Friday, September 15, 2017

√ Lp Bronkopneumonia Lengkap

Salam sobat sejawat sekalian. bagi seorang perawat pastinya tidak abnormal lagi dengan yang nama nya laporan pendahuluan, lantaran sebagai seorang perawat khususnya yang sedang mengenyam pendidikan di akademik pastilah sering bergelut dengan yang namanya laporan pendahuluan, terutama pada ketika mulai praktikum dirumah sakit dan juga bagi yang sedang menjalani aktivitas profesi ners.

bermaksud membantu sobat sejawat yang sedang membutuhkan laporan pendahuluan sebagai kiprah pada ketika praktik di rumah sakit. kali ini admin coba membagikan laporan pendahuluan bronchopneumonia.


Laporan pendahuluan bronchopneumonia

gotong royong ada beberapa nama yang sering digunakan untuk menamai laporan pendahuluan bronchopneumonia. diantaranya :

  • Laporan pendahuluan bronchopneumonia
  • Laporan pendahuluan bronkopneumonia
  • Laporan pendahuluan bronkopneumoni
  • Laporan pendahuluan BP
  • LP BP
  • BP
namun semuanya bertujuan sama yaitu laporan pendahuluan bronchopneumonia

Untuk mend0wnl0ad Laporan pendahuluan bronchopneumonia dalam bentuk Ms.Word Klik dibawah


dua laporan pendahuluan diatas semuanya laporan pendahuluan bronchopneumonia namun jenis nya berbeda silahkan maunya ambil yang mana atau mau dua - duanya juga tidak ada masalah.


laporan pendahuluan bronchopneumonia

A. Pengertian


Bronchopneumoni merupakan salah satu jenis pneumonia yang mempunyai contoh penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi & meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. (Smeltzer & Suzanne C, 2002 )

Pneumonia ialah inflamasi atau bisul pada parenkim paru ( Betz C, 2002 ) Pneumonia ialah peradangan alveoli atau pada parenchim paru yang terjadi pada anak. (Suriadi Yuliani, 2001) Pneumonia ialah suatu peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam- macam etiologi menyerupai bakteri, virus, jamur dan benda abnormal (IKA, 2001) Kaprikornus bronkopnemonia ialah bisul atau peradangan pada jaringan paru terutama alveoli atau parenkim yang sering menyerang pada anak - anak


B. Klasifikasi Pneumonia

Berikut merupakan penjabaran pneumonia :

  1. Community Acquired Pneunomia dimulai juga sebagai penyakit pernafasan umum & sanggup bermetamorfosis sebuah pneumonia. 
  2. Pneumonia Streptococal ialah suatu organisme penyebab umum. Type pneumonia ini umumnya menimpa kalangan belum dewasa atau kalangan orang lanjut usia 
  3. Hospital Acquired Pneumonia dikenal juga sebagai pneumonia nosokomial. Organisme menyerupai ini ialah suatu aeruginisa pseudomonas. Klibseilla / aureus stapilococcus, ialah basil umum penyebab hospital acquired pneumonia. Lobar & Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi infeksi. Saat Ini ini pneumonia diklasifikasikan berdasarkan organisme, bukan cuma berdasarkan lokasi anatominya. 
  4. Pneumonia viral, bakterial & fungi dikategorikan berdasarkan dari biro penyebabnya, kultur sensifitas dilakukan untuk sanggup mengidentifikasikan organisme perusak.( Reeves, 2001)


C. Etiologi

Pneumonia sanggup dikatakan sebagai komplikasi dari penyakit yang lain ataupun sebagai penyakit yang terjadi lantaran etiologi di bawah ini Sebenarnya pada diri insan sudah ada kuman yang sanggup menimbulkan pneumonia sedang timbulnya sesudah ada faktor- faktor prsesipitasi yang sanggup menimbulkan timbulnya.
  • Bakteri 
Organisme gram nyata yang menimbulkan pneumonia basil ialah steprokokus pneumonia, streptococcus aureus dan streptococcus pyogenis.

