Salam sobat - sobat sejawat semua, terima kasih sudah berkunjung ke blog kami, pada kesempatan kali ini admin akan mencoba membahas wacana askep vertigo, asuhan keperawatan vertigo atau askep vertigo yaitu rangkaian tindakan atau asuhan yang akan diberikan oleh perawat kepada klien yang sedang menderita penyakit vertigo, vertigo itu sendiri yaitu sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya, sanggup disertai tanda-tanda lain, terutama dari jaringan otonomik jawaban gangguan alat keseimbangan tubuh.Vertigo mungkin bukan hanya terdiri dari satu tanda-tanda pusing saja, melainkan kumpulan tanda-tanda atau sindrom yang terdiri dari tanda-tanda somatik (nistagmus, unstable), otonomik (pucat, peluh dingin, mual, muntah) dan pusing.
dokumentasi askep vertigo biasanya sering dibentuk oleh seorang mahasiswa keperawatan yang sedang praktek dirumah sakit biasanya perkara ini lebih banyak ditemukan diruangan syaraf, dan juga askep vertigo sering pula dibentuk oleh mahasiswa profesi ners yang sedang menjalankan keprofesian dirumah sakit. dan juga bagi perawat yang sudah bekerja juga sering menciptakan dokumentasi askep vertigo untuk keperluan menciptakan jurnal atau pun makalah yang bermanfaat sebagai syarat supaya bisa menjadi seorang pegawai tetap dalam sebuah rumah sakit.
dalam sebuah askep vertigo biasanya untuk kelengkapannya dilengkapi dengan laporan pendahuluan yaitu tinjauan teori yang dibentuk untuk mengawali pembuatan askep vertigo, susunan askep vertigo terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. menciptakan sebuah askep vertigo yang baik bukanlah pekara yang gampang namun juga bukan pekara yang amat sulit, didalam penyusunan nya setidaknya kita harus mempunyai landasan teori wacana penyakit vertigo yang biasa disebut dengan laporan pendahuluan / LP vertigo. yang dijadikan patokan untuk menegakkan diagnosa - diagnosa medis dan diagnosa keperawatan berdasarkan perjalanan penyakit vertigo tersebut.
bertujuan untuk membantu sobat sejawat yang lagi membutuhkan asuhan keperawatan vertigo atau askep vertigo. disini kami mencoba menuliskan askep vertigo yang mungkin bisa dijadikan tumpuan bagi sobat sejawat sekalian dalam pembuatan kiprah perkuliahan maupun kiprah pekerjaan.
oke bagi sobat - sobat yang membutuhkan silahkan dibaca dan boleh copy askep vertigo yang kami sediakan dibawah ini.
Pengertian
kata vertigo berasal dari bahasa Yunani vertere yang artinya memutar. Pengertian vertigo yaitu : sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya, sanggup disertai tanda-tanda lain, terutama dari jaringan otonomik jawaban gangguan alat keseimbangan tubuh Vertigo mungkin bukan hanya terdiri dari satu tanda-tanda pusing saja, melainkan kumpulan tanda-tanda atau sindrom yang terdiri dari tanda-tanda somatik (nistagmus, unstable), otonomik (pucat, peluh dingin, mual, muntah) dan pusing. Dari (http://www.kalbefarma.com).
Etiologi
Menurut (Burton, 1990 : 170) yaitu :
a. Lesi vestibular
Menurut(http://www.kalbefarma.com)
Askep Vertigo |
Laporan Pendahuluan Askep Vertigo
Pengertian
kata vertigo berasal dari bahasa Yunani vertere yang artinya memutar. Pengertian vertigo yaitu : sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya, sanggup disertai tanda-tanda lain, terutama dari jaringan otonomik jawaban gangguan alat keseimbangan tubuh Vertigo mungkin bukan hanya terdiri dari satu tanda-tanda pusing saja, melainkan kumpulan tanda-tanda atau sindrom yang terdiri dari tanda-tanda somatik (nistagmus, unstable), otonomik (pucat, peluh dingin, mual, muntah) dan pusing. Dari (http://www.kalbefarma.com).
Etiologi
Menurut (Burton, 1990 : 170) yaitu :
a. Lesi vestibular
- Fisiologik
- Labirinitis
- Menière
- Obat ; contohnya quinine, salisilat.
