Laporan Pendahuluan / LP Kelainan jantung / gangguan Kardiovaskuler : Tetralogi Fallot lengkap - Untuk mend0wnl0ad Laporan Pendahuluan / LP Kelainan jantung / gangguan Kardiovaskuler : Tetralogi Fallot dalam bentuk PDF dan Ms.Word silahkan klik link dibawah ini :
- Laporan Pendahuluan / LP Kelainan jantung / gangguan Kardiovaskuler : Tetralogi Fallot dalam bentuk PDF
- Laporan Pendahuluan / LP Kelainan jantung / gangguan Kardiovaskuler : Tetralogi Fallot dalam bentuk Ms.Word
untuk membaca Laporan Pendahuluan / LP Kelainan jantung / gangguan Kardiovaskuler : Tetralogi Fallot Lengkap silahkan baca dibawah ini :
LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN KARDIOVASKULER: TETRALOGI FALLOT
DEFINISI
Adalah suatu penyakit kelainan jantung congenital dengan sianosis yang merupakan kombinasi dari 4 tanda-tanda utama yaitu:
- obstruksi ajaran ke luar dari bilik kanan (stenosis pulmonalis),
- cacat septum ventrikel,
- posisi sebelah kanan dari aorta dan
- hipertrofi ventrikel kanan bersama – sama membentuk tetralogi fallot.
ETIOLOGI
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak diketahui secara pasti. Diduga lantaran adanya faktor endogen dan eksogen. Faktor –factor tersebut antara lain :
Faktor Endogen
- Berbagai jenis penyakit genetik : Kelainan kromosom
- Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
- Adanya penyakit tertentu dalam keluarga menyerupai diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan
Faktor eksogen : Riwayat kehamilan ibu
- Sebelumnya ikut acara KB oral atau suntik, minum obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide, dextroamphetamine, aminopterin, amethopterin, jamu)
- Ibu menderita penyakit nanah : Rubella
- Pajanan terhadap sinar –X
Para jago beropini bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang terpisah menimbulkan penyakit jantung bawaan. Apapun sebabnya, pajanan terhadap faktor penyebab harus ada sebelum selesai bulan kedua kehamilan, oleh lantaran pada ahad ke delapan kehamilan pembentukan jantung janin sudah selesai.
PATOFISIOLOGI
Tetralogi fallot merupakan kelainan “Empat Sekawan“ yang terdiri dari defek septum ventrikel, overriding aorta, stenosis infundibuler dan hipertrofi ventrikel kanan. Secara anatomis bahwasanya tetralogi fallot merupakan suatu defek ventrikel subaraortik yang disertai deviasi ke anteriol septum infundibuler (bagian basal bersahabat dari aorta).
Devisiasi ini menimbulkan akar aorta bergeser ke depan (dekstroposisi aorta), sehinnga terjadi overriding aorta terhadap septum interventrikuler, stenosis pada penggalan infundibuler ventrikel kanan dan hipoplasia arteri pulmonal. Pada tetralogi fallot, overriding aorta biasanya tidak melebihi 50 %. Apabila overriding aorta melebihi 50 %, hendaknya dipikirkan kemungkinan adanya suatu outlet ganda ventrikel kanan. Devisiasi septum infindibuler ke arah anteriol ini bahwasanya merupakan penggalan yang paling esensial pada tetralogi fallot. Itulah sebabnya suatu defek septum ventrikel dan overriding aorta yang disertai stenosis pulmonal valvuler misalnya, tidak bisa disebut sebagai tetralogi fallot apabila tidak terdapat devisiasi septum infundibuler ke anteriol. Kadang-kadang tetralogi fallot disertai pada adanya septum antrium sekunder dan kelompok kelainan ini disebut sebagai tetralogi fallot
Betapapun tekanan dalam ventrilel kanan meninggi lantaran obstruksi infundibuler, tapi dengan adanya defek septum ventrikel pada tetralogi fallot, tempat didorong ke kiri masuk ke aorta, sehingga tekanan dalam ventrikel kanan, ventrikel kiri dan aorta relative menjadi sama. Itulah sebabnya mungkin mengapa pada tetralogi fallot jarang terjadi gagal jantung kongestif, berbeda dengan stenosis pulmonal yang berat tanpa disertai defek septum ventrikel, gagal jantung kongestif bisa saja melebihi tekanan sistemik Sianosis merupakan tanda-tanda tetralogi fallot yang utama. Berat ringanya sianosis ini tergantung dari severitas stenosis infindibuler yang terjadi pada tetralogi fallot dan arah pirau interventrikuler.