  • Virus 
Pneumonia virus merupakan tipe pneumonia yang paling umum ini disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus yang merupakan sebagai penyebab utama pneumonia virus.

  • Jamur 
Infeksi yang disebabkan oleh jamur menyerupai histoplasmosis menyebar melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung.

  • Protozoa 
Ini biasanya terjadi pada pasien yang mengalami imunosupresi menyerupai pada pasien yang mengalami imunosupresi menyerupai pada penderita AIDS.


D. Manifestasi klinis

Pneumonia bakteri
  • Gejala awal : 
  1. Rinitis ringan 
  2. Anoreksia 
  3. Gelisah 
  • Berlanjut hingga : 
  1. Demam 
  2. Malaise 
  3. Nafas cepat dan dangkal ( 50 – 80 ) 
  4. Ekspirasi bebunyi - Lebih dari 5 tahun, sakit kepala dan kedinginan 
  5. Kurang dari 2 tahun vomitus dan diare ringan - Leukositosis - Foto thorak pneumonia lobar

Pneumonia virus
  • Gejala awal : 
  1. Batuk 
  2. Rinitis 
  • Berkembang sampai 
  1. Demam ringan, batuk ringan, dan malaise hingga demam tinggi, batuk mahir dan lesu 
  2. Emfisema obstruktif 
  3. Ronkhi basah 
  4. Penurunan leukosit

Pneumonia mikoplasma
  • Gejala awal : 
  1. Demam - Mengigil 
  2. Sakit kepala 
  3. Anoreksia 
  4. Mialgia 
  •  Berkembang menjadi : 
  1. Rinitis 
  2. Sakit tenggorokan
  3. Batuk kering berdarah 
  4. Area konsolidasi pada investigasi thorak

E. Patofisiologi

Adanya gangguan pada terminal jalan nafas dan alveoli oleh mikroorganisme patogen yaitu virus dan stapilococcus aurens, H. Influenza dan streptococcus pneumoniae bakteri. Terdapat infiltrat yang biasanya mengenai pada multipel lobus. Terjadinya destruksi sel dengan menanggalkan debris celluler ke dalam lumen yang menimbulkan gangguan fungsi alveolar dan jalan nafas. Pada anak kondisi ini sanggup akut maupun kronik misal pad AIDS, Cystic Fibrosis, aspirasi benda abnormal dan congenital yang sanggup meningkatkan risiko pneumonia.

Fathway Bronkopneumonia
Pathway bronchopneumonia
Download Pathway Bronkopneumonia, DISINI

F. Gejala Klinis
  • Pnemonia bakteri 
Gejala :
  1. Anoreksia 
  2. Rinitis ringan 
  3. GelisahBerlanjut sampai: 
a. Nafas cepat dan dangkal.
b. Demam
c. Malaise (tidak nyaman)
d. Ekspirasi berbunyi.
e. Leukositosis
f. Foto thorak pneumonia lebar
g. Kurang dari 2 tahun vomitus dan diare ringan
h. Lebih dari 5 tahun, sakit kepala dan kedinginan

  • Pnemonia Virus 
Gejala awal :
  1. Rhinitis 
  2. BatukBerkembang sampai 
a. Ronkhi basah.
b. Emfisema obstruktif
c. Demam ringan, batuk ringan dan malaise hingga demam tinggi batuk mahir dan lesu.

  • Pneumonia mikroplasma 
Gejala :
  1. Anoreksia 
  2. Menggigil 
  3. Sakit kepala 
  4. DemamBerkembang sampai 
a. Rhinitis alergi
b. Sakit tenggorokan batuk kering berdarah
c. Area konsolidasi pada penatalaksanaan pemeriksa thorak.


