Friday, July 7, 2017

√ Laporan Pendahuan Ca (Karsinoma) Buli-Buli / Tumor Buli-Buli Lengkap, Download Pdf Dan Doc

Teman-teman perawat seluruh Indonesia, kali ini kami bagikan laporan pendahuluan Ca buli-buli lengkap yaitu tinjauan teori hingga konsep asuhan keperawatan wacana Ca buli-buli.

Bagi teman-teman yang membutuhkan laporan pendahuluan ca buli-buli, berarti kalian tiba pada halaman yang tepat, alasannya pada postingan kali ini kami coba share laporan pendahuluan ca buli-buli lengkap dengan format pdf dan doc.

Laporan pendahuluan buli-buli ini telah kami susun selengkap mungkin, sehingga memudahkan teman-teman dalam pembuatan kiprah keperawatan baik makalah maupun askep wacana ca buli-buli.

Untuk mendapat file laporan pendahuluan ca buli-buli dalam format pdf dan doc, telah kami sediakan link unduhan diakhir artikel ini :

Laporan Pendahuluan Ca Buli-buli


Pengertian

Ca buli-buli ialah tumor yang didapatkan dalam buli-buli.
      
Ca buli-buli ialah tumor atau karsinoma yang didapatkan dalam buli-buli (kandung kemih). Karsinoma buli-buli merupakan tumor superficial. Tumor ini usang kelamaan sanggup mengadakan infiltrasi ke lamina phopria, otot dan lemak perivesika yang kemudian menyebar pribadi ke jaringan sekitar (Basuki B. Purnomo, 2000).
      
Carsinoma sel skuamosa gross hematuria tanpa rasa sakit yaitu keluar air kencing warna merah secara terus menerus (ilmu keperawatan, 2007).

Ca buli-buli ialah tumor yang didapatkan dalam buli-buli atau kandung kemih (ilmu bedah, 2008).
      
Ca bulu-buli ialah tumor buli-buli yang sanggup berbentuk papiler, tumor non invasif (insitur), noduler (infiltratif) atau gabungan antara bentuk papiler dan infiltratif.
      
Dari beberapa pengertian diatas sanggup disimpulkan bahwa Karsinoma / Ca buli-buli ialah tumor yang didapatkan pada buli-buli atau kandung kemih yang akan terjadi gross hematuria tanpa rasa sakit  yaitu keluar air kencing warna merah terus.


Insiden

Yang paling sering dijangkiti kanker dari alat perkemihan ialah Buli-buli. Kanker Buli-buli terjadi tiga kali lebih banyak pada laki-laki dibandingkan pada wanita, dan tumor-tumor multipel juga lebih sering, kira-kira 25% klien memiliki lebih dari satu lesi pada satu kali dibentuk diagnosa. 


Klasifikasi

1. Staging dan klasifikasi

Klasifikasi DUKE-MASINA, JEWTT dengan modifikasi STRONG-MARSHAL untuk menentukan 
operasi atau observasi :

a. T = pembesaran local tumor primer, ditentukan melalui :

Pemeriksaan klinis, uroghrafy, cystoscopy, investigasi bimanual di bawah anestesi umum dan biopsy atau transurethral reseci.
  • Tis = carcinoma insitu (pre invasive Ca)
  • Tx = cara investigasi untuk memutuskan penyebaran tumor, tak sanggup dilakukan
  • To = tanda-tanda tumor primer tidak ada
  • T1. pada investigasi bimanual didapatkan masa yang bergerak
  • T2 = pada investigasi bimanual  ada indurasi daripada dinding buli-buli.
  • T3 = pada investigasi bimanual indurasi atau masa nodular yang bergerak bebeas sanggup diraba di buli-buli.
  • T3a = invasi otot yang lebih dalam
  • T3b= ekspansi lewat dinding buli-buli
  • T4 = Tumor sudah melewati struktur sebelahnya
  • T4a= tumor mengadakan invasi ke dalam prostate, uterus v@gin@
  • T4b= tumor sudah menempel pada dinding pelvis atau infiltrasi ke dalam abdomen. 

