Saturday, September 16, 2017

Likuifaksi (Pencairan Tanah) : Penyebab – Efek – Proses

Sekarang ini musibah terjadi di beberapa kawasan di Indonesia dalam waktu yang berdeka Likuifaksi (Pencairan Tanah) : Penyebab – Dampak – ProsesSekarang ini musibah terjadi di beberapa kawasan di Indonesia dalam waktu yang berdekatan. Tentu menjadikan pertanyaan di masyarakat bagaimana cara menghindari dan apa penyebab adanya musibah yang berdekatan di beberapa area ini. Mungkin sebelum memasuki pembahasan apakah anda tahu bahwa Indonesia berada di “ring of fire ?”


Indonesia terletak di sebuah bulat atau cincin api yang ada di dunia, hal ini menjadikan alasan yang masuk nalar mengapa Indonesia mengalami musibah menyerupai bencana tsunami, gempa, kebakaran dan gunung merapi. Cincin api ini merupakan bulat aktif bumi yang bisa bergerak sesuai dengan keadaan pada inti bumi. Selain Indonesia yang mengalami gempa dan juga musibah menyerupai ini yaitu negara Jepang dan juga Hawai.


Berbicara soal gempa dan juga tsunami, bergotong-royong kalau ditinjau dari Geografisnya anda bisa melihat banyak alasannya dan jenis dari gempa dan tsunami. Masing-masing insiden bisa lantaran alasan yang berbeda-beda. Contohnya saja gempa, bisa disebabkan oleh gunung berapi yang meletus, lempengan yang bergeser dan lainnya. Selain itu insiden juga bisa terjadi di dua tempat yaitu di daratan dan juga di dalam maritim atau di dasar bumi.


Salah satunya yang terjadi di Palu dan Donggala kemarin. Selain tsunami yang merusak aneka macam rumah warga, anda tentu tahu bahwa kota ini dilanda Gempat dengan kekuatan cukup besar yaitu 7.5 SR, dimana kekuatan ini bisa menghancurkan satu gedung dengan bangunan yang terbuat dari beton.


Setelah diperiksa, penyebab utamanya disebut sebagai Likuifaksi. Apa itu ? Likuifaksi atau pencairan tanah merupakan fenomena dimana tanah menjadi jenuh sehingga kehilangan kekakuan serta kekuatan lantaran adanya tegangan, contohnya gempa bumi ataupun perubahan lain secara mendadak dan mengakibatkan sifat tanah yang padat menjelma cairan atau air berat.


Karena tanah menjelma cairan maka paling beresiko yaitu tempat yang mempunyai tipe tanah berpasir, lantaran pasir cenderung mempunyai pori atau rongga dan gampang untuk terkena tarikan. Hilangnya struktur tanah tanggapan kehilangan kekuatan atau kemampuan untuk memindahkan tegangan geser inilah yang disebut sebagai pencairan.


Setelah mengetahui pengertiannya, masuk kedalam dampak yang akan terjadi kalau sebuah area terkena pencairan tanah atau likuifaksi, ada beberapa dampak yang akan dirasakan diantaranya yaitu :



  • Tanah bergeser, khususnya rumah dan bangunan yang ada diatasnya akan roboh atau ikut bergeser

  • Permukaan tanah menjadi turun dan menciptakan perbedaan permukaan (akhirnya area tersebut akan menyerupai bukit ada yang turun dan naik permukaannya)

  • Material diatas tanah sanggup hanyut semua


Jika mengamati proses terjadinya Likuifaksi bergotong-royong mudah, namun permasalahan utamanya yaitu likuifaksi ini tidak sanggup dideteksi dulu berbeda dengan tsunami yang bisa dideteksi memakai alat. Likuifaksi sangat bergantung pada getaran dan juga gempa, sehingga anda tidak bisa menilai bahwa gempa tersebut bisa mengakibatkan pencairan tanah atau tidak.


Namun hal jelasnya bahwa fenomena gempa bumi yang terjadi di zona dengan tanah yang mengandung air tinggi sangat beresiko untuk terjadi likuifaksi. Biasanya fenomena ini terjadi untuk tanah yang erat dengan maritim atau pantai. Bisa juga terjadi gempa di area yang kaya akan air dan juga tanahnya berpasir. Maka likuifaksi bisa terjadi begitu saja.


Menurut Mantan Rektor Universitas Gadjah Mada menjelaskan bahwa Likuifaksi terbagi menjadi dua jenis, yaitu semburan air yang ada dari dalam tanah keluar memancar layaknya air mancur dan merusak struktur tanah sekaligus. Bisa juga insiden lapisan pasir yang terbawa gempa sangat berpengaruh sehingga air yang ada terperas dan mengalir membawa lapisan tanah. Kejadian ini juga sama halnya dengan likuifaksi pertama, sama-sama akan menghanyutkan tanah.


Berbicara soal ancaman semua musibah dan fenomena alam tentu membahayakan, apalagi yang bersifat merusak dan terjadi secara besar-besaran layaknya likuifaksi yang terjadi di Palu. Tentu bukan hal yang absurd kalau semua bangunan dan benda yang terkena likuifaksi hanyut dan tidak bersisa, bahkan menelan korban jiwa.


Untuk itu Likuifaksi memang sangat bahaya, lantaran sifatnya menyerupai banjir ditambah dengan kandungan tanah. Jika ada yang terhanyut maka akan sulit menyelamatkan diri lantaran bukan di air jernih atau air biasa. Namun bersamaan dengan struktur tanah dan bangunan lainnya yang ikut hanyut.


Bagaimana mengangani likuifaksi ? bergotong-royong fenomena ini tidak bsia ditangani, BMKG sendiri hanya bisa memberi peringatan akan ancaman tsunami atau tidak sesudah gempa atau likuifaksi. Anda bisa membenahi dan kembali menata area yang terkena pencairan tanah kalau gempa sudah benar-benar selesai dan juga pergerakan tanah sudah tidak ada kembali.


Selain itu, anda harus menunggu tanah kembali untuk solid kalau ingin membangun bangunan di area bekas terkena likuifaksi. Namun hal ini akan memakan waktu tahunan, semoga tanah bisa kembali berpengaruh dan solid lagi.



Sumber aciknadzirah.blogspot.com