G. Pemeriksaan diagnostik
  1. Foto polos : digunakan untuk melihat adanya bisul di paru dan status pulmoner 
  2. Nilai analisa gas darah: untuk mengetahui status kardiopulmoner yang berafiliasi dengan oksigenasi 
  3. Hitung darah lengkap dan hitung jenis: digunakan untuk tetapkan adanya anemia, bisul dan proses inflamasi 
  4. Pewarnaan gram: untuk seleksi awal anti mikroba 
  5. Tes kulit untuk tuberkulin: untuk mengesampingkan kemungkinan terjadi tuberkulosis jikalau anak tidak berespon terhadap pengobatan 
  6. jumlah lekosit: terjadi lekositosis pada pneumonia bakterial 
  7. Tes fungsi paru: digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, tetapkan luas dan beratnya penyakit dan membantu memperbaiki keadaan. 
  8. Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang diinspirasi 
  9. Kultur darah spesimen darah untuk tetapkan biro penyebab menyerupai virus

H. Komplikasi
  1. Emfisema : Terdapatnya pus pada rongga pleura. 
  2. Atelektasis :Pengembangan paru yang tidak sempurna. 
  3. Abses paru :pengumpulan pus pada jaringan paru yg mengalami peradangan. 
  4. Meningitis : Peradangan pada selaput otak. Infeksi sistomik 
  5. Endokarditis :peradangan pada endokardium.

I. Penatalaksanaan medis
  • Pengobatan supportive bila virus pneumonia
  • Bila kondisi berat harus dirawat 
  • Berikan oksigen, fisiotherapi dada dan cairan intravena
  • Antibiotik sesuai dengan program 
  • Pemeriksaan sensitivitas untuk santunan antibiotik

J. Pencegahan Pada anak 

  1. Hindari anak dari adanya paparan asap rokok, polusi dan tempat keramaian yang berpotensi terjadinya penularan. 
  2. Hindari kontak eksklusif anak dengan penderita ISPA 
  3. Membiasakan melaksanakan santunan ASI Segera berobat apabila terjadi demam, batuk, dan pilek, terlebih disertai bunyi sesak dan sesak pada anak. 
  4. Imunisasi Hb untuk kekebalan terhadapa hameophilus influenza.


Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
  • Kaji status pernafasan 
  • Kaji tanda- tanda distress pernafasan 
  • Kaji adanya demam, tachicardia, malaise, anoreksia, kegeisahan 

2. Diagnosa keperawatan
  1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berafiliasi dengan penumpukan sekret di jalan nafas 
  2. Gangguan petukaran gas berafiliasi dengan meningkatnya sekresi dan akumulasi exudat 
  3. Risiko kekurangan volume cairan berafiliasi dengan demam, menurunnya intake dan tachipnea 
  4. Risiko tinggi terjadi bisul berafiliasi dengan tindakan invasif pemasangan infus 
  5. Risiko tinggi terjadi kerussakan integritas kulit berafiliasi dengan bed rest total 
  6. Risiko tinggi terjadi cedera berhubungandengan kejang

3. Perencanaan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berafiliasi dengan penumpukan sekret di jalan nafas

Tujuan: sesudah dilaksakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam jalan nafas menjadi bersih

Kriteria:
  • Suara nafas higienis tidak ada ronkhi atau rales, wheezing 
  • Sekret di jalan nafas bersih 
  • Cuping hidung tidak ada 
  • Tidak ada sianosis

Intervensi:
  • Kaji status pernafasan tiap 2 jam mencakup respiratory rate, penggunaan otot bantu nafas, warna kulit 
  • Lakukan suction jikalau terdapat sekret di jalan nafas 
  • Posisikan kepala lebih tinggi 
  • Lakukan postural drainage 
  • Kolaborasi dengan fisiotherapist untuk melaakukan fisiotherapi dada 
  • Jaga humidifasi oksigen yang masuk 
  • Gunakan tehnik aseptik dalam penghisapan lendir

2. Gangguan pertukaran gas berafiliasi dengan adanya penumpukan cairan di alveoli paru

Tujuan: sesudah dilaksakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam pertukaran gas dalam alveoli adekuat.

