Wednesday, July 26, 2017

√ Hakikat Insan Berdasarkan Islam, Pandangan Psikoanalisis, Behaviorisme, Kognitif, Dan Humanisme

Ketika Mencari pengertian hakikat insan melalui ilmu pengetahuan para hebat berusaha mendefinisikan sesuai dengan bidang kajian (Obyek Material) ilmu yang digelutinya dan sangat tergantung pada metodologi yang dipakai serta filosofi yang mendasari.

Ketika Mencari pengertian hakikat insan melalui ilmu pengetahuan para hebat berusaha mend √ Hakikat Manusia Menurut Islam, Pandangan Psikoanalisis, Behaviorisme, Kognitif, dan Humanisme


HAKIKAT MANUSIA DALAM FALSAFAT

Para penganut teori psikoanalisis menyebut insan sebagai homo volens (manusia berkeinginan). Menurut aliran ini Manusia yaitu makhluk yang mempunyai sikap interaksi antara komponen biologis (Id), psikologis (ego, dan sosial (Superego), di dalam diri insan terdapat unsur animal (hewan), rasional (akali(, dan moral (nilai).
Pandangan para penganut teori behaviorisme menyebut insan sebagai ilmu mekanicus (manusia mesin). behavior lahir sebagai reaksi terhadap intropeksionisme (aliran yang menganalisis jiwa insan menurut laporan subjektif) dan psikoanalisis (aliran yang berbicara wacana alam bawah sadar yang tidak tampak). behaviour menganalisis sikap yang nampak saja. Menurut aliran ini segala tingkah laris insan terbentuk sebagai hasil proses pembelajaran terhadap lingkungannya, tidak disebabkan aspek rasional dan emosionalnya.

Pandangan Para penganut teori kognitif menyebutkan insan sebagai Homo sapiens (manusia berpikir). Menurut aliran ini insan tidak lagi dipandang sebagai makhluk yang bereaksi secara pasif pada lingkungan, tetapi sebagai makhluk yang selalu berusaha memahami lingkungannya, makhluk yang selalu berpikir. penganut teori kognitif mengecam pendapat yang cenderung menganggap pikiran itu tidak nyata lantaran tampak tidak mempengaruhi peristiwa. padahal terpikir, memutuskan, menyatakan, memahami, dan sebagainya yaitu fakta kehidupan manusia.



Pandangan ara penganut teori humanisme menyebut insan sebagai homo ludens (manusia bermain). aliran ini mengecam psychoanalysis dan behaviorisme, lantaran keduanya tidak menghormati insan sebagai manusia. keduanya tidak sanggup menjelaskan eksistensi insan yang positif dan menentukan, menyerupai cinta, kreativitas, nilai, makna, dan pertumbuhan pribadi. Menurut humanisme insan berperilaku untuk mempertahankan, meningkatkan, dan mengaktualisasikan diri. Perdebatan mengenai Siapa insan dikalangan para ilmuwan terus berlangsung dan tidak menemukan satu komitmen yang tuntas. insan tetap menjadi misteri yang paling besar dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan hingga sekarang.



HAKIKAT MANUSIA MENURUT ISLAM


Konsep insan dalam Al Alquran dipahami dengan memperhatikan kata-kata yang saling menawarkan pada makna insan yaitu kata basyara, Insan, dan Al an-nas. Allah menggunakan konsep Basyar dalam al-quran sebanyak 37 kali salah satunya al-kahfi: 110 yaitu innama ana basyarun mistslukum ( Sesungguhnya saya ini hanya seorang insan menyerupai kamu). Konsep basyar selalu dihubungkan pada sifat-sifat biologis insan alasannya dari tanah liat atau lempung kering (al-Hijr:33; al-Rum:20), insan makan dan minum (al-Mu'mimun:33). Basyar yaitu makhluk yang hanya sekedar berada (being) yang statis menyerupai hewan.



Kata Insan dalam Alquran disebutkan sebanyak 65 kali di antaranya (al-alaq 5), yaitu: Allamal insaana maa lam ya'lam ( ia mengajarkan insan apa yang tidak diketahuinya). Konsep insan selalu dihubungkan pada sifat psikologis atau spiritual insan sebagai makhluk yang berpikir, diberi ilmu, dan memikul imanah (al-Ahzab:72). Insan yaitu makhluk yang menjadi (being) dan terus bergerak maju ke arah kesempurnaan.


Kata al-nas disebutkan sebanyak 240 kali,  seperti al-zumar:27, Walaqad dlarabna linnasi fi hadzal qurani min kulli matsal (Sesungguhnya telah kami buatkan bagi insan dalam Al Alquran ini setiap macam perempuan). Konsep al-nas menawarkan pada semua insan sebagai makhluk sosial secara kolektif. 

Demikian Alquran memandang insan sebagai makhluk biologis, psikologis, dan sosial. insan sebagai basyar tunduk pada takdir Allah sama dengan makhluk lain. insan sebagai insan dan al-nas bertalian dengan hembus roh allah yang mempunyai kebebasan dalam menentukan untuk tunduk atau menentang takdir Allah. Manusia mempunyai Fitrah dalam arti potensi, yaitu kelengkapan yang diberikan pada ketika dilahirkan ke dunia. potensi yang dimiliki insan sanggup dikelompokkan pada dua hal, yaitu potensi fisik dan potensi rohaniah.

