Tuesday, August 1, 2017

√ Laporan Pendahuluan Ca Nasofaring, Pdf Dan Doc

Teman sejawat sekalian dimanapun berada, pada postingan kali ini kami bagikan Laporan pendahuluan / LP Ca Nasofaring legkap dari mulai pegertian, fatopisiologi hingga daftar pustaka.

bagi teman - teman yang membutuhkan laporan pendahuluan Ca nasofaring untuk kebutuhan sebagai materi ataupun referensi pembuatan makalah, penyusunan askep Ca nasofaring disini kami sediakan file Ca nasofaring dalam bentuk doc dan pdf.

untuk mend0wnl0ad file laporan pendahuluan Ca nasofaring dalam bentuk doc dan pdf silahkan dibawah ini :


isi dari file laporan pendahuluan yang kami bagikan silahkan lihat dibawah ini :

Laporan Pendahuluan Ca Nasofaring

Pengertian Ca Nasofaring

Ca Nasofaring atau Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang tumbuh di tempat nasofaring dengan predileksi di fossa Rossenmuller dan atap nasofaring. Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas tempat kepala dan leher yang terbanyak ditemukan di Indonesia. (Efiaty & Nurbaiti, 2001)

Etiologi

Insidens karsinoma nasofaring yang tinggi ini dihubungkan dengan kebiasaan makan, lingkungan dan virus Epstein-Barr (Sjamsuhidajat, 1997). Selain itu faktor geografis, rasial, jenis kelamin, genetik, pekerjaan, kebiasaan hidup, kebudayaan, sosial ekonomi, bisul basil atau benalu juga sangat mempengaruhi kemungkinan timbulnya tumor ini. Tetapi sudah hampir sanggup dipastikan bahwa penyebab karsinoma nasofaring yakni virus Epstein-barr, sebab pada semua pasien nasofaring didapatkan titer anti-virus EEB yang cukup tinggi (Efiaty & Nurbaiti, 2001).

Tanda dan Gejala

Gejala karsinoma nasofaring sanggup dikelompokkan menjadi 4 bagian, yaitu antara lain :

1. Gejala nasofaring

Adanya epistaksis ringan atau sumbatan hidung.Terkadang tanda-tanda belum ada tapi tumor sudah tumbuh sebab tumor masih terdapat dibawah mukosa (creeping tumor)

2. Gangguan pada telinga

Merupakan tanda-tanda dini sebab tempat asal tumor erat muara tuba Eustachius (fosa Rosenmuller). Gangguan sanggup berupa tinitus, tuli, rasa tidak nyaman di indera pendengaran hingga rasa nyeri di indera pendengaran (otalgia)

3. Gangguan mata dan syaraf

Karena erat dengan rongga tengkorak maka terjadi penjalaran melalui foramen laserum yang akan mengenai saraf otak ke III, IV, VI sehingga dijumpai diplopia, juling, eksoftalmus dan saraf ke V berupa gangguan motorik dan sensorik.

Karsinoma yang lanjut akan mengenai saraf otak ke IX, X, XI dan XII kalau penjalaran melalui foramen jugulare yang sering disebut sindrom Jackson. Jika seluruh saraf otak terkena disebut sindrom unialteral. Prognosis buruk bila sudah disertai destruksi tulang tengkorak.

4. Metastasis ke kelenjar leher

Yaitu dalam bentuk benjolan medial terhadap muskulus sternokleidomastoid yang alhasil membentuk massa besar hingga kulit mengkilat. Hal inilah yang mendorong pasien untuk berobat.

Suatu kelainan nasofaring yang disebut lesi hiperplastik nasofaring atau LHN telah diteliti dicina yaitu 3 bentuk yang mencurigakan pada nasofaring menyerupai pembesaran adenoid pada orang dewasa, pembesaran nodul dan mukositis berat pada tempat nasofaring. Kelainan ini bila diikuti bertahun – tahun akan menjadi karsinoma nasofaring. (Efiaty & Nurbaiti, 2001 hal 147 -148).