Kriteria:
  • Akral hangat 
  • Tidak ada tanda sianosis
  • Tidak ada hipoksia jaringan 
  • Saturasi oksigen perifer 90% 

Intervensi:
  • Pertahankan kepatenan jalan nafas 
  • Keluarkan lendir jikalau ada dalam jalan nafas 
  • Periksa kelancaran fatwa oksigen 5-6 liter per menit 
  • Konsul dokter jaga jikalau ada tanda hipoksia/ sianosis - Awasi tingkat kesadaran klien

3. Risiko kekurangan volume cairan berafiliasi dengan demam, menurunnya intake dan tachipnea

Tujuan: sesudah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam tidak terjadi kekurangan volume cairan.

Kriteria hasil:

  • Tidak ada tanda dehidrasi
  • Suhu badan normal 36,5-37 0C 
  • Kelopak mata tidak cekung 
  • Turgor kulit baik 
  • Akral hangat

Intervensi:
  • Kaji adanya tanda dehidrasi 
  • Jaga kelancaran fatwa infus 
  • Periksa adanya tromboplebitis 
  • Pantau tanda vital tiap 6 jam 
  • Lakukan kompres hirau taacuh jikalau terdapat hipertermia suhu diatas 38 C 
  • Pantau balance cairan 
  • Berikan nutrisi sesuai diit 
  • Awasi turgor kulit

4. Risiko tinggi terjadi bisul berafiliasi dengan tindakan invasif pemasangan infus

Tujuan: sesudah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam tidak terjadi bisul akhir pemasangan infus.

Kriteria hasil:
  • Aliran infus lancar 
  • Tidak ada tanda bisul pada tempat pemasangan infus 
  • Suhu badan dalam batas normal 
  • Tidak ada tromboplebitis 

Intervensi:
  • Awasi adanya tanda- tanda bisul pada tempat pemasangan infus 
  • Jaga kelancaran fatwa infus 
  • Jaga kenbersihan tempat pemasangan infus 
  • Jaga tempat pemasangan infus tetap kering
  • Tutup tempat pemasangan infus dengankasa betadin 
  • Ganti lokasi pemasangan infus tiap 3 x 24 jam

5. Risiko tinggi terjadi kerussakan integritas kulit berafiliasi dengan bed rest total

Tujuan: seletah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam tidak terjadi kerusakan integritas kulit

Kriteria hasil:
  • Tidak terdapat luka dekubitus pda lokasi yang tertekan 
  • Warna kulit tempat tertekan tidak hipoksia, kemerahan 

Intervensi:
  • Lakukan massage pada kulit tertekan 
  • Monitor adanya luka dekubitus
  • Jaga kulit tetap kering 
  • Berikan kamfer spiritus pada punggung dan tempat tertekan 
  • Jaga kebersihan dan kekencangan linen

6. Risiko tinggi terjadi cedera berhubungandengan kejang

Tujuan: sesudah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam tidak terjadi injuri akhir kejang

Kriteria hasil:
  • Tidak ada injuri pada kepingan badan jikalau terjadi kejang 
  • Orang bau tanah selalu mengawasi disamping anaknya 
  • Orang bau tanah melapor jikalau terjadi kejang 
  • Tempat tidur terpasang pengaman 

Intervensi:
  • Pasang pengaman di sisi tempat tidur 
  • Anjurkan orang bau tanah untuk melapor jikalau terjadi kejang 
  • Siapkan sudip lidah/ pasang pada verbal pasien 
  • Kolaborasi berikan anti kejang luminal dan diazepam 
  • Berikan obat sesuai program 
  • Awasi adanya kejang tiap 15 menit sekali

Daftar pustaka

  1. Suriadi, Yuliani. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: CV Sagung Seto;2001 
  2. Staf Pengajar FKUI. Ilmu Kesehatan Anak, Buku Kuliah 3. Jakarta: 
  3. Infomedika;2000 
  4. Ngastiyah. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC; 1997 
  5. Betz & Sowden. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 3. Jakarta: EGC;2002 
  6. Wong and Whaley. ( 1995 ). Clinical Manual of Pediatric Nursing. Philadelphia:

sekian LP Bronkopneumonia lengkap. bagi sobat - sobat yang membutuhkan silahkan d0wnl0ad pada link yang telah kami sediakan. terima kasih

Sumber http://bangsalsehat.blogspot.com