ASUHAN PERAWATAN PADA PASIEN NY. L DENGA DEEP VEIN THROMBOSIS (DVT)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
DVT (Deep Vein Thrombosis) ialah suatu kondisi dimana ada pembentukan gumpalan darah dalam sistem mendalam pembuluh darah. Ini mungkin bukan penyakit serius, tetapi pasien harus menyediakan dengan pengobatan segera untuk menghindari komplikasi serius di masa depan.
Trombosis vena dalam atau DVT biasanya muncul di kaki, paha, dan beberapa kepingan tubuh. Meskipun hanya bekuan darah yang terbentuk di dalam sistem individu, sanggup sepenuhnya atau sebagian darah aliran darah seseorang di dalam tubuh, yang sanggup mengakibatkan pembengkakan dan nyeri kronis. Hal ini juga sanggup merusak katup pembuluh darah ', yang akan memberi Anda kesulitan untuk mendapat sekitar. Bekuan darah yang terbentuk juga sanggup melaksanakan perjalanan dan istirahat gratis melalui organ utama lainnya menyerupai paru-paru dan jantung. Oleh lantaran itu, kondisi ini bukan biasa lantaran sanggup mengakibatkan simpulan hidup satu orang dalam waktu beberapa jam.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya DVT dan komplikasi yang ditimbulkan
2. Untuk mengetahui penanganan dari DVT.
C. Rumusan masalah
1. Bagaimana penyebab terjadinya DVT dan komplikasi yang di timbulkan
2. Bagaimana penanganan dari DVT.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
DVT ialah kondisi dimana bekuan darah dalam bentuk deep vein (vena dalam), biasanya di kaki. Ada dua tipe dari vena-vena di kaki; vena-vena superficial (dekat permukaan) dan vena-vena deep (yang dalam). Vena-vena superficial terletak sempurna dibawah kulit dan sanggup terlihat dengan gampang pada permukaan. Vena-vena deep, berlokasi dalam didalam otot-otot dari kaki. Darah mengalir dari vena-vena superficial ke dalam sistem vena dalam melalui vena-vena perforator yang kecil. Vena-vena superficial dan perforator mempunyai klep-klep (katup-katup) satu arah yang mengalirkan darah balik ke jantung ketika vena-vena ditekan atau ketika tubuh beraktivitas.
Bekuan darah (thrombus) dalam sistem vena dalam dari kaki bergotong-royong tidak berbahaya. Situasi menjadi mengancam nyawa ketika potongan dari bekuan darah terlepas (embolus, pleural=emboli), berjalan melalui jantung ke dalam sistem peredaran paru, dan menyangkut dalam paru. Diagnosis dan perawatan dari deep venous thrombosis (DVT) dimaksudkan untuk mencegah pulmonary embolism.
Bekuan-bekuan dalam vena-vena superficial tidak memaparkan ancaman yang mengakibatkan pulmonary emboli lantaran klep-klep vena perforator bekerja sebagai saringan untuk mencegah bekuan-bekuan memasuki sistem vena dalam. Mereka biasanya tidak berisiko mengakibatkan pulmonary embolism.
B. Klasifikasi
Klasifikasi umum DVT terbagi menjadi
1. Venous thromboembolism (VTE), yang terjadi pada pembuluh balik
2. Arterial thrombosis, yang terjadi pada pembuluh nadi
C. Etiologi
Pada dasarnya penyebab utama DVT belum jelas, namun ada 3 faktor yang dianggap penting dalam pembentukan bekuan darah, hal ini dihubungkan dengan :
1. Statis aliran darah
2. Abnormalitas dinding pembuluh darah
3. Gangguan mekanisme pembekuan
4. Statis vena terjadi bila aliran darah melambat, menyerupai pada gagal jantung dan syock ; ketika vena berdilatasi, sebagai jawaban terapi obat, dan bila kontraksi otot skeletal berkurang, menyerupai pada istirahat lama, paralysis ekstremitas atau anestesia. Tirah baring terbukti memperlambat aliran darah tungkai sebesar 50%. Kerusakan lapisan intima pembuluh darah membuat daerah pembentukan bekuan darah. Trauma eksklusif pada pembuluh darah, menyerupai pada fraktur atau dislokasi, penyakit vena dan iritasi materi kimia terhadap vena, baik jawaban obat atau larutan intra vena, semuanya sanggup merusak vena. Kenaikan koagubilitas terjadi paling sering pada pasien dengan penghentian obat ani koagulan secara mendadak. Kontrasepsi oral dan sejumlah besar diskrasia sanggup mengakibatkan hiperkoagulabilitas.
D. Tanda Dan Gejala
Ada beberapa kasus DVT yang bisa terjadi tanpa gejala. Jika Anda mempunyai tanda-tanda DVT tercantum di bawah ini dan mereka telah terjadi kepada Anda tiba-tiba, memanggil dokter Anda secepat mungkin ialah ilham yang baik. Berikut ialah tanda-tanda berikut DVT:
1. Pembengkakan kaki
2. Kelelahan kaki
3. Vena permukaan terlihat
4. Warna atau kulit merah
5. Kelembutan atau nyeri di kedua kakinya. Ini mungkin terjadi dikala Anda berjalan atau berdiri.
E. Penyebab Deep Vein Trombosis
1. DVT atau deep vein