Sunday, August 13, 2017

√ Askep Anak Dengan Kejang Demam


ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN

KEJANG DEMAM

1.      Konsep Dasar Medis
1.1  Pengertian
(1)      Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (lebih dari 38 oC) yang disebabkan oleh proses ekstra kranial (Ngastiyah, 1997 : 229).
(2)      Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada ketika suhu meningkat yang disebabkan oleh proses ekstra kranial                              (Saharso D, 1997 : 148).
1.2  Faktor Pencetus
Kejang demam pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan suhu tubuh yang tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh abses di luar susunansaraf sentra contohnya tonsilitis, bronkitis ( Ngastiyah,1997; 231).
1.3  Patofisiologi
       Pada keadaan demam kenaikan suhu 10c akan menimbulkan kenaikan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan o2 akan meningkat 20%. Kenakan suhu tubuh sanggup mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi ion k+ maupun Na+, melalui membran tersebut sehingga terjadi lepas muatan listrik, hal ini sanggup meluas ke seluruh sel maupun ke bembran sel sekitarnya dengan pertolongan neuron transmiter dan terjadilah kejang. Kejang yang berlangsung usang disertai dengan apnea, meningkatkan kebutuhan o2 dan energi untuk kontraksi otot skelet yang alhasil terjadi hipoksemia, hiperkapnea dll,selanjutnya menimbulkan metabolisme otak meningkat hingga terjadi kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang lama(Ngastiyah,1997;229)