b. N = Pembesaran secara klinis untuk pemebesaran kelenjar limfe

investigasi kinis, lympgraphy, urography, operative
  • Nx = minimal yang ditetapkan kel. Lymfe regional tidak sanggup ditemukan
  • No = tanpa tanda-tanda pemebsaran kelenjar lymfe regional
  • N1 = pemebsaran tunggal kelenjar lymfe regional yang homolateral
  • N2 = pembesaran kontralateral atau bilateral atau kelenjar lymfe regional yang multiple
  • N3 = masa yang menempel pada dinding pelvis dengan rongga yang bebeas antaranya dan tumor
  • N4 = pemebesaran lkelenjar lymfe juxta regional

c. M = metastase jauh termasuk pemebesaran kelenjar limfe yang jauh

Pemeriksaan klinis , thorax foto, dan test biokimia
  • Mx = kebutuhan cara investigasi minimal untuk memutuskan adanya metastase jauh, tak sanggup dilaksanakan
  • M1 = adanya metastase jauh 
  • M1a= adanya metastase yang tersembunyi pada test-test biokimia
  • M1b= metastase tunggal dalam satu organ yang tunggal
  • M1c= metastase multiple dalam satu terdapat organ yang multiple
  • M1d= metastase dalam organ yang multiple

2. type dan lokasi

Type tumor didasarkan pada type selnya, tingkat anaplasia dan invasi.
  • efidermoid Ca, kira-kira 5% neoplasma buli-buli –squamosa cell., anaplastik, invasi yang dalam dan cepat metastasenya.
  • Adeno Ca, sangat jarang dan sering muncul pada bekas urachus
  • Rhabdomyo sarcoma, sering terjadi pada belum dewasa laki-laki (adolescent), infiltasi, metastase cepat dan biasanya fatal
  • Primary Malignant lymphoma, neurofibroma dan pheochromacytoma, sanggup mengakibatkan serangan hipertensi selama kencing
  • Ca dari pada kulit, melanoma, lambung, paru dan mamma mungkin mengadakan metastase ke buli-buli, invasi ke buli-buli oleh endometriosis sanggup terjadi.


Etiologi
  1. Pekerjaan : pekerja dipabrik kimia, laboratorium (senyawa amin aromatik)
  2. Perokok : rokok mengandung amin aromatik dan nitrosamin.
  3. Infeksi jalan masuk kemih : Escherichia sdfdf dan proteus yang menghasilkan karsinogen.
  4. Kopi : embel-embel buatan dan obat-obatan, untuk pemakaian jangka panjang sanggup meningkatkan resiko karsinoma buli-buli.


Patifisiologi

Sel tumor transisional invasi ke dinding kandung kemih. Invasi ke lamina propia dan merusak otot sebelum masuk ke lemak perivesikal dan organ lain lainnya. Penyebaran secara hematogen atau limfatogenous memperlihatkan metastasis tumor pada kelenjar limfe regional, paru, tulang dan hati.

Stadium (staging) tumor kandung kemih penting untuk memilih jadwal pengobatan. 

Klasifikasiny ialah sebagai berikut :
  • Ta : tumor terbatas pada epithelium.
  • Tis : karsinoma in situ
  • T1 : tumor hingga dengan lapisan subepitelium.
  • T2 : tumor hingga dengan lapisan otot superficial.
  • T3a : tumor hingga dengan otot dalam
  • T3b : tumor hingga dengan lemak perivesika.
  • T4 : tumor hingga dengan jaringan di luar kandung kemih : prostate, uterus, v@gin@,   dinding pelvis dan dinding abdomen.
Fathway Ca Buli-buli
Untuk mend0wnl0ad Fathway Ca Buli-buli format doc, DISINI



Gejala Klinis
  • Kencing campur dara yang intermitten
  • Merasa panas waktu kencing
  • Merasa ingin kencing
  • Sering kencing terutama malam hari dan pada fase selanjutnya sukar kencing
  • Nyeri suprapubik yang konstan
  • Panas tubuh dan merasa lemah
  • Nyeri pinggang alasannya tekanan saraf
  • Nyeri pda satu sisi alasannya hydronephrosis


Penatalaksanaan

a. Pemeriksaan penunjang

1. Laboratorium
  • Hb menurun oleh alasannya kehilangan darah, infeksi, uremia, gros atau micros hematuria
  • Lukositosis bila terjadi benjol sekunder dan terdapat pus dan basil dalam urine
  • RFT normal
  • Lymphopenia (N = 1490-2930)

2. Radiology
  • excretory urogram biasanya normal, tapi mungkin sanggup memperlihatkan tumornya.
  • Retrograde cystogram sanggup memperlihatkan tumor
  • Fractionated cystogram adanya invasi tomor dalam dinding buli-buli
  • Angography untuk mengetahui adanya metastase lewat pembuluh lymphe

3. Cystocopy dan biopsy
  • cystoscopy hamper selalu menghasilkan tumor
  • Biopasi dari pada lesi selalu dikerjakan secara rutin.

