Tuesday, August 15, 2017

√ Laporan Pendahuluan / Lp Chefalgia Lengkap, D0wnl0ad Dalam Bentuk Ms.Word Dan Pdf

Untuk mendaownload Laporan Pendahuluan / LP Chefalgia Lengkap dalam bentuk Ms.Word dan PDF silahkan d0wnl0ad pada link dibawah ini :
Atau bagi sobat - sobat sejawat yang ingin membaca Laporan pendahuluan / LP Cefhalgia lengkap silahkan baca dibawah ini :

LAPORAN PENDAHULUAN / LP CHEFALGIA 

A. PENGERTIAN

Chefalgia atau sakit kepala yaitu salah satu keluhan fisik paling utama manusia. Sakit kepala pada kenyataannya yaitu tanda-tanda bukan penyakit dan sanggup memperlihatkan penyakit organik ( neurologi atau penyakit lain), respon stress, vasodilatasi (migren), tegangan otot rangka (sakit kepala tegang) atau kombinasi respon tersebut (Brunner & Suddart).

B. KLASIFIKASI DAN ETIOLOGI

Klasifikasi sakit kepala yang paling gres dikeluarkan oleh Headache Classification Cimitte of the International Headache Society sebagai berikut:
  1. Migren (dengan atau tanpa aura) 
  2. Sakit kepal tegang 
  3. Sakit kepala klaster dan hemikrania paroksismal 
  4. Berbagai sakit kepala yang dikatkan dengan lesi struktural.
  5. Sakit kepala dikatkan dengan syok kepala. 
  6. Sakit kepala dihubungkan dengan gangguan vaskuler (mis. Perdarahan subarakhnoid). 
  7. Sakit kepala dihuungkan dengan gangguan intrakranial non vaskuler ( mis. Tumor otak) 
  8. Sakit kepala dihubungkan dengan penggunaan zat kimia tau putus obat. 
  9. Sakit kepala dihubungkan dengan abuh non sefalik.
  10. Sakit kepala yang dihubungkan dengan gangguan metabolik (hipoglikemia). 
  11. Sakit kepala atau nyeri wajah yang dihubungkan dengan gangguan kepala, leher atau struktur sekitar kepala ( mis. Glaukoma akut) 
  12. Neuralgia kranial (nyeri menetap berasal dari saraf kranial)

C. PATOFISIOLOGI

Sakit kepala timbul sebagai hasil perangsangan terhadap bangunan-bangunan diwilayah kepala dan leher yang peka terhadap nyeri. Bangunan-bangunan ekstrakranial yang peka nyeri ialah otot-otot okspital, temporal dan frontal, kulit kepala, arteri-arteri subkutis dan periostium. Tulang tengkorak sendiri tidak peka nyeri. Bangunan-bangunan intrakranial yang peka nyeri terdiri dari meninges, terutama dura basalis dan meninges yang mendindingi sinus venosus serta arteri-arteri besar pada basis otak. Sebagian besar dari jaringan otak sendiri tidak peka nyeri.

Perangsangan terhadap bangunan-bangunan itu sanggup berupa:
  • Infeksi selaput otak : meningitis, ensefalitis. 
  • Iritasi kimiawi terhadap selaput otak ibarat pada perdarahan subdural atau sesudah dilakukan pneumo atau zat kontras ensefalografi. 
  • Peregangan selaput otak akhir proses desak ruang intrakranial, penyumbatan jalan lintasan liquor, trombosis venos spinosus, edema serebri atau tekanan intrakranial yang menurun tiba-tiba atau cepat sekali. 
  • Vasodilatasi arteri intrakranial akhir keadaan toksik (seperti pada abuh umum, intoksikasi alkohol, intoksikasi CO, reaksi alergik), gangguan metabolik (seperti hipoksemia, hipoglikemia dan hiperkapnia), pemakaian obat vasodilatasi, keadaan paska contusio serebri, insufisiensi serebrovasculer akut). 
  • Gangguan pembuluh darah ekstrakranial, contohnya vasodilatasi ( migren dan cluster headache) dan radang (arteritis temporalis) 
  • Gangguan terhadap otot-otot yang memiliki relasi dengan kepala, ibarat pada spondiloartrosis deformans servikalis. 
  • Penjalaran nyeri (reffererd pain) dari tempat mata (glaukoma, iritis), sinus (sinusitis), baseol kranii ( ca. Nasofaring), gigi geligi (pulpitis dan molar III yang mendesak gigi) dan tempat leher (spondiloartritis deforman servikalis. 
  • Ketegangan otot kepala, leher pundak sebagai manifestasi psikoorganik pada keadaan depresi dan stress. Dalam hal ini sakit kepala sininim dari pusing kepala.
Pathway