1.4  Klasifikasi
(1)      Kejang demam sederhana.
-          Umur 6 bulan hingga 4 tahun.
-          Lama kejang tidak lebih 15 menit.
-          Kejang bersifat umum.
-          Kejang terjadi 16 jam pertama setelah timbulnya demam.
-          EEG normal 1 ahad setelah kejang.
-          Frekwensi bangkitan kejang dalam 1 tahun tidak melebihi 1 kali.       
(2)      Epilepsi yang diprofokasi oleh demam.
Semua kejang demam yang bukan kriteria diatas.
1.5  Diagnosa Banding
(1)      Meningitis.
(2)      Enchepalitis.
(3)      Abses otak.
1.6  Prognosa
Resiko yang akan dihadapi oleh seorang anak setelah menderita kejang demam tergantung dari faktor :
(1)      Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga.
(2)      Kelainan dalam perkembangan atau kelainan syaraf sebelum anak menderita kejang demam.
(3)      Kejang yang berlangsung usang atau kejang fokal.
Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor diatas maka dikemudian hari akan mengalami serangan kejang demam sekitar 13% dibanding bila hanya terdapat 1 atau tidak sama sekali, faktor diatas serangan kejang tanpa demam hanya 2-3 %.
1.7  Penatalaksanaan Medis
(1)      Memberantas kejang secepat mungkin.
Obat pilihan utama ialah Diazepam IV yaitu untuk menekan kejang        80-90 % takaran sesuai dengan BB kurang dari 10 kg 0,5-0,75 mg/BB, diatas 20 kg 0,5 mg/kg BB. Setelah suntikan pertama secara iv di tunggu 15 menit bila masih terdapat kejang diulangi suntikan ke dua dengan takaran yang sama secara iv kalau masih kejang maka di berikan lagi tapi secara im.
(2)      Pengobatan penunjang.
-          Semua pakaian dibuka.
-          Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi.
-          Usahakan jalan nafas bebas.
-          Penghisapan lendir teratur.
-          Fungsi TTV di observasi ketat, kalau adanya tekanan intra kranial yang meningkat dihentikan di berikan cairan dengan Na yang terlalu tinggi.
(3)      Pengobatan rumat.
-          Pengobatan profilaksis intermiten.
-          Pengobatan intermiten jangka panjang.
(4)      Mencari dan mengobati penyebab.
Secara akademis klien dengan kejang demam pertama kali sebaiknya dilakukan pungsi lumbal, pada klien yang diketahui kejang usang investigasi lebih intensif menyerupai pungsi lumbal, gula darah dll dan bila perlu rontgen foto thorak, EEG, enchephalografi.
1.8  Penatalaksanaan Keperawatan
Prinsip penatalaksanaan bila anak kejang
(1)      Segera hentikan kejang
(2)      Mencari penyebab
(3)      Cegah kejang berulang
Tindakan keperawatan:
(1)   Baringkan klien di daerah yang rata, kepala dimiringkan dan pasang sudip pengecap yang telah dibungkus kasa.
(2) Singkirkan benda-benda yang ada di sekitar klien, lepaskan pakaian yang    mengganggu pernafasan, contohnya : ikat pinggang, gurita.
1.9    Komplikasi
(1)      Lidah terluka/tergigit.
(2)      Apnea.
(3)      Depresi sentra pernafasan.
(4)      Retardasi mental.
(5)      Pneumonia aspirasi.
(6)      Status epileptikus.
2.      Konsep Dasar Askep
2.1  Pengkajian
(1)      Biodata
Umur biasanya 6 bulan hingga 4 tahun, jenis klelamin pria perempuan  2 : 1, kejadian tertinggi pada anak umur 2 ta hun.
(2)      Keluhan Utama
Kejang lantaran panas.
(3)      Riwayat Penyakit Sekarang
Lama kejang kurang dari 15 menit bersifat general dan terjadi dalam waktu 16 jam setelah demam.
(4)      Riwayat Penyaklit Dahulu
Perlu pengkajian untuk mengetahui adanya faktor penting terjadinya kejang demam antara lain : syok reaksi terhadap imunisasi dll.
(5)      Riwayat Penyakit Keluarga
Adanya keluarga yang menderita kejang demam.
(6)      Activity Dayli Life
-          Nutrisi
Klien akan mengeluh sensitif dengan masakan yang merangsang kegiatan kejang, kerusakan gigi, adanya hiperplasi ginggiva sebagai akhir imbas samping Dilantin.
-          Istirahat dan aktivitas
Klien cepat lelah, letih dan perubahan tonus otot. 
(7)      Pemeriksaan fisik
-          TTV
Penurunan kesadaran, peningkatan suhu tubuh, nadi, tensi dan respirasi.
-          Kepala
§  Mata : dilatasi pupil, kedipan kelopak mata, kepala dan mata menyimpang  ke satu sisi.
§  Wajah : sentakan wajah.
§  Mulut : produksi saliva berlebihan, bibir mengecap-ngecap.
-          Thorak
Penurunan gerakan pernafasan, apnea, tachipnea, kesulitan bernafas, jalan nafas tersumbat.
-          Ekstremitas
Gerakan sentakan, tepukan, menggaruk, perubahan tonus otot.
(8)      Pemeriksaan panunjang
-          Glukosa : hipoglikemia.
-          Ureum/kreatinin : meningkat.
-          Erytrosit : anemia aplastik.
-          Rontgen kepala.
-          Lumbal pungsi.: untuk memilih penyebab kejang ,apakah lantaran abses intra kranial/ bukan.
-          EEG.
-          MRI.
-          CT Scan.
2.2  Diagnosa Keperawatan (Susan Martin Tucker, 1998 : 483)
(1)      Peningkatan suhu tubuh berafiliasi dengan adanya pirogen yang mengacaukan termostat, dehidrasi.
(2)      Resiko terjadinya ketidakefektifan jalan nafas berafiliasi dengan kerusakan neuromuskuler obstruksi trancheobronchial.
(3)      Kurangnya pengetahuan keluarga berhubugan dengan misinterpretasi dan keterbatasan pengetahuan.
(4)      Resiko terjadinya syok berafiliasi dengan kelemahan, perubahan kesadaran.
(5)      Resiko injuri berafiliasi dengan perkembangan kognitif.
2.3  Perencanaan
(1)      Diagnosa I
-          Tujuan : suhu tubuh normal.
-          Kriteria hasil : suhu 365 – 375 oC.
-          Rencana tindakan :
§  Observasi TTV tiap 4 jam.
R /     Perubahan TTV khususnya peningkatan suhu tubuh mengidentifikasikan beratnya kejang.
§  Kompres masbodoh dan ajarkan keluarga cara mengompres.
R /     Pada kompres masbodoh terjadi perpindahan panas secara konduksi.
§  Berikan pakaian tipis yang menyerap keringat.
R /     Pakaian yang tipis membantu mempercepat pengeluaran panas.
§  Anjurkan  klien untuk banyak minum.
R /     Minum yang banyak mencegah terjadinya kehilangan cairan tubuh sehingga peningkatan suhu tubuh sanggup dicegah.
§  Kolaborasi pemberian antibiotik dan antipiretik.
R /     Antipiretik berfungsi untuk penurunan panas sedangkan antibiotik untuk mencegah infeksi.