4. cystologi

Pengecatan sieman/papanicelaou pada sediment urine terdapat transionil cel daripada tumor

b. Terapi 

1. Operasi
  • reseci tranurethral untuk single/multiple papiloma
  • Dilakukan pada stage 0,A,B1 dan grade I-II-low grade
Total cystotomy dengan pegangkatan kel. Prostate dan urinary diversion untuk :
  • transurethral cel tumor pada grade 2 atau lebih
  • aquamosa cal Ca pada stage B-C

2. Radioterapy
  • Diberikan pada tumor yang radiosensitive ibarat undifferentiated pada grade III-IV dan stage B2-C.
  • RAdiasi diberikan sebelum operasi selama 3-4 minggu, takaran 3000-4000 Rads. Penderita dievaluasi selam 2-4 ahad dengan iinterval cystoscopy, foto thoraks dan IVP, kemudian 6 ahad sesudah radiasi direncanakan operasi. Post operasi radiasi tambahan 2000-3000 Rads selam 2-3 minggu.

3. Chemoterapi

Obat-obat anti kanker :
  • citral, 5 fluoro urasil
  • topical chemotherapy yaitu Thic-TEPA,  Chemotherapy merupakan paliatif. 5- Fluorouracil (5-FU) dan doxorubicin (adriamycin) merupakan materi yang paling sering dipakai. Thiotepa sanggup diamsukkan ke dalam Buli-buli sebagai pengobatan topikal. Klien dibiarkan menderita kehilangan cairan tubuh 8 hingga 12 jam sebelum pengobatan dengan theotipa dan obat diabiarkan dalam Buli-buli selama dua jam.

Prognosis

Penemuan dan investigasi dini, prognosisnya baik, tetapi bila sudah usang dan adanya metastesi ke organ lebih dalam dan lainnya prognosisnya jelek.


Komplikasi
  • Infeksi sekunder bil atumor mengalami ulserasi
  • Retensi urine bil atumor mengadakan invasi ke bladder neck
  • Hydronephrosis oleh alasannya ureter menglami oklusi


Konsep Asuhan Keperawatan

Pengkajian

a. Identitas

Yang paling sering dijangkiti kanker dari alat perkemihan ialah Buli-buli. Kanker Buli-buli terjadi tiga kali lebih banyak pada laki-laki dibandingkan pada wanita, dan tumor-tumor multipel juga lebih sering, kira-kira 25% klien memiliki lebih dari satu lesi pada satu kali dibentuk diagnosa. 

b. Riwayat keperawatan

Keluhan penderita yang utama ialah mengeluh kencing darah yang intermitten, merasa panas waktu kening. Merasa ingin kencing, sering kencing terutama malam hari dan pada fase selanjutnya sukar kencing, nyeri suprapubik yang konstan, panas tubuh dan merasa lemah, nyeri pinggang alasannya tekanan saraf, dan nyeri pada satu sisi alasannya hydronephrosis

c. Pemeriksaan fisik dan klinis

Inspeksi , tampak warna kencing campur darah, pemebesaran suprapubic bil atumor sudah bear.
Palpasi, teraba tumor 9masa) suprapubic, pmeriksaan bimaual teraba tumpr pada dasar buli-buli dengan pemberian general anestesi baik waktu VT atau RT.

d. Pemeriksaan penunjang

Lihat kosep dasar.


Diagnosa Keperawatan
  1. Cemas / takut berafiliasi dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan, sosio ekonomi, kiprah dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan dengan keluarga ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan, mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan tergantung, tidak adekuat kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik.
  2. Nyeri (akut) berafiliasi dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), imbas samping therapi kanker ditandai dengan klien mngatakan nyeri, klien sulit tidur, tidak bisa memusatkan perhatian, ekspresi nyeri, kelemahan.
  3. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berafiliasi dengan hipermetabolik yang berafiliasi dengan kanker, konsekwensi khemotherapi, radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa kecap, nausea), emotional distress, fatigue, ketidakmampuan mengontrol nyeri ditandai dengan klien menyampaikan intake tidak adekuat, hilangnya rasa kecap, kehilangan selera, berat tubuh turun hingga 20% atau lebih dibawah ideal, penurunan massa otot dan lemak subkutan, konstipasi, abdominal cramping.
  4. Kurangnya pengetahuan wacana penyakit, prognosis dan pengobatan berafiliasi dengan kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan sering bertanya, menyatakan masalahnya, pernyataan miskonsepsi, tidak akurat dalam mengikiuti intruksi/pencegahan komplikasi.
  5. Resiko tinggi kerusakan membran mukosa verbal berafiliasi dengan imbas samping kemotherapi dan radiasi/radiotherapi.
  6. Resiko tinggi kurangnya volume cairan berafiliasi dengan output yang tidak normal (vomiting, diare), hipermetabolik, kurangnya intake
  7. Resiko tinggi benjol berafiliasi dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh sekunder dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi, mekanisme invasif
  8. Resiko tinggi gangguan fungsi secual berafiliasi dengan deficit pengetahuan/keterampilan wacana alternatif respon terhadap transisi kesehatan, penurunan fungsi/struktur tubuh, dampak pengobatan.
  9. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berafiliasi dengan imbas radiasi dan kemotherapi, deficit imunologik, penurunan intake nutrisi dan anemia.


Intervensi Keperawatan

Diagnosa. 1

Cemas / takut berafiliasi dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan, sosio ekonomi, kiprah dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan dengan keluarga ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan, mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan tergantung, tidak adekuat kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik.

Tujuan :
  • Klien sanggup mengurangi rasa cemasnya
  • Rileks dan sanggup melihat dirinya secara obyektif.
  • Menunjukkan koping yang efektif serta bisa berpartisipasi dalam pengobatan.
Intervensi / Perencanaan


INTERVENSI
RASIONAL
a.       Tentukan pengalaman klien sebelumnya terhadap penyakit yang dideritanya.


b.      Berikan informasi wacana prognosis secara akurat.
c.       Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan rasa marah, takut, konfrontasi. Beri informasi dengan emosi masuk akal dan ekspresi yang sesuai.
d.      Jelaskan pengobatan, tujuan dan imbas samping. Bantu klien mempersiapkan diri dalam pengobatan.
e.       Catat koping yang tidak efektif ibarat kurang interaksi sosial, ketidak berdayaan dll.

f.       Anjurkan untuk membuatkan interaksi dengan support system.
g.      Berikan lingkungan yang hening dan nyaman.
h.      Pertahankan kontak dengan klien, bicara dan sentuhlah dengan wajar.

a.       Data-data mengenai pengalaman klien sebelumnya akan memperlihatkan dasar untuk penyuluhan dan menghindari adanya duplikasi.
b.      Pemberian informasi sanggup membantu klien dalam memahami proses penyakitnya.
c.       Dapat menurunkan kecemasan klien.



d.      Membantu klien dalam memahami kebutuhan untuk pengobatan dan imbas sampingnya.

e.       Mengetahui dan menggali contoh koping klien serta mengatasinya/memberikan solusi dalam upaya meningkatkan kekuatan dalam mengatasi kecemasan.
f.       Agar klien memperoleh dukungan dari orang yang terdekat/keluarga.
g.      Memberikan kesempatan pada klien untuk berpikir/merenung/istirahat.
h.      Klien mendapat kepercayaan diri dan keyakinan bahwa beliau benar-benar ditolong.


Diagnosa. 2

Nyeri (akut) berafiliasi dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), imbas samping therapi kanker ditandai dengan klien mngatakan nyeri, klien sulit tidur, tidak bisa memusatkan perhatian, ekspresi nyeri, kelemahan.

Tujuan :
  • Klien bisa mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas
  • Melaporkan nyeri yang dialaminya
  • Mengikuti jadwal pengobatan
  • Mendemontrasikan tehnik relaksasi dan pengalihan rasa nyeri melalui acara yang    mungkin
Intervensi / Perencanaan

        
INTERVENSI
RASIONAL
a.         Tentukan riwayat nyeri, lokasi, durasi dan intensitas
b.         Evaluasi therapi: pembedahan, radiasi, khemotherapi, biotherapi, ajarkan klien dan keluarga wacana cara menghadapinya
c.         Berikan pengalihan ibarat reposisi dan acara menyenangkan ibarat mendengarkan musik atau nonton TV
d.        Menganjurkan tehnik penanganan stress (tehnik relaksasi, visualisasi, bimbingan), gembira, dan berikan sentuhan therapeutik.

e.         Evaluasi nyeri, berikan pengobatan bila perlu.




f.          Diskusikan penanganan nyeri dengan dokter dan juga dengan klien
g.         Berikan analgetik sesuai indikasi ibarat morfin, methadone, narkotik dll
a.           Memberikan informasi yang diharapkan untuk merencanakan asuhan.
b.           Untuk mengetahui terapi yang dilakukan sesuai atau tidak, atau malah menimbulkan komplikasi.

c.           Untuk meningkatkan kenyamanan dengan mengalihkan perhatian klien dari rasa nyeri.

d.          Meningkatkan kontrol diri atas imbas samping dengan menurunkan stress dan ansietas.


e.           Untuk mengetahui efektifitas penanganan nyeri, tingkat nyeri dan hingga sejauhmana klien bisa menahannya serta untuk mengetahui kebutuhan klien akan obat-obatan anti nyeri.
f.            Agar terapi yang diberikan sempurna sasaran.

g.           Untuk mengatasi nyeri.
  

Diagnosa. 3

Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berafiliasi dengan hipermetabolik yang berafiliasi dengan kanker, konsekwensi khemotherapi, radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa kecap, nausea), emotional distress, fatigue, ketidakmampuan mengontrol nyeri ditandai dengan klien menyampaikan intake tidak adekuat, hilangnya rasa kecap, kehilangan selera, berat tubuh turun hingga 20% atau lebih dibawah ideal, penurunan massa otot dan lemak subkutan, konstipasi, abdominal cramping.

Tujuan :
  • Klien memperlihatkan berat tubuh yang stabil, hasil lab normal dan tidak ada tanda malnutrisi
  • Menyatakan pengertiannya terhadap perlunya intake yang adekuat
  • Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet yang berafiliasi dengan penyakitnya

Intervensi / Perencanaan

INTERVENSI
RASIONAL
a.         Monitor intake masakan setiap hari, apakah klien makan sesuai dengan kebutuhannya.
b.         Timbang dan ukur berat badan, ukuran triceps serta amati penurunan berat badan.
c.         Kaji pucat, penyembuhan luka yang lambat dan pembesaran kelenjar parotis.
d.        Anjurkan klien untuk mengkonsumsi masakan tinggi kalori dengan intake cairan yang adekuat. Anjurkan pula masakan kecil untuk klien.
e.         Kontrol faktor lingkungan ibarat wangi busuk atau bising. Hindarkan masakan yang terlalu manis, berlemak dan pedas.

f.          Ciptakan suasana makan yang menyenangkan contohnya makan bersama sahabat atau keluarga.
g.         Anjurkan tehnik relaksasi, visualisasi, latihan moderate sebelum makan.
h.         Anjurkan komunikasi terbuka wacana problem anoreksia yang dialami klien.
i.           Kolaboratif



j.           Amati studi laboraturium ibarat total limposit, serum transferin dan albumin
k.         Berikan pengobatan sesuai indikasi
l.           Phenotiazine, antidopaminergic, corticosteroids, vitamins khususnya A,D,E dan B6, antacida
m.       Pasang pipa nasogastrik untuk memperlihatkan masakan secara enteral, imbangi dengan infus.

a.         Memberikan informasi wacana status gizi klien.

b.         Memberikan informasi wacana penambahan dan penurunan berat tubuh klien.
c.         Menunjukkan keadaan gizi klien sangat buruk.

d.        Kalori merupakan sumber energi.




e.         Mencegah mual muntah, distensi berlebihan, dispepsia yang menimbulkan penurunan nafsu makan serta mengurangi stimulus berbahaya yang sanggup meningkatkan ansietas.
f.          Agar klien merasa ibarat berada dirumah sendiri.

g.         Untuk mengakibatkan perasaan ingin makan/membangkitkan selera makan.

h.         Agar sanggup diatasi secara bahu-membahu (dengan jago gizi, perawat dan klien).

i.           Untuk mengetahui/menegakkan terjadinya gangguan nutrisi sebagi akhir perjalanan penyakit, pengobatan dan perawatan terhadap klien.
j.           Membantu menghilangkan tanda-tanda penyakit, imbas samping dan meningkatkan status kesehatan klien.
k.         Mempermudah intake masakan dan minuman dengan hasil yang maksimal dan sempurna sesuai kebutuhan.


Diagnosa. 4

Kurangnya pengetahuan wacana penyakit, prognosis dan pengobatan berafiliasi dengan kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan sering bertanya, menyatakan masalahnya, pernyataan miskonsepsi, tidak akurat dalam mengikiuti intruksi/pencegahan komplikasi.

Tujuan :
  • Klien sanggup menyampaikan secara akurat wacana diagnosis dan pengobatan pada ting-katan siap.
  • Mengikuti mekanisme dengan baik dan menjelaskan wacana alasan mengikuti prosedur  tersebut.
  • Mempunyai inisiatif dalam perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam pengo-  batan.
  • Bekerjasama dengan pemberi informasi.

Intervensi / Perencanaan.

INTERVENSI
RASIONAL
a.         Review pengertian klien dan keluarga wacana diagnosa, pengobatan dan akibatnya.

b.         Tentukan persepsi klien wacana kanker dan pengobatannya, ceritakan pada klien wacana pengalaman klien lain yang menderita kanker.
c.         Beri informasi yang akurat dan faktual. Jawab pertanyaan secara spesifik, hindarkan informasi yang tidak diperlukan.
d.        Berikan bimbingan kepada klien/keluarga sebelum mengikuti mekanisme pengobatan, therapy yang lama, komplikasi. Jujurlah pada klien.
e.         Anjurkan klien untuk memperlihatkan umpan balik verbal dan mengkoreksi miskonsepsi wacana penyakitnya.
f.          Review klien /keluarga wacana pentingnya status nutrisi yang optimal.
g.         Anjurkan klien untuk mengkaji membran mukosa mulutnya secara rutin, perhatikan adanya eritema, ulcerasi.

h.         Anjurkan klien memelihara kebersihan kulit dan rambut.

a.         Menghindari adanya duplikasi dan pengulangan terhadap pengetahuan klien.

b.         Memungkinkan dilakukan pembenaran terhadap kesalahan persepsi dan konsepsi serta kesalahan pengertian.


c.         Membantu klien dalam memahami proses penyakit.


d.        Membantu klien dan keluarga dalam menciptakan keputusan pengobatan.



e.         Mengetahui hingga sejauhmana pemahaman klien dan keluarga mengenai penyakit klien.

f.          Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga mengenai nutrisi yang adekuat.

g.         Mengkaji perkembangan proses-proses penyembuhan dan tanda-tanda benjol serta dilema dengan kesehatan verbal yang sanggup mempengaruhi intake masakan dan minuman.
h.         Meningkatkan integritas kulit dan kepala.


Diagnosa. 5

Resiko tinggi kerusakan membran mukosa verbal berafiliasi dengan imbas samping kemotherapi dan radiasi/radiotherapi.

Tujuan :
  • Membrana mukosa tidak memperlihatkan kerusakan, terbebas dari inflamasi dan ulcerasi
  • Klien mengungkapkan faktor penyebab secara verbal.
  • Klien bisa mendemontrasikan tehnik mempertahankan/menjaga kebersihan rongga  mulut.

Intervensi / Perencanaan

INTERVENSI
RASIONAL
a.         Kaji kesehatan gigi dan verbal pada dikala pertemuan dengan klien dan secara periodik.

b.         Kaji rongga verbal setiap hari, amati perubahan mukosa membran. Amati tanda terbakar di mulut, perubahan suara, rasa kecap, kekentalan ludah.
c.         Diskusikan dengan klien wacana metode pemeliharan oral hygine.
d.        Intruksikan perubahan contoh diet contohnya hindari masakan panas, pedas, asam, hindarkan masakan yang keras.
e.         Amati dan jelaskan pada klien wacana tanda superinfeksi oral.


f.          Kolaboratif.

g.         Konsultasi dengan dokter gigi sebelum kemotherapi.

h.         Berikan obat sesuai indikasi, analgetik, topikal lidocaine,  antimikrobial mouthwash
i.           preparation.
j.           Kultur lesi oral.

a.         Mengkaji perkembangan proses penyembuhan dan tanda-tanda benjol memperlihatkan informasi penting untuk membuatkan planning keperawatan.
b.         Masalah dengan kesehatan verbal sanggup mempengaruhi pemasukan masakan dan minuman.


c.         Mencari alternatif lain mengenai pemeliharaan verbal dan gigi.
d.        Mencegah rasa tidak nyaman dan iritasi lanjut pada membran mukosa.


e.         Agar klien mengetahui dan segera memberitahu bila ada tanda-tanda tersebut.

f.           Meningkatkan kebersihan dan kesehatan gigi dan gusi.
g.         Tindakan/terapi yang sanggup menghilangkan nyeri, menangani benjol dalam rongga mulut/infeksi sistemik.
h.         Untuk mengetahui jenis kuman sehingga sanggup diberikan terapi antibiotik yang tepat.


Diagnosa. 6

Resiko tinggi kurangnya volume cairan berafiliasi dengan output yang tidak normal (vomiting, diare), hipermetabolik, kurangnya intake

Tujuan :
  • Klien memperlihatkan keseimbangan cairan dengan tanda vital normal, membran mukosa normal, turgor kulit bagus, capilarry ferill normal, urine output normal.

Intervensi / Perencanaan

INTERVENSI
RASIONAL
a.         Monitor intake dan output termasuk keluaran yang tidak  normal ibarat emesis, diare, drainase luka. Hitung keseimbangan selama 24 jam.
b.         Timbang berat tubuh jikalau diperlukan.

c.         Monitor vital signs. Evaluasi pulse peripheral, capilarry refil.


d.        Kaji turgor kulit dan keadaan membran mukosa. Catat keadaan kehausan pada klien.

e.         Anjurkan intake cairan samapi 3000 ml per hari sesuai kebutuhan individu.
f.          Observasi kemungkinan perdarahan ibarat perlukaan pada membran mukosa, luka bedah, adanya ekimosis dan pethekie.
g.         Hindarkan trauma dan tekanan yang berlebihan pada luka bedah.

h.         Kolaboratif

i.           Berikan cairan IV bila diperlukan.
j.           Berikan therapy antiemetik.
k.         Monitor hasil laboratorium : Hb, elektrolit, albumin

a.         Pemasukan oral yang tidak adekuat sanggup menimbulkan hipovolemia.



b.         Dengan memonitor berat tubuh sanggup diketahui bila ada ketidakseimbangan cairan.
c.         Tanda-tanda hipovolemia segera diketahui dengan adanya takikardi, hipotensi dan suhu tubuh yang meningkat berafiliasi dengan dehidrasi.
d.        Dengan mengetahui tanda-tanda kehilangan cairan tubuh sanggup mencegah terjadinya hipovolemia.

e.         Memenuhi kebutuhan cairan yang kurang.

f.          Segera diketahui adanya perubahan keseimbangan volume cairan.



g.         Mencegah terjadinya perdarahan.


h.         Memenuhi kebutuhan cairan yang kurang.
i.           Mencegah/menghilangkan mual muntah.
j.           Mengetahui perubahan yang terjadi.


Diagnosa. 7

Resiko tinggi benjol berafiliasi dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh sekunder dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi, mekanisme invasif

Tujuan :
  • Klien bisa mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam tindakan pecegahan infeksi
  • Tidak memperlihatkan tanda-tanda benjol dan penyembuhan luka berlangsung normal

Intervensi / Perencanaan

INTERVENSI
RASIONAL
a.         Cuci tangan sebelum melaksanakan tindakan. Pengunjung juga dianjurkan melaksanakan hal yang sama.
b.         Jaga personal hygine klien dengan baik.
c.         Monitor temperatur.

d.        Kaji semua sistem untuk melihat tanda-tanda infeksi.
e.         Hindarkan/batasi mekanisme invasif dan jaga aseptik prosedur.
f.          Kolaboratif.

g.         Monitor CBC, WBC, granulosit, platelets.
h.         Berikan antibiotik bila diindikasikan.

a.         Mencegah terjadinya benjol silang.



b.         Menurunkan/mengurangi adanya organisme hidup.
c.         Peningkatan suhu merupakan tanda terjadinya infeksi.
d.        Mencegah/mengurangi terjadinya resiko infeksi.
e.         Mencegah terjadinya infeksi.

f.          Segera sanggup diketahui apabila terjadi infeksi.
g.         Adanya indikasi yang terang sehingga antibiotik yang diberikan sanggup mengatasi organisme penyebab infeksi.

Diagnosa. 8

Resiko tinggi gangguan fungsi secual berafiliasi dengan deficit pengetahuan/keterampilan wacana alternatif respon terhadap transisi kesehatan, penurunan fungsi/struktur tubuh, dampak pengobatan.

Tujuan :
  • Klien sanggup mengungkapkan pengertiannya terhadap imbas kanker dan therapi terhadap  secualitas
  • Mempertahankan acara secual dalam batas kemampuan

Intervensi / Perencanaan

INTERVENSI
RASIONAL
a.         Diskusikan dengan klien dan keluarga wacana proses secualitas dan reaksi serta hubungannya dengan penyakitnya.
b.         Berikan advise wacana akhir pengobatan terhadap secualitasnya.
c.         Berikan privacy kepada klien dan pasangannya.  Ketuk pintu sebelum masuk.

a.         Meningkatkan ekspresi secual dan meningkatkan komunikasi terbuka antara klien dengan pasangannya.

b.         Membantu klien dalam mengatasi dilema secual  yang dihadapinya.

c.         Memberikan kesempatan bagi klien dan pasangannya untuk mengekspresikan perasaan dan impian secara wajar.


Diagnosa. 9

Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berafiliasi dengan imbas radiasi dan kemotherapi, deficit imunologik, penurunan intake nutrisi dan anemia.

Tujuan :
  • Klien sanggup mengidentifikasi intervensi yang berafiliasi dengan kondisi spesifik
  • Berpartisipasi dalam pencegahan komplikasi dan percepatan penyembuhan

Intervensi / Perencanaan.

INTERVENSI
RASIONAL
a.         Kaji integritas kulit untuk melihat adanya imbas samping therapi kanker, amati penyembuhan luka.

b.         Anjurkan klien untuk tidak menggaruk penggalan yang gatal.
c.         Ubah posisi klien secara teratur.

d.        Berikan advise pada klien untuk menghindari pemakaian cream kulit, minyak, bedak tanpa rekomendasi dokter.
a.         Memberikan informasi untuk perencanaan asuhan dan membuatkan identifikasi awal terhadap perubahan integritas kulit.
b.         Menghindari perlukaan yang sanggup mengakibatkan infeksi.
c.         Menghindari pengutamaan yang terus menerus pada suatu tempat tertentu.
d.        Mencegah trauma berlanjut pada kulit dan produk yang kontra indikatif


Daftar Pustaka

  • Black, Joyce M & Esther Matassarin-Jacobs.  1997. Medical Surgical Nursing : Clinical Management for Continuity of Care, Edisi 5, W.B. Saunders Company, Philadelphia
  • Carpenito, Lynda Juall.  2001.  Buku Saku Diagnosa Keperawatan.  EGC.  Jakarta.
  • Doenges, Marilyn E, et all.  1993.  Nursing Care Plans : Guidelines for Planning and Documenting Patient Care, Edition 3, F.A. Davis Company, Philadelphia. 
  • Gale, Danielle & Charette, Jane.  2000.  Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi.  EGC.  Jakarta.
  • Long, Barbara C.  1996.   Perawatan Medikal Bedah. Alih Bahasa: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran Bandung, Edisi 1, Yayasan IAPK Pajajaran, Bandung.
Untuk mend0wnl0ad laporan pendahuluan ca buli-buli diatas dalam format pdf dan doc, silahkan gunakan link unduhan dibawah ini :
Link Alternatif
Demikian laporan pendahuluan ca buli-buli lengkap, d0wnl0ad pdf dan doc kami bagikan, semoga bermanfaat dan terima kasih.

Sumber http://bangsalsehat.blogspot.com