- Otitis media
- “Motion sickness”
- “Benign post-traumatic positional vertigo”
- Neuroma akustik
- Obat ; contohnya streptomycin
- Neuronitis vestibular
- Infark atau perdarahan pons
- Insufisiensi vertebro-basilar
- Migraine arteri basilaris
- Sklerosi diseminata
- Tumor Siringobulbia
- Epilepsy lobus temporal
1. Penyakit Sistem Vestibuler Perifer :
- Telinga cuilan luar : serumen, benda asing.
- Telinga cuilan tengah: retraksi membran timpani, otitis media purulenta akuta, otitis media dengan efusi, labirintitis, kolesteatoma, rudapaksa dengan perdarahan.
- Telinga cuilan dalam: labirintitis akuta toksika, trauma, serangan vaskular, alergi, hidrops labirin (morbus Meniere ), mabuk gerakan, vertigo postural.
- Nervus VIII. : infeksi, trauma, tumor.
- Inti Vestibularis: infeksi, trauma, perdarahan, trombosis arteria serebeli posterior inferior, tumor, sklerosis multipleks.
- Hipoksia Iskemia otak. : Hipertensi kronis, arterios-klerosis, anemia, hipertensi kardiovaskular, fibrilasi atrium paroksismal, stenosis dan insufisiensi aorta, sindrom sinus karotis, sinkop, hipotensi ortostatik, blok jantung.
- Infeksi : meningitis, ensefalitis, abses, lues.
- Trauma kepala/ labirin.
- Tumor.
- Migren.
- Epilepsi.
4. Kelainan psikiatrik: depresi, neurosa cemas, sindrom hiperventilasi, fobia.
5. Kelainan mata: kelainan proprioseptik.
6. Intoksikasi.
Patofisiologi
Vertigo timbul kalau terdapat ketidakcocokan informasi aferen yang disampaikan ke pusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini yaitu susunan vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus menerus memberikan impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain yang berperan ialah sistem optik dan pro-prioseptik, jarak-jarak yang menghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei N. III, IV dan VI, susunan vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis.
Informasi yang mempunyai kegunaan untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler memperlihatkan donasi paling besar, yaitu lebih dari 50 % disusul kemudian reseptor visual dan yang paling kecil kontribusinya yaitu proprioseptik. Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi alat keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik kanan dan kiri akan diperbandingkan, kalau semuanya dalam keadaan sinkron dan wajar, akan diproses lebih lanjut.
Respons yang muncul berupa pembiasaan otot-otot mata dan pencetus tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi tidak normal/ tidak fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang absurd atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi akan terganggu, akhirnya muncul tanda-tanda vertigo dan tanda-tanda otonom; di samping itu, respons pembiasaan otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan asing yang sanggup berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia dikala berdiri/ berjalan dan tanda-tanda lainnya (http://www.kalbefarma.com).
Fathway
Fathway Askep Vertigo |
Klasifikasi
Vertigo Berdasarkan tanda-tanda klinisnya, vertigo sanggup dibagi atas beberapa kelompok :
1. Vertigo paroksismal Yaitu vertigo yang serangannya tiba mendadak, berlangsung beberapa menit atau hari, kemudian menghilang sempurna; tetapi suatu ketika serangan tersebut sanggup muncul lagi. Di antara serangan, penderita sama sekali bebas keluhan. Vertigo jenis ini dibedakan menjadi :
a. Vertigo Yang disertai keluhan pendengaran : Termasuk kelompok ini yaitu : Morbus Meniere, Arakhnoiditis pontoserebelaris, Sindrom Lermoyes, Sindrom Cogan, tumor fossa cranii posterior, kelainan gigi/ odontogen.
b. Vertigo Yang tanpa disertai keluhan telinga; termasuk di sini yaitu : Serangan iskemi sepintas arteria vertebrobasilaris, Epilepsi, Migren ekuivalen, Vertigo pada anak (Vertigo de L'enfance), Labirin picu (trigger labyrinth).
c. Vertigo Yang timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi, termasuk di sini yaitu : Vertigo posisional paroksismal laten, Vertigo posisional paroksismal benigna.
2. Vertigo kronis Yaitu vertigo yang menetap, keluhannya konstan tanpa (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 47) serangan akut, dibedakan menjadi:
a. Vertgo Kronis Yang disertai keluhan pendengaran : Otitis media kronika, meningitis Tb, labirintitis kronis, Lues serebri, lesi labirin jawaban materi ototoksik, tumor serebelopontin.
b. Vertigo Tanpa keluhan pendengaran : Kontusio serebri, ensefalitis pontis, sindrom pasca komosio, pelagra, siringobulbi, hipoglikemi, sklerosis multipel, kelainan okuler, intoksikasi obat, kelainan psikis, kelainan kardiovaskuler, kelainan endokrin.
c. Vertigo yang dipengaruhi posisi : Hipotensi ortostatik, Vertigo servikalis.