(2)      Diagnosa II
-          Tujuan : mempertahankan kegiatan contoh nafas dengan jalan nafas yang bersih.
-          Kriteria hasil : respirasi normal 15 – 20 kali/menit, tidak ada retraksi otot.
-          Rencana tindakan :
§  Letakkan klien dalam posisi yang nyaman (miring, permukaan datar, miringkan kepala selama serangan kejang).
R /     Meningkatkan anutan skret, mencegah pengecap jatuh dan tersumbatnya kjalan nafas.
§  Longgarkan pakaian terutama pada leher, dada dan perut.
R /     Sebagai kemudahan sebagai perjuangan unuk bernafas.
§  Suction bila perlu.
R /      Menurunkan resiko aspirasi dan asfiksia.
§  Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
R /     Menurunkan hipoksia cerebral akhir dari sirkulasi yang menurunkan/oksigen skunder terhadap spasme selama serangan kejang.
(3)      Diagnosa III
-          Tujuan : Secara lisan klien sanggup mengungkapkan stimulasi yang sanggup meningkatkan kejang.
-          Kriteria hasil : Klien sanggup minum obat secara teratur.
-          Rencana tindakan :
§  Kaji pengobatan yang sudah dijalankan.
R /     Mengevaluasi keberhasilan pegobatan.
§  Diskusikan perihal imbas samping obat.
R /     Membantu mengetahui dan mengenal imbas samping yang terjadi sehingga sanggup menentukan  acara pengobatan lanjut.
§  Ajarkan pada ibu untuk pemberian obat anti kejang/ anti piretik sesuai acara medis.
R /     Meningkatkan pengetahuan dan kemandirian ibu daalam perawatan dan pengobatan.
§  Jelaskan/anjurkan pada keluarga unrtuk mngatasi terjadinya kejang.
R /     Keluarga sanggup melaksanakan tindakan awal dan menghindari kejang berkelanjutan.
§  Segera turunkan panas bila terjadi panas.
R /      Panas merupakan faktor predisposisi terjadinya kejang. 
4) Diagnosa IV
   - Tujuan : Secara lisan keluarga klien sanggup mengetahui faktor yang memungkinkan terjadinya syok
    - Kriteria hasil : Tidak terjadi injuri selama perawatan
Rencana tindakan
·         Jelaskan pada keluarga beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi kejang
R/  Informasi yang adekuat meningkatkan pengetahuan dan kemandirian
·         Jaga klien dari injuri dengan mem berikan pengaman pada sisi daerah tidur
R/ Mencegah terjadinya injuri
·         Tinggallah bersama klien selama fase kejang
R/ meningkatkan keamanan klien, mencegah terjadinya injuri atau trauma
5) Diagnosa V
-Tujuan : secara lisan keluarga klien sanggup mengetahui  faktor yang menimbulkan terjadinya gangguan perkembangan kognitif anak.
- Kriteria hasil : tidak terjadi gangguan perkembangan kognitif.
Rencana tindakan :
·         Cegah terjadinya kejang berulang
R/ Kejang yang terus menerus sanggup merusak sistem syaraf dan kemunduran mental
·         Lanjutkan kerja sama dengan tim medis
1 Diasepam / iv
2 Fenobarbital / im
R/ Diasepam atau fenobarbital sanggup mengurangi status konfulsion.


Sumber http://macrofag.blogspot.com