Sianosis sanggup timbul sejak lahir dan ini membuktikan adanya suatu stenosis pulmonal yang berat atau bahkan atresia pulmonal atau bisa pula sianosois timbul beberapa bulan kemudian pada stenosis pulmonal yang ringan. Sianosis biasanya berkembang perlahan-lahan dengan bertambahnya usia dan ini membuktikan adanya peningkatan hipertrofi infindibuler pulmonal yang memperberat obstruksi pada penggalan itu
Stenosis infindibuler merupakan beban tekanan berlebih yang kronis bagi ventrkel kanan, sehingga lama-lama ventrikel kanan mengalami hipertrofi. Disamping itu, dengan meningkatnya usia dan meningkatnya tekanan dalam ventrikel kanan, kolateralisasi aorta pulmonal sering tumbuh luas pada tetralogi fallot, melalui cabang-cabang mediastinal, brokhial, esophageal, subklavika dan anomaly arteri lainya. Kolateralisasi ini disebut MAPCA ( major aorta pulmonary collateral arteries ).
Pathway
Pathway Tetralogi Fallot |
MANIFESTASI KLINIS
- Sianosis muncul sehabis beberapa bulan : jarang tampak pada ketika lahir dan bertambah berat secara progresif
- Serangan hipersianotik
- Peningkatan frekuensi dan kedalaman pernafasan
- Sianosis akut
- Iritabilitas system syaraf pusat yang sanggup berkembang hingga lemah dan pingsan dan kesudahannya menimbulkan kejang, stroke dan selesai hidup (terjadi pada 35 % kasus)
- Jari badan ( Clubbing finger )
- Pada awalnya tekanan darah normal, sanggup meningkat sehabis beberapa tahun mengalami sianosis dan polisitemia berat
- Posisi jongkok klasik mengurangi ajaran balik vena dari ekstremitas bawah dan meningkatkan ajaran darah pulmoner dan oksigenisasi arteri sistemik
- Gagal tumbuh
- Anemia menimbulkan perburukan gejala
- Penurunan toleransi terhadap latihan
- Peningkatan dispneu
- Peningkatan frekuensi hiperpnea proksismal
- Asidosis
- Murmur ( sistolik dan continue )
- Posisi lutut atau kepala ke dada selama serangan atau sehabis latihan
KOMPLIKASI
Komplikasi dari gangguan ini antara lain :
- Penyakit vaskuler pulmonel
- Deformitas arteri pulmoner kanan
- Perdarahan hebat terutama pada anak dengan polistemia
- Emboli atau thrombosis serebri, resiko lebih tinggi pada polisistemia, anemia, atau sepsis
- Gagal jantung kongestif jikalau piraunya terlalau besar
- Oklusi dini pada pirau
- Hemotoraks
- Sianosis persisten
- Efusi pleura
- Trombosis Pulmonal
- Anemia relative
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akhir saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH. Pasien dengan Hg dan Ht normal atau rendah mungkin menderita defisiensi besi.
2. Radiologis
Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan ajaran darah pulmonal, tidak ada pembesaran jantung, citra khas jantung tampak apeks jantung terangkat sehingga menyerupai sepatu.
3. Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal
4. Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel kanan, penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan ajaran darah ke paru-paru
5. Kateterisasi
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek septum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan pulmonalis normal atau rendah.