Patofisiologi Ca nasofaring

Infeksi EBV terjadi pada dua tempat utama yaitu sel epitel kelenjar saliva dan sel limfosit. Virus Epstein-Barr bereplikasi dalam sel-sel epitel dan menjadi laten dalam limfosit B. Mula-mula, glikoprotein (gp350/220) pada kapsul EBV berikatan dengan protein CD21 (reseptor virus) di permukaan limfosit B. Masuknya EBV ke dalam DNA limfosit B mengakibatkan limfosit B menjadi imortal. Namun, mekanisme masuknya EBV ke dalam sel epitel nasofaring belum sanggup dijelaskan dengan pasti. Namun demikian, terdapat dua reseptor yang diduga berperan dalam masuknya EBV ke dalam sel epitel nasofaring yaitu CR2 dan PIGR (Polimeris Imunoglobin Receptor).6

Sel yang terinfeksi oleh EBV sanggup menimbulkan beberapa kemungkinan yaitu
  • sel yang terinfeksi EBV akan mati dan virus akan bereplikasi
  • EBV yang menginfeksi sel akan mati sehingga sel menjadi normal kembali
  • terjadi reaksi antara sel dan virus yang menjadikan transformasi/perubahan sifat sel menjadi ganas sehingga terbentutlah sel kanker.

Gen EBV yang diekspresikan pada penderita KNF yakni gen laten yaitu EBERs,EBNA1, LMP1, LMP2A dan LMP2B.6
  • Protein EBNA1 berperan dalam mempertahankan virus pada bisul laten.
  • Protein transmembran LMP2A dan LMP2B à menghambat sinyal tyrosine kinase yang dipercaya sanggup menghambat siklus litik virus.
  • Protein transmembran LMP1 (gen yang paling berperan dalam transformasi sel) menjadi mediator sinyal TNF (Tumor Necrosi Factor) dan meningkatkan regulasi sitokin IL-10 yang meningkatkan proliferasi sel B dan menghambat respon imun lokal.

Pathway nasofaring

Pathway Ca Nasofaring
Untuk Mend0wnl0ad Pathway Ca Nasofaring Doc dan Pdf DISINI

Pemeriksaan Penunjang

Untuk menegakkan diagnosis Ca Nasofaring maka akan dilakukan investigasi penunjang berupa
  1. Nasofaringoskopi
  2. Untuk diagnosis niscaya ditegakkan dengan Biopsi nasofaring sanggup dilakukan dengan dua cara yaitu dari hidung dan mulut. Dilakukan dengan anestesi topikal dengan Xylocain 10 %.
  3. Pemeriksaan CT-Scan tempat kepala dan leher untuk mengetahui keberadaan tumor sehingga tumor primer yang tersembunyi pun akan ditemukan.
  4. Pemeriksaan Serologi IgA anti EA dan IgA anti VCA untuk mengetahui bisul virus E-B.
  5. Pengerokan dengan kuret tempat lateral nasofaring dalam narkosis. (Efiaty & Nurbaiti, 2001 hal 148 - 149).

Penatalaksanaan Medis
  • Radioterapi merupakan pengobatan utama
  • Pengobatan suplemen yang diberikan sanggup berupa diseci leher ( benjolan di leher yang tidak menghilang pada penyinaran atau timbul kembali setelah penyinaran dan tumor induknya sudah hilang yang terlebih dulu diperiksa dengan radiologik dan serologik) , pemberian tetrasiklin, faktor transfer, interferon, kemoterapi, seroterapi, vaksin dan antivirus.
Pemberian ajuvan kemoterapi yaitu Cis-platinum, bleomycin dan 5-fluorouracil. Sedangkan kemoterapi praradiasi dengan epirubicin dan cis-platinum. Kombinasi kemo-radioterapi dengan mitomycin C dan 5-fluorouracil oral sebelum diberikan radiasi yang bersifat “RADIOSENSITIZER”.