Potensi potensi fisik insan telah dijelaskan pada penggalan yang kemudian sedangkan potensi rohaniah yaitu nalar qalbu dan nafsu nalar dalam pengertian bahasa Indonesia berarti pikiran atau rasio. Dalam Al Alquran nalar diartikan dengan kebijaksanaan intelegensi dan pengertian dengan demikian di dalam al-quran atau diletakkan bukan hanya pada ranah rasio tetapi juga rasa bahkan lebih jauh dari itu nalar diartikan sebagai hikmah atau bijaksana.

Al-qalb berasal dari kata qalaba yang berarti berubah, berpindah, atau berbalik. Musa asy'ari (1992) menyebutkan arti al-qalb dengan dua pengertian, yang pertama pengertian berangasan atau fisik, yaitu segumpal daging yang berbentuk bundar panjang terletak di dada sebelah kiri yang sering disebut dengan jantung. sedangkan arti yang kedua yaitu pengertian yang halus yang bersifat ketuhanan dan rohaniah yaitu hakikat insan yang sanggup menangkap segala pengertia,n berpengetahua, dan Arif.

Dengan demikian nalar dipakai insan dalam rangka memikirkan alam, sedangkan mengingat Tuhan yaitu aktivitas yang berpusat pada qalbu. keduanya merupakan kesatuan daya rohani untuk sanggup memahami kebenaran, sehingga insan sanggup memasuki, suatu kesadaran tertinggi yang bersatu dengan kebenaran Ilahi.

Adapun nafsu (bahasa Arab Al-Hawa dalam bahasa Indonesia sering disebut hawa nafsu) yaitu suatu kekuatan yang mendorong insan untuk mencapai keinginannya. dorongan-dorongan ini sering disebut dorongan primitif, lantaran sifatnya yang bebas tanpa mengenal baik dan buruk. Oleh lantaran itu nafsu sering disebut sebagai dorongan kehendak bebas. dengan nafsu insan sanggup bergerak dinamis dari suatu keadaan ke keadaan yang lain. kecenderungan nafsu yang bebas bila tidak terkendali sanggup mengakibatkan Manusia memasuki kondisi yang membahayakan dirinya. untuk mengendalikan nafsu insan menggunakan akalnya sehingga dorongan-dorongan tersebut sanggup menjadi kekuatan positif yang menggerakkan insan ke arah tujuan yang terperinci dan baik. semoga insan sanggup bergerak ke arah yang jelas, maka agama berperan untuk menawarkan jalan yang harus ditempuh nya. nafsu yang terkendali oleh nalar dan berada pada jalur yang ditunjukkan agama disebut nafsu Mutmainnah yang diungkapkan Al Alquran pada surat Al-Fajr: 27-30.
Dengan demikian insan ideal yaitu insan yang bisa menjaga fitrahnya dan bisa mengelola dan memajukan potensi akal, qalbu, dan nafsu nya secara harmonis.

HAKIKAT MANUSIA MENURUT PARA AHLI

Ibnu Sina yang populer dengan filsafat jiwanya menjelaskan bahwa insan yaitu makhluk sosial dan sekaligus makhluk ekonomi. Manusia yaitu makhluk sosial, Untuk penyempurnaan jiwa insan demi kebaikan hidupnya, Karena insan tidak bisa hidup dengan baik tanpa adanya orang lain. dengan kata lain insan gres bisa mencapai kepuasan yang memenuhi segala kepuasannya bila hidup berkumpul bersama manusia. Manusia yaitu makhluk ekonomi, lantaran ia selalu memikirkan masa depannya dan menyiapkan segala sesuatu untuk masa depannya, terutama mengenai barang atau bahan untuk kebutuhan jasmaninya. Hal ini dibuktikan dengan mengambil cerita adam yang diturunkan dari nirwana ke bumi lantaran ia memerlukan pangan dengan memakan buah khuldi.

Menurut pandangan Murtadha muthahhari Manusia yaitu makhluk serba dimensi. Dimensi pertama secara fisik insan hampir sama dengan hewan, membutuhkan makan, minum, istirahat, dan menikah, supaya ia sanggup hidup, tumbuh, dan berkembang. Dimensi kedua, insan mempunyai sejumlah emosi yang bersifat etis, yaitu ingin memperoleh keuntungan dan menghindari kerugian. Dimensi ketiga, insan mempunyai perhatian terhadap keindahan. Dimensi keempat, insan mempunyai dorongan untuk menyembah Tuhan. Dimensi kelima, insan mempunyai kemampuan dan kekuatan yang berlipat ganda, lantaran ia dikaruniai nalar pikiran dan kehendak bebas, sehingga ia bisa menahan hawa nafsu dan sanggup membuat keseimbangan dalam hidupnya. Dimensi keenam, insan bisa mengenal dirinya sendiri. bila ia sudah mengenal dirinya, maka ia akan mencari dan ingin mengetahui siapa penciptanya, mengapa ia diciptakan, dari apa ia diciptakan, bagaimana proses penciptaannya, dan untuk apa ia diciptakan.

Demikian ulasan artikel kami terkait dengan Hakikat Manusia Menurut Islam, Teori Psikoanalisis, Behaviorisme, Kognitif, dan Humanisme yang kami rangkum. Semoga bermanfaat dan terima kasih telah berkunjung di blog kami semoga bermanfaat.

Sumber: Zaimina, B.A, dan Afif, U. 2014. Buku Pedoman Pendidikan Agama Islam (PAI) Politeknik Negeri Jember. Absolute Media; Yogyakarta

Sumber http://www.galinesia.com