PENATALAKSANAAN
Pada penderita yang mengalami serangan sianosis maka terapi ditujukan untuk memutus patofisiologi serangan tersebut, antara lain dengan cara :
1. Posisi lutut ke dada semoga ajaran darah ke paru bertambah
2. Morphine sulfat 0,1-0,2 mg/kg SC, IM atau IV untuk menekan pusat pernafasan dan mengatasi takipneu.
3. Bikarbonas natrikus 1 Meq/kg BB IV untuk mengatasi asidosis
4. Oksigen sanggup diberikan, walaupun sumbangan disini tidak begitu sempurna lantaran permasalahan bukan lantaran kekurangan oksigen, tetapi lantaran ajaran darah ke paru menurun. Dengan perjuangan diatas diharapkan anak tidak lagi takipnea, sianosis berkurang dan anak menjadi tenang. Bila hal ini tidak terjadi sanggup dilanjutkan dengan pemberian
5. Propanolol l 0,01-0,25 mg/kg IV perlahan-lahan untuk menurunkan denyut jantung sehingga seranga sanggup diatasi. Dosis total dilarutkan dengan 10 ml cairan dalam spuit, takaran awal/ bolus diberikan separohnya, bila serangan belum teratasi sisanya diberikan perlahan dalam 5-10 menit berikutnya
6. Ketamin 1-3 mg/kg (rata-rata 2,2 mg/kg) IV perlahan. Obat ini bekerja meningkatkan resistensi vaskuler sistemik dan juga sedative
7. Penambahan volume cairan badan dengan infus cairan sanggup efektif dalam penganan serangan sianotik. Penambahan volume darah juga sanggup meningkatkan curah jantung, sehingga ajaran darah ke paru bertambah dan ajaran darah sistemik membawa oksigen ke seluruh badan juga meningkat.
Lakukan selanjutnya
1. Propanolol oral 2-4 mg/kg/hari sanggup dipakai untuk serangan sianotik
2. Bila ada defisiensi zat besi segera diatasi 3. Hindari dehidrasi
Konsep Keperawatan
1. PENGKAJIAN
Data yang umum ditemukan pada pasien dengan tetralogi fallot adalah:
- Cyanosis menyeluruh atau pada membran mukosa bibir, lidah, konjungtiva. Sianosis juga timbul pada ketika menangis, makan, tegang, berendam dalam air --> sanggup perifer atau sentral.
- Dispnea biasanya menyertai aktifitas makan, menangis atau tegang/stress.
- Kelemahan, umum pada kaki.
- Pertumbuhan dan perkembangan tidak sesuai dengan usia.
- Digital clubbing
- Sakit kepala
- Epistaksis
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Resiko penurunan cardiac output b/d adanya kelainan structural jantung.
- Intolerans kegiatan b/d ketidakseimbangan pemenuhan O2 terhadap kebutuhan tubuh.
- Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d oksigenasi tidak adekuat, kebutuhan nutrisis jaringan tubuh, isolasi social.
- Resiko nanah b/d keadaan umum tidak adekuat.
3. RENCANA INTERVENSI
Diagnosa. 1
Resiko penurunan cardiac output b/d adanya kelainan structural jantung.
Tujuan: penurunan cardiac output tidak terjadi.
Kriteria hasil: tanda vital dalam batas yang sanggup diterima, bebas tanda-tanda gagal jantung, melaporkan penurunan episode dispnea, ikut serta dalam aktifitas yang mengurangi beban kerja jantung, urine output adekuat: 0,5 – 2 ml/kgBB.
Rencana intervensi dan rasional:
Intervensi | Rasional |
· Kaji frekuensi nadi, RR, TD secara teratur setiap 4 jam. · Catat suara jantung. · Kaji perubahan warna kulit terhadap sianosis dan pucat. · Pantau intake dan output setiap 24 jam. · Batasi aktifitas secara adekuat. · Berikan kondisi psikologis lingkungan yang tenang. | · Memonitor adanya perubahan sirkulasi jantung sedini mungkin. · Mengetahui adanya perubahan irama jantung. · Pucat menunjukkan adanya penurunan perfusi perifer terhadap tidak adekuatnya curah jantung. Sianosis terjadi sebagai akhir adanya obstruksi ajaran darah pada ventrikel. · Ginjal berespon untuk menurunkna curah jantung dengan menahan produksi cairan dan natrium. · Istirahat memadai diharapkan untuk memperbaiki efisiensi kontraksi jantung dan menurunkan komsumsi O2 dan kerja berlebihan. · Stres emosi menghasilkan vasokontriksi yangmeningkatkan TD dan meningkatkan kerja jantung. |
Diagnosa. 2
Intolerans kegiatan b/d ketidakseimbangan pemenuhan O2 terhadap kebutuhan tubuh.