Konsep Asuhan Keperawatan

Pengkajian
  1. Faktor herediter atau riwayat kanker pada keluarga misal ibu atau nenek dengan riwayat kanker payudara
  2. Lingkungan yang kuat menyerupai iritasi materi kimia, asap sejenis kayu tertentu.
  3. Kebiasaan memasak dengan materi atau bumbu masak tertentu dan kebiasaan makan masakan yang terlalu panas serta masakan yang diawetkan ( daging dan ikan).
  4. Golongan sosial ekonomi yang rendah juga akan menyangkut keadaan lingkungan dan kebiasaan hidup.
  5. Tanda dan tanda-tanda :
  • Aktivitas : Kelemahan atau keletihan. Perubahan pada referensi istirahat; adanya faktor-faktor yangmempengaruhi tidur menyerupai nyeri, ansietas. 
  • Sirkulasi : Akibat metastase tumor terdapat palpitasi, nyeri dada, penurunan tekanan darah, epistaksis/perdarahan hidung. 
  • Integritas ego : Faktor stres, problem wacana perubahan penampilan, menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, kehilangan kontrol, depresi, menarik diri, marah.
  • Eliminasi :Perubahan referensi defekasi konstipasi atau diare, perubahan eliminasi urin, perubahan bising usus, distensi abdomen.
  • Makanan/cairan : Kebiasaan diit buruk ( rendah serat, aditif, bahanpengawet), anoreksia, mual/muntah, verbal rasa kering, intoleransi makanan,perubahan berat badan, kakeksia, perubahan kelembaban/turgor kulit. 
  • Neurosensori : Sakit kepala, tinitus, tuli, diplopia, juling, eksoftalmus 
  • Nyeri/kenyamanan : Rasa tidak nyaman di indera pendengaran hingga rasa nyeri indera pendengaran (otalgia), rasa kaku di tempat leher sebab fibrosis jaringan jawaban penyinaran 
  • Pernapasan : Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang merokok), pemajanan 
  • Keamanan : Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan matahari usang / berlebihan, demam, ruam kulit. 
  • s3kualitas : Masalah secual contohnya dampak hubungan, perubahan pada tingkat kepuasan. 
  • Interaksi sosial : Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung

Diagnosa Keperawatan
  1. Nyeri berafiliasi dengan kompresi/destruksi karingan saraf
  2. Gangguan sensori persepsi berubungan dengan gangguan status organ sekunder metastase tumor
  3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berafiliasi dengan anoreksia, mual muntah sekunder kemoterapi radiasi
  4. Resiko bisul berafiliasi dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder imunosupresi
  5. Resti kerusakan integritas kulit berafiliasi dengan penurunan imunologi, imbas radiasi kemoterapi
  6. Resiko tinggi perubahan membran mukosa oral behubungan dengan imbas samping biro kemoterapi radiasi.
  7. Gangguan harga diri berhubugan dengan imbas samping radioterapi: kehilangan rambut
  8. Konstipasi/diare berafiliasi dengan iritasi mukosa GI sekunder kemoterapi
  9. Resiko terhadap perdarahan berafiliasi dengan gangguan sistem hematopoetik

Intervensi Keperawatan

Diagnosa. 1

Nyeri berafiliasi dengan kompresi/destruksi karingan saraf

Tujuan : rasa nyeri teratasi atau terkontrol

Kriteria hasil : mendemonstrasikan penggunaan ketrampilan relaksasi nyeri.

Intervensi :
  • Tentukan riwayat nyeri contohnya lokasi, frekuensi, durasi
  • Berikan tindakan kenyamanan dasar (reposisi, gosok punggung) dan acara hiburan.
  • Dorong penggunaan ketrampilan administrasi nyeri (teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi) musik, sentuhan terapeutik.
  • Evaluasi penghilangan nyeri atau kontrol
  • Kolaborasi : berikan analgesik sesuai indikasi contohnya Morfin, metadon atau adonan narkotik.