Pathway Chefalgia

D. MANIFESTASI KLINIS

a. Migren

Migren yaitu tanda-tanda kompleks yang memiliki karakteristik pada waktu tertentu dan serangan sakit kepala berat yang terjadi berulang-ulang. Penyebab migren tidak diketahui jelas, tetapi ini sanggup disebabkan oleh gangguan vaskuler primer yang biasanya banyak terjadi pada perempuan dan memiliki kecenderungan berpengaruh dalam keluarga.

Tanda dan tanda-tanda adanya migren pada serebral merupakan hasil dari derajat iskhemia kortikal yang bervariasi. Serangan dimulai dengan vasokonstriksi arteri kulit kepala dam pembuluh darah retina dan serebral. Pembuluh darah intra dan ekstrakranial mengalami dilatasi, yang menimbulkan nyeri dan ketidaknyamanan.

Migren klasik sanggup dibagi menjadi tiga fase, yaitu:

  • Fase aura. 
Berlangsung lebih kurang 30 menit, dan sanggup menawarkan kesempatan bagi pasien untuk memilih obat yang dipakai untuk mencegah serangan yang dalam. Gejala dari periode ini yaitu gangguan penglihatan ( silau ), kesemutan, perasaan gatal pada wajah dan tangan, sedikit lemah pada ekstremitas dan pusing. Periode aura ini berafiliasi dengan vasokonstriksi tanpa nyeri yang diawali dengan perubahan fisiologi awal. Aliran darah serebral berkurang, dengan kehilangan autoregulasi laanjut dan kerusakan responsivitas CO2.

  • Fase sakit kepala 
Fase sakit kepala berdenyut yang berat dan menjadikan tidak bisa yang dihungkan dengan fotofobia, mual dan muntah. Durasi keadaan ini bervariasi, beberapa jam dalam satu hari atau beberapa hari.

  • Fase pemulihan 
Periode kontraksi otot leher dan kulit kepala yang dihubungkan dengan sakit otot dan ketegangan lokal. Kelelahan biasanya terjadi, dan pasien sanggup tidur untuk waktu yang panjang.


b. Cluster Headache

Cluster Headache yaitu bentuk sakit kepal vaskuler lainnya yang sering terjadi pada pria. Serangan tiba dalam bentuk yang menumpuk atau berkelompok, dengan nyeri yang menyiksa didaerah mata dan menyebar kedaerah wajah dan temporal. Nyeri diikuti mata basah dan sumbatan hidung. Serangan berakhir dari 15 menit hingga 2 jam yang menguat dan menurun kekuatannya.

Tipe sakit kepala ini dikaitkan dengan dilatasi didaerah dan sekitar arteri ekstrakranualis, yang ditimbulkan oleh alkohol, nitrit, vasodilator dan histamin. Sakit kepala ini berespon terhadap klorpromazin.


c. Tension Headache

Stress fisik dan emosional sanggup menimbulkan kontraksi pada otot-otot leher dan kulit kepala, yang menimbulkan sakit kepala lantaran tegang. Karakteristik dari sakit kepala ini perasaan ada tekanan pada dahi, pelipis, atau belakang leher. Hal ini sering tergambar sebagai “beban berat yang menutupi kepala”. Sakit kepala ini cenderung kronik daripada berat. Pasien membutuhkan ketenangan hati, dan biasanya keadaan ini merupakan ketakutan yang tidak terucapkan. Bantuan simtomatik mungkin diberikan untuk memanaskan pada lokasi, memijat, analgetik, antidepresan dan obat relaksan otot.