3. Vertigo yang serangannya mendadak/akut, kemudian berangsur-angsur mengurang, dibedakan menjadi :
a. Vertigo Disertai keluhan pendengaran : Trauma labirin, herpes zoster otikus, labirintitis akuta, perdarahan labirin, neuritis n.VIII, cedera pada auditiva interna/arteria vestibulokoklearis.
b. Vertigo Tanpa keluhan pendengaran : Neuronitis vestibularis, sindrom arteria vestibularis anterior, ensefalitis vestibularis, vertigo epidemika, sklerosis multipleks, hematobulbi, sumbatan arteria serebeli inferior posterior.
Ada pula yang membagi vertigo menjadi :
- Vertigo Vestibuler: jawaban kelainan sistem vestibuler.
- Vertigo Non Vestibuler: jawaban kelainan sistem somatosensorik dan visual.
Manifestasi klinik
Perasaan berputar yang kadang kala disertai tanda-tanda sehubungan dengan reak dan lembab yaitu mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu makan turun, lelah, pengecap pucat dengan selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, verbal pahit, mata merah, gampang tersinggung, gelisah, pengecap merah dengan selaput tipis.
Pemerikasaan Penunjang
- Pemeriksaan fisik :
- Pemeriksaan mata
- Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh
- Pemeriksaan neurologik
- Pemeriksaan otologik
- Pemeriksaan fisik umum.
- Pemeriksaan khusus :
- ENG
- Audiometri dan BAEP
- Psikiatrik
- Pemeriksaan pelengkap :
- Laboratorium
- Radiologik dan Imaging
- EEG, EMG, dan EKG
Penatalaksanaan medis.
Terapi berdasarkan (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 48) : Terdiri dari :
- Terapi kausal
- Terapi simtomatik
- Terapi rehabilitatif
Asuhan Keperawatan Vertigo
1. Pengkajian
a. Aktivitas / Istirahat
- Letih, lemah, malaise
- Keterbatasan gerak
- Ketegangan mata, kesulitan membaca
- Insomnia, bangkit pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala
- Sakit kepala yang andal dikala perubahan postur tubuh, kegiatan (kerja) atau alasannya yaitu perubahan cuaca.
- Riwayat hypertensi
- Denyutan vaskuler, misal kawasan temporal
- Pucat, wajah tampak kemerahan.
- Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu
- Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan depresi
- Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala
- Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik)
- Makanan yang tinggi vasorektiknya contohnya kafein, coklat, bawang, keju, alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus, hotdog, MSG (pada migrain).
- Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri)
- Penurunan berat badan
- Pening, disorientasi (selama sakit kepala)
- Riwayat kejang, cedera kepala yang gres terjadi, trauma, stroke.
- Aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus.
- Perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis.
- Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore
- Perubahan pada teladan bicara/pola pikir
- Mudah terangsang, peka terhadap stimulus.
- Penurunan refleks tendon dalam
- Papiledema.
- Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain, ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis.
- Nyeri, kemerahan, pucat pada kawasan wajah
- Fokus menyempit
- Fokus pada diri sndiri
- Respon emosional / sikap tak terarah menyerupai menangis, gelisah.
- Otot-otot kawasan leher juga menegang, frigiditas vokal.
- Riwayat alergi atau reaksi alergi
- Demam (sakit kepala)
- Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis
- Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus)
- Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berafiliasi dengan penyakit.
- Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga
- Penggunaan alcohol/obat lain termasuk kafein. Kontrasepsi oral/hormone, menopause.
2. Diagnosa Keperawatan (Doengoes, 1999:2021)
- Nyeri (akut/kronis) berafiliasi dengan stress dan ketegangan, iritasi/ tekanan syaraf, vasospressor, peningkatan intrakranial ditandai dengan menyatakan nyeri yang dipengaruhi oleh faktor misal, perubahan posisi, perubahan teladan tidur, gelisah.
- Koping individual tak efektif berafiliasi dengan ketidak-adekuatan relaksasi, metode koping tidak adekuat, kelebihan beban kerja.
- Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan berafiliasi dengan keterbatasan kognitif, tidak mengenal informasi dan kurang mengingat ditandai oleh memintanya informasi, ketidak-adekuatannya mengikuti instruksi.
3. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri (akut/kronis) berafiliasi dengan stress dan ketegangan, iritasi/ tekanan syaraf, vasospasme, peningkatan intrakranial ditandai dengan menyatakan nyeri yang dipengaruhi oleh faktor misal, perubahan posisi, perubahan teladan tidur, gelisah.
Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang
Kriteria hasil : - klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang - tanda-tanda vital normal - pasien tampak hening dan rileks
Intervensi/Implementasi
- Pantau tanda-tanda vital, intensitas/skala nyeri Rasional : Mengenal dan memudahkan dalam melaksanakan tindakan keperawatan.
- Anjurkan klien istirahat ditempat tidur Rasional : istirahat untuk mengurangi intesitas nyeri
- Atur posisi pasien senyaman mungkin Rasional : posisi yang tepat mengurangi pemfokusan dan mencegah ketegangan otot serta mengurangi nyeri.
- Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam Rasional : relaksasi mengurangi ketegangan dan menciptakan perasaan lebih nyaman
- Kolaborasi untuk dukungan analgetik. Rasional : analgetik mempunyai kegunaan untuk mengurangi nyeri sehingga pasien menjadi lebih nyaman.
2. Koping individual tak efektif berafiliasi dengan ketidak-adekuatan relaksasi, metode koping tidak adekuat, kelebihan beban kerja.
Tujuan : koping individu menjadi lebih adekuat
Kriteria Hasil : - mengidentifikasi prilaku yang tidak efektif - mengungkapkan kesadaran wacana kemampuan koping yang di miliki - megkaji situasi dikala ini yang akurat - memperlihatkan perubahan gaya hidup yang dibutuhkan atau situasi yang tepat.
Intervensi/Implementasi
- Kaji kapasitas fisiologis yang bersifat umum. Rasional : Mengenal sejauh dan mengidentifikasi penyimpangan fungsi fisiologis tubuh dan memudahkan dalam melaksanakan tindakan keperawatan
- Sarankan klien untuk mengekspresikan perasaannya. Rasional : klien akan mencicipi kelegaan sesudah mengungkapkan segala perasaannya dan menjadi lebih tenang
- Berikan informasi mengenai penyebab sakit kepala, penenangan dan hasil yang diharapkan. Rasional : supaya klien mengetahui kondisi dan pengobatan yang diterimanya, dan memperlihatkan klien impian dan semangat untuk pulih.
- Dekati pasien dengan ramah dan penuh perhatian, ambil laba dari kegiatan yang sanggup diajarkan. Rasional : menciptakan klien merasa lebih berarti dan dihargai.
3. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan berafiliasi dengan keterbatasan kognitif, tidak mengenal informasi dan kurang mengingat ditandai oleh memintanya informasi, ketidak-adekuatannya mengikuti instruksi.
Tujuan : pasien mengutarakan pemahaman wacana kondisi, imbas mekanisme dan proses pengobatan.
Kriteria Hasil :
- melakukan mekanisme yang dibutuhkan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan.
- memulai perubahan gaya hidup yang dibutuhkan dan ikut serta dalam regimen perawatan.
- Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga wacana penyakitnya. Rasional : megetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga wacana penyakitnya.
- Berikan klarifikasi pada klien wacana penyakitnya dan kondisinya sekarang. Rasional : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan merasa hening dan mengurangi rasa cemas.
- Diskusikan penyebab individual dari sakit kepala bila diketahui. Rasional : untuk mengurangi kecemasan klien serta menambah pengetahuan klien tetang penyakitnya.
- Minta klien dan keluarga mengulangi kembali wacana materi yang telah diberikan. Rasional : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.
- Diskusikan mengenai pentingnya posisi atau letak tubuh yang normal Rasional : supaya klien bisa melaksanakan dan merubah posisi/letak tubuh yang kurang baik.
- Anjurkan pasien untuk selalu memperhatikan sakit kepala yang dialaminya dan faktor-faktor yang berhubungan. Rasional : dengan memperhatikan faktor yang berafiliasi klien sanggup mengurangi sakit kepala sendiri dengan tindakan sederhana, menyerupai berbaring, beristirahat pada dikala serangan.
4. Evaluasi
Evaluasi yaitu perbandingan yang sistemik atau terpola wacana kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Carpenito, 1999:28)
Tujuan Pemulangan pada vertigo yaitu :
- Nyeri sanggup dihilangkan atau diatasi.
- Perubahan gaya hidup atau sikap untuk mengontrol atau mencegah kekambuhan.
- Memahami kebutuhan atau kondisi proses penyakit dan kebutuhan terapeutik.
Daftar Pustaka
Daftar Pustaka Askep Vertigo |