Diagnosa. 2

Gangguan sensori persepsi berubungan dengan gangguan status organ sekunder metastase tumor

Tujuan : bisa mengikuti keadaan terhadap perubahan sensori pesepsi

Kriteria hasil : mengenal gangguan dan berkompensasi terhadap perubahan

Intervensi :
  • Tentukan ketajaman penglihatan, apakah satu atau dua mata terlibat.
  • Orientasikan pasien terhadap lingkungan
  • Observasi tanda-tanda dan tanda-tanda disorientasi
  • Perhatikan wacana suram atau penglihatan kabur
  • Bicara dengan gerak verbal yang jelas
  • Bicara pada sisi indera pendengaran yang sehat

Diagnosa. 3

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berafiliasi dengan anoreksia, mual muntah sekunder kemoterapi radiasi

Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.

Kriteria hasil :
  • Melaporkan penurunan mual dan insidens muntah
  • Mengkonsumsi masakan dan cairan yang adekuat
  • Menunjukkan turgor kulit normal dan membran mukosa yang lembab
  • Melaporkan tidak adanya penurunan berat tubuh tambahan

Intervensi :
  • Sesuaikan diet sebelum dan sehabis pemberian obat sesuai dengan kesukaan dan toleransi pasien
  • Berikan dorongan higiene oral yang sering
  • Berikan antiemetik, sedatif dan kortikosteroid yang diresepkan
  • Pastikan hidrasi cairan yang adekuat sebelum, selama dan setelah pemberian obat, kaji masukan dan pengeluaran.
  • Pantau masukan masakan tiap hari.
  • Ukur TB, BB dan ketebalan kulit trisep (pengukuran antropometri)
  • Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori, kaya nutrien dengan masukan cairan adekuat.
  • Kontrol faktor lingkungan (bau dan panadangan yang tidak sedap dan kebisingan)

Diagnoa. 4

Resiko bisul berafiliasi dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder imunosupresi

Tujuan : tidak terjadi infeksi

Kriteria hasil :
  • Menunjukkan suhu normal dan tanda-tanda vital normal
  • Tidak menawarkan tanda-tanda inflamasi : edema setempat, eritema, nyeri.
  • Menunjukkan suara nafas normal, melaksanakan nafas dalam untuk menegah disfungsi dan bisul respiratori

Intervensi
  • Kaji pasienterhadap bukti adanya bisul :
  • Periksa tanda vital, pantau jumlah SDP, tempat masuknya patogen, demam, menggigil, perubahan respiratori atau status mental, frekuensi berkemih atau rasa perih dikala berkemih
  • Tingkatkan mekanisme basuh tangan yang baik pada staf dan pengunjung, batasi pengunjung yang mengalami infeksi.
  • Tekankan higiene personal
  • Pantau suhu
  • Kaji semua sistem (pernafasan, kulit, genitourinaria)

Diagnosa. 5

Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berafiliasi dengan penurunan imunologi, imbas radiasi kemoterapi

Tujuan : integritas kulit tetap terjaga

Kriteria hasil :

Menunjukkan perubahan yang minimal pada kulit dan menghindari stress berat pada area kulit yang sakit

Intervensi :
  • Kaji kulit dengan sering terhadap imbas samping kanker
  • Mandikan dengan memakai air hangat dan sabun ringan
  • Hindari menggosok atau menggaruk area
  • Anjurkan pasien untuk menghindari krim kulit apapun, bedak, salep apapun kecuali diijinkan dokter.
  • Hindarkan pakaian yang ketat pada aea tersebut
  • Oleskan vitamin A dan D pada area tersebut
  • Tinjau ulang imbas samping dermatologis yang dicurigai pada kemoterapi.