E. DIAGNOSTIK
  1. CT Scan, menjadi gampang dijangkau sebagai cara yang gampang dan kondusif untuk menemukan kecacatan pada susunan saraf pusat. 
  2. MRI Scan, dengan tujuan mendeteksi kondisi patologi otak dan medula spinalis dengan memakai tehnik scanning dengan kekuatan magnet untuk menciptakan bayangan struktur tubuh. 
  3. Pungsi lumbal, dengan mengambil cairan serebrospinalis untuk pemeriksaan. Hal ini tidak dilakukan bila diketahui terjadi peningkatan tekanan intrakranial dan tumor otak, lantaran penurunan tekanan yang mendadak akhir pengambilan CSF. 

F. KOMPLIKASI
  1. Ruptur pembuluh darah otak 
  2. Kebutaan 

G. PENGOBATAN

1. Migren

a. Terapi Profilaksis
  • Menghindari pemicu 
  • Menggunakan obat profilaksis secara teratur Profilaksis: bukan analgesik, memperbaiki pengaturan proses fisiologis yang mengontrol aliran darah dan kegiatan system syaraf 
b. Terapi abortif

memakai obat-obat penghilang nyeri dan/atau vasokonstriktor Obat-obat untuk terapi abortif Analgesik ringan : aspirin (drug of choice), parasetamol
  • NSAIDS : Menghambat sintesis prostaglandin, agragasi platelet, dan pelepasan 5-HT. Naproksen terbukti lebih baik dari ergotamine. Pilihan lain : ibuprofen, ketorolak 
  • Golongan triptan 
1. Agonis reseptor 5-HT1D �� menimbulkan vasokonstriksi Menghambat pelepasan takikinin, memblok inflamasi neurogenik Efikasinya setara dengan dihidroergotamin, tetapi onsetnya lebih cepat

2. Sumatriptan oral lebih efektif dibandingkan ergotamin per oral
  • Ergotamin Memblokade inflamasi neurogenik dengan menstimulasi reseptor 5-HT1 presinapti. Pemberian IV dpt dilakukan untuk serangan yang berat 
  • Metoklopramid Digunakan untuk mencegah mual muntah. Diberikan 15-30 min sebelum terapi antimigrain, sanggup diulang sesudah 4-6 jam 
  • Kortikosteroid Dapat mengurangi inflamasi. Analgesik opiate. Contoh : butorphanol 
c. Obat untuk terapi profilaksis

1) Beta bloker Merupakan drug of choice untuk prevensi migraine. Contoh: atenolol, metoprolol, propanolol, nadolol. Antidepresan trisiklik Pilihan: amitriptilin, bisa juga: imipramin, doksepin, nortriptilin Punya imbas antikolinergik, dihentikan dipakai untuk pasien glaukoma atau hiperplasia prostat

2) Metisergid Merupakan senyawa ergot semisintetik, antagonis 5-HT2. Asam/Na Valproat sanggup menurunkan keparahan, frekuensi dan durasi pada 80% penderita migraine

3) NSAID Aspirin dan naproksen terbukti cukup efektif. Tidak disarankan penggunaan jangka panjang lantaran sanggup menimbulkan gangguan GI

4) Verapamil Merupakan terapi lini kedua atau ketiga

5) Topiramat Sudah diuji klinis, terbukti mengurangi insiden migrain


2. Sakit kepala tegang otot

a. Terapi Non-farmakologi
  1. Melakukan latihan peregangan leher atau otot pundak sedikitnya 20 hingga 30 menit, 
  2. perubahan posisi tidur, 
  3. pernafasan dengan diafragma atau metode relaksasi otot yang lain, 
  4. Penyesuaian lingkungan kerja maupun rumah : 
  • Pencahayaan yang sempurna untuk membaca, bekerja, memakai komputer, atau dikala menonton televise 
  • Hindari eksposur terus-menerus pada bunyi keras dan bising 
  • Hindari suhu rendah pada dikala tidur pada malam hari 
b. Terapi farmakologi

Menggunakan analgesik atau analgesik plus ajuvan sesuai tingkat nyeri Contoh : Obat-obat OTC ibarat aspirin, acetaminophen, ibuprofen atau naproxen sodium. Produk kombinasi dengan kafein sanggup meningkatkan imbas analgesic. Untuk sakit kepala kronis, perlu assesment yang lebih teliti mengenai penyebabnya, contohnya lantaran anxietas atau depresi. Pilihan obatnya yaitu antidepresan, ibarat amitriptilin atau antidepresan lainnya. Hindari penggunaan analgesik secara kronis memicu rebound headache

3. Cluster headache

Sasaran terapi : menghilangkan nyeri (terapi abortif), mencegah serangan (profilaksis) Strategi terapi : memakai obat NSAID, vasokonstriktor cerebral

a. Obat-obat terapi abortif:
  • Oksigen 
  • Ergotamin Dosis sama dengan takaran untuk migrain 
  • Sumatriptan 
b. Obat-obat untuk terapi profilaksis:
  • Verapamil 
  • Litium 
  • Ergotamin 
  • Metisergid 
  • Kortikosteroid 
  • Topiramat 

H. PROGNOSIS

Prognosis baik bila ditangani dengan cepat dan prognosis jelek bila penanganaanya lambat lantaran sanggup menimbulkan komplikasi yang akan semakin memperburuk kondisi pasien.


KONSEP KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

Data subyektif dan obyektif sangat penting untuk memilih perihal penyebab dan sifat dari sakit kepala.

  • Data Subyektif 
a. Pengertian pasien perihal sakit kepala dan kemungkinan penyebabnya.

b. Sadar perihal adanya faktor pencetus, ibarat stress.

c. Langkah – langkah untuk mengurangi tanda-tanda ibarat obat-obatan.

d. Tempat, frekwensi, contoh dan sifat sakit kepala termasuk tempat nyeri, usang dan interval diantara sakit kepala.

e. Awal serangan sakit kepala.

f. Ada tanda-tanda prodomal atau tidak

g. .Ada tanda-tanda yang menyertai.

h. Riwayat sakit kepala dalam keluarga (khusus penting sekali bila migren).

i. Situasi yang menciptakan sakit kepala lebih parah.

j. Ada alergi atau tidak.

  • Data Obyektif 
a. Perilaku : tanda-tanda yang memperlihatkan stress, kecemasan atau nyeri.

b. Perubahan kemampuan dalam melaksanakan aktifitas sehari – hari.

c. Terdapat pengkajian anormal dari sistem pengkajian fisik sistem saraf cranial.

d. Suhu badan

e. Drainase dari sinus.

Dalam pengkajian sakit kepala, beberapa butir penting perlu dipertimbangkan. Diantaranya ialah:

a. Sakit kepala yang terlokalisir biasanya berafiliasi dengan sakit kepala migrain atau gangguan organik.

b. Sakit kepala yang menyeluruh biasanya disebabkan oleh penyebab psikologis atau terjadi peningkatan tekanan intrakranial.

c. Sakit kepala migren sanggup berpindah dari satu sisi kesisi yang lain.

d. Sakit kepala yang disertai peningkatan tekanan intrakranial biasanya timbil pada waktu berdiri tidur atau sakit kepala tersebut membengunkan pasien dari tidur.

e. Sakit kepala tipe sinus timbul pada pagi hari dan semakin siang menjadi lebih buruk.

f. Banyak sakit kepala yang berafiliasi dengan kondisi stress.

g. Rasa nyeri yang tumpul, menjengkelkan, menghebat dan terus ada, sering terjadi pada sakit kepala yang psikogenis.

h. Bahan organis yang menimbulkan nyeri yang tetap dan sifatnya bertambah terus.

i. Sakit kapala migrain bisa menyertai mentruasi.sakit kepala bisa didahului makan kuliner yang mengandung monosodium glutamat, sodim nitrat, tyramine demikian juga alkohol.

j. Tidur terlalu lama, berpuasa, menghirup bau-bauan yang toksis dalam limngkungan kerja dimana ventilasi tidak cukup sanggup menjadi penyebab sakit kepala.

k. Obat kontrasepsi oral sanggup memperberat migrain.

l. Tiap yang ditemukan sekunder dari sakit kepala perlu dikaji.


DIAGNOSA KEPERAWATAN
  1. Nyeri b.d stess dan ketegangan, iritasi/tekanan saraf, vasospasme, peningkatan tekana intrakranial. 
  2. Koping individual tak efektif b.d situasi krisis, kerentanan personal, sistem pendukung tidak adequat, kelebihan beban kerja, ketidakadequatan relaksasi, metode koping tidak adequat, nyeri berat, ancaman berlebihan pada diri sendiri. 
  3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b.d kurang mengingat, tidak mengenal informasi, keterbatasab kognitif.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa. 1.

Nyeri b.d stess dan ketegangan, iritasi/tekanan saraf, vasospasme, peningkatan tekana intrakranial.

Intervensi:
  • Pastikan durasi/episode dilema , siapa yang telah dikonsulkan, dan obat dan/atau terapi apa yang telah digunakan 
  • Teliti keluhan nyeri, catat itensitasnya ( dengan skala 0-10 ), karakteristiknya (misal : berat, berdenyut, konstan) lokasinya, lamanya, faktor yang memperburuk atau meredakan. 
  • Catat kemungkinan patofisiologi yang khas, contohnya otak/meningeal/infeksi sinus, syok servikal, hipertensi atau trauma. 
  • Observasi adanya tanda-tanda nyeri nonverbal, seperi : ekspresi wajah, posisi tubuh, gelisah, menangis/meringis, menarik diri, diaforesis, perubahan frekuensi jantung/pernafasan, tekanan darah. 
  • Kaji relasi faktor fisik/emosi dari keadaan seseorang 
  • Evaluasi sikap nyeri 
  • Catat adanya dampak nyeri misalnya: hilangnya perhatian pada hidup, penurunan aktivitas, penurunan berat badan. 
  • Kaji derajat pengambilan langkah yang keliru secara pribadi dari pasien, ibarat mengisolasi diri. 
  • Tentukan gosip dari pihak kedua untuk pasien/orang terdekat, ibarat asuransi, pasangan/keluarga 
  • Diskusikan dinamika fisiologi dari ketegangan/ansietas dengan pasien/orang terdekat 
  • Instruksikan pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera bila nyeri itu timbul. 
  • Tempatkan pada ruangan yang agak gelap sesuai dengan indikasi. 
  • Anjurkan untuk beristirahat didalam ruangan yang tenang. 
  • Berikan kompres cuek pada kepala. 
  • Berikan kompres panans lembab/kering pada kepala, leher, lengan sesuai kebutuhan. 
  • Masase tempat kepala/leher/lengan bila pasien sanggup mentoleransi sentuhan. 
  • Gunakan teknik sentuhan yang terapeutik, visualisasi, biofeedback, hipnotik sendiri, dan reduksi stres dan teknik relaksasi yang lain. 
  • Anjurkan pasien untuk memakai pernyataan positif “Saya sembuh, saya sedang relaksasi, Saya suka hidup ini”. Sarankan pasien untuk menyadari obrolan eksternal-internal dan katakan “berhenti” atau “tunda” bila muncul pikiran yang negatif. 
  • Observasi adanya mual/muntah. Berikan es, minuman yang mengandung karbonat sesuai indikasi.

Diagnosa. 2.

Koping individual tak efektif b.d situasi krisis, kerentanan personal, sistem pendukung tidak adequat, kelebihan beban kerja, ketidakadequatan relaksasi, metode koping tidak adequat, nyeri berat, ancaman berlebihan pada diri sendiri.

Intervensi.
  • Dekati pasien dengan ramah dan penuh perhatian. Ambil laba dari kegiatan yang daoat diajarkan. 
  • Bantu pasien dalam memahami perubahan pada konsep gambaran tubuh. 
  • Sarankan pasien untuk mengepresikan perasaannya dan diskusi bagaimana sakit kepala itu mengganggu kerja dan kesenangan dari hidup ini. 
  • Pastikan dampak penyakitnya terhadap kebutuhan secual. 
  • Berikan informasi mengenai penyebab sakit kepala, penagnan, dan hasil yang diharapkan. 
  • Kolaborasi Rujuk untuk melaksanakan konseling dan/atau terapi keluarga atau kelas tempat pembinaan sikap asertif sesuai indikasi.

Diagnosa. 3.

Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b.d kurang mengingat, tidak mengenal informasi, keterbatasab kognitif.

Intervensi ;
  • Diskusikan etiologi individual dari saki kepala bila diketahui. 
  • Bantu pasien dalam mengidentifikasikan kemungkinan faktor predisposisi, ibarat stress emosi, suhu yang berlebihan, alergi terhadap makanan/lingkungan tertentu. 
  • Diskusikan perihal obat-obatan dan imbas sampingnya. Nilai kembali kebutuhan untuk menurunkan/menghentikan pengobatan sesuai indikasi 
  • Instruksikan pasien/orang terdekat dalam melaksanakan jadwal kegiatan/latihan , kuliner yang dikonsumsi, dan tindakan yang menimbukan rasa nyaman, seprti masase dan sebagainya. 
  • Diskusikan mengenai posisi/letak tubuh yang normal. 
  • Anjurkan pasien/orang terdekat untuk menyediakan waktu biar sanggup relaksasi dan bersenang-senang. 
  • Anjurkan untuk memakai kegiatan otak dengan benar, menyayangi dan tertawa/tersenyum. 
  • Sarankan pemakaian musik-musik yang menyenangkan. 
  • Anjurkan pasien untuk memperhatikan sakit kepala yang dialaminya dan faktor-faktor yang berafiliasi atau faktor presipitasinya. 
  • Berikan informasi tertulis/semacam catatan petunjuk 
  • Identifikasi dan diskusikan timbulnya resiko ancaman yang tidak faktual dan/atau terapi yang bukan terapi medis

DAFTAR PUSTAKA 
  1. Barbara C Long, 1996, Perawatan Medikal Bedah, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran, Bandung. 
  2. Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta. 
  3. Marlyn E. Doengoes, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untukPerencanaan & Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC, Jakarta. 
  4. Priguna Sidharta, 1994, Neurogi Klinis dalam Praktek Umum, Dian Rakyat, Jakarta. 
  5. Susan Martin Tucker, 1998, Standar Perawatan Pasien : Proses Perawatan, Diagnosa dan Evaluasi, Edisi V, Vol 2, EGC, Jakarta. 
  6. Sylvia G. Price, 1997, Patofisologi, konsep klinik proses – proses penyakit. EGC, Jakarta
Demikian Laporan Pendahuluan / LP Chefalgia Lengkap, silahkan did0wnl0ad bagi yang lagi membutuhkan dan semoga sanggup membantu sobat - sobat sejawat sekalian. terima kasih

Sumber http://bangsalsehat.blogspot.com