Tujuan: Pasien akan menunjukkan keseimbangan energi yang adekuat.
Kriteria hasil: Pasien sanggup mengikuti aktifitas sesuai kemampuan, istirahat tidur tercukupi.
Rencana intervensi dan rasional:
Intervensi | Rasional |
· Ikuti contoh istirahat pasien, hindari sumbangan intervensi pada ketika istirahat. · Lakukan perawatan dengan cepat, hindari pengeluaran energi berlebih dari pasien. · Bantu pasien menentukan kegiatan yang tidak melelahkan. · Hindari perubahan suhu lingkungan yang mendadak. · Kurangi kecemasan pasien dengan memberi klarifikasi yang dibutuhkan pasien dan keluarga. · Respon perubahan keadaan psikologis pasien (menangis, sedih dll) dengan baik. | · Menghindari gangguan pada istirahat tidur pasien sehingga kebutuhan energi sanggup dibatasi untuk aktifitas lain yang lebih penting. · Meningkatkan kebutuhan istirahat pasien dan menghemat energi paisen. · Menghindarkan psien dari kegiatna yang melelahkan dan meningkatkan beban kerja jantung. · Perubahan suhu lingkungna yang mendadak merangsang kebutuhan akan oksigen yang meningkat. · Kecemasan meningkatkan respon psikologis yang merangsang peningkatan kortisol dan meningkatkan suplai O2. · Stres dan kecemasan besar lengan berkuasa terhadap kebutuhan O2 jaringan. |
Diagnosa. 3
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d oksigenasi tidak adekuat, kebutuhan nutrisis jaringan tubuh, isolasi social.
Tujuan: Pertumbuhan dan perembangan sanggup mengikuti kurca tumbuh kembang sesuai dengan usia.
Kriteria hasil: Pasien sanggup mengikuti tahap pertumbuhan dan perkembangan yang sesuia dengan usia, pasien terbebas dari isolasi social.
Rencana intervensi dan rasional:
Intervensi | Rasional |
· Sediakan kebutuhan nutrisi adekuat. · Monitor BB/TB, buat catatan khusus sebagai monitor. · Kolaborasi intake Fe dalam nutrisi. | · Menunjang kebutuhan nutrisi pada masa pertumbuhan dan perkembangan serta meningkatkan daya tahan tubuh. · Sebagai monitor terhadap keadaan pertumbuhan dan keadaan gizi pasien selama dirawat. · Mencegah terjadinya anemia sedini mungkin sebagi akhir penurunan kardiak output. |
Diagnosa. 4
Resiko nanah b/d keadaan umum tidak adekuat.
Tujuan: Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil: Bebas dari tanda – tanda infeksi.
Rencana intervensi dan rasional:
Intervensi | Rasional |
· Kaji tanda vital dan tanda – tanda nanah umum lainnya. · Hindari kontak dengan sumber infeksi. · Sediakan waktu istirahat yang adekuat. · Sediakan kebutuhan nutrisi yang adekuat sesuai kebutuhan. | · Memonitor tanda-tanda dan tanda nanah sedini mungkin. · Menghindarkan pasien dari kemungkinan terkena nanah dari sumber yang sanggup dihindari. · Istirahat adekuat membantu meningkatkan keadaan umum pasien. · Nutrisi adekuat menunjang daya tahan badan pasien yang optimal. |
DAFTAR PUSTAKA
- Arthur C. Guyton and John E. Hall ( 1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
- Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi
- Peneribit Buku Kedokteran EGC, Jakarta 3. Nelson (1993), Ilmu Kesehatan Anak: Textbook of Pediatrics Edisi 12, Buku kedokteran EGC, Jakarta.
- Sylvia A. Price (1995), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit Edisi 4, Buku kedokteran EGC, Jakarta.
- Wong and Whaley’s (1996), Clinical Manual of Pediatrics Nursing 4th Edition, Mosby-Year Book, St.Louis, Missouri.