat peraga, pemilihan bahan, dan sebagainya. Dengan materi yang sama akan menghasilkan hasil yang berbeda, disebabkan perbedaan dalam pemakaian metode mengajar. Hasil berguru yang dihasilkan dengan penggunaan metode diskusi tentu saja lebih tinggi daripada kadar kemampuan yang dihasilkan dengan penggunaan metode ceramah. Dalam metode diskusi anak didik lebih aktif daripada guru. Sedangkan metode ceramah cenderung menciptakan anak didik pasif, selalu berada pada posisi menerima, tidak ada saling memberi dan saling mendapatkan di kalangan anak didik, sehingga isu yang disampaikan tak sanggup diserap dengan baik, disebabkan daya konsentrasi anak didik yang semakin menurun. Kerapian pengorganisasian isu dalam struktur kognitif sanggup melicinkan jalan ke arah timbulnya transfer belajar.

3. Isi Mata Pelajaran
          Hubungan antara mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lain menjadi penengah yang sanggup menjadikan transfer dalam belajar. Suatu mata pelajaran yang sanggup dikuasai bisa dijadikan landasan untuk menguasai mata pelajaran lain yang relevan, baik kaidah maupun prinsip-prinsipnya. Penguasaan kaidah mata pelajaran bahasa Indonesia misalnya, sanggup dipakai untuk mempelajari mata pelajaran bahasa Inggris, begitu pula sebaliknya. Penguasaan keterampilan menciptakan surat tertentu, sanggup ditransfer kepada keterampilan lain yang masih dalam ruang lingkup tulis menulis surat. Begitu juga dengan matematika sanggup dihubungkan dengan mata pelajaran menyerupai Fisika, Biologi dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA
  • Djamarah, Bahri Syaiful. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.
  • Hudojo, Herman. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: P2LPTK Dirjen Dikti Proyek Pengembangan IPTEK. 

Sumber http://www.catatanmatematika.com