Diagnosa. 6

Resiko tinggi perubahan membran mukosa oral behubungan dengan imbas samping biro kemoterapi radiasi

Tujuan : tidak terjadi gangguan pada membran mukosa

Kriteria hasil :
  • Menunjukkan mukosa oral yang higienis dan utuh
  • Tidak menawarkan adanya ulserasi atau bisul pada rongga mulut
  • Melaporkan tidak adanya nyeri, kesulitan menelan dan dehidrasi
Intervensi :
  • Kaji kesehatangigi dan hihiene oral secara periodik
  • Kaji rongga verbal tiap hari, perhatikan perubahan pada integritas membran mukosa oral
  • Instruksikan mengenai perubahahn diet contohnya hindari masakan panas atau pedas, anjurkan penggunaan sedotan, mencerna masakan lembut atau diblender.
  • Pantau dan jelaskan tanda-tanda wacana superinfeksi oral
  • Mulai acara higiene oral : gunakan pencuci verbal dari salin hangat, larutan pelarut dari hidrogen peroksida, sikat dengan sikat gigi/benang gigi, pertahankan bibir lembab dengan pelumas bibir.

Diagnosa. 7

Gangguan harga diri berhubugan dengan imbas samping radioterapi: kehilangan rambut

Tujuan : gangguan harga diri teratasi

Kriteria hasil : Mengungkapkan perubahan gaya hidup wacana perasaan tidak berdaya, putus asa

Intervensi :
  • Tinjau ulang imbas samping yang diantisipasi berkenaan dengan pengobatan tertentu
  • Dorong diskusi tentang/pecahkan problem wacana imbas kanker
  • Akui kesulitan yang mungkin di alami
  • Evaluasi struktur pendukung yang ada dan dipakai oleh pasien /orang terdekat
  • Beri dukungan emosi untuk pasien/orang terdekat selama tes diagnostik dan fase pengobatan
  • Gunakan sentuhan selama interaksi

Diagnosa. 8

Konstipasi/diare berafiliasi dengan iritasi mukosa GI sekunder kemoterapi

Tujuan : gangguan defekasi tidak terjadi

Kriteria hasil : Mempertahankan konsistensi atau referensi defekasi umum

Intervensi :
  • Kaji bising usus, gerakan usus termasuk frekuensi, konsistensi.
  • Pantau masukan dna haluaran serta berat badan
  • Dorong masukan cairan adekuat, peningkatan serat diet, latihan
  • Pastikan diet yang tepat; hindari masakan tinggi lemak, masakan serat tinggi, kafein tinggi.
  • Periksa bisul bila tidak defekasi selama 3 hari atau distensi abdomen
  • Berikan cairan IV, biro antidiare, laksatif.

Diagnosa. 9

Resiko terhadap perdarahan berafiliasi dengan gangguan sistem hematopoetik

Tujuan : perdarahan sanggup teratasi

Kriteria hasil :
  • Tanda dan tanda-tanda perdarahan teridentifikasi
  • Tidak menawarkan adanya darah feses, urin atau emesis
  • Tidak menawarkan perdarahan gusi

Intervensi :
  • Kaji terhadap potensial perdarahan : pantau jumlah trombosit
  • Kaji terhadap perdarahan : petekhie, penurunan Hb Ht, perdarahan dari orifisium tubuh
  • Instruksikan cara-cara meminimalkan perdarahan : gunakan sikat gigi halus, hindari cairan pembilas verbal komersial, hindari masakan yang sulit dikunyah
  • Lakukan tindakan meminimalkan perdarahan : hindari mengukur suhu rektal, hindari suntikan IM, lembabkan bibir dengan petrolatum, mempertahankan masukan cairan
  • Gunakan pelunak feses atau tingkatkan serat dalam diet.S (Doenges, 2000).

Daftar Pustaka
  • Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001.
  • Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made Kariasa. Ed. 3. Jakarta : EGC;2000
  • Efiaty Arsyad Soepardi & Nurbaiti Iskandar. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2001
  • R. Sjamsuhidajat &Wim de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. Jakarta : EGC ; 1997
Demikian file laporan pendahuluan / LP Ca nasofaring kami bagikan. bagi yang berminat atau membutuhkan laporan pendahuluan baik dalam bentuk pdf maupun doc silahkan d0wnl0ad pada link yang telah kami sediakan.

Sumber http://bangsalsehat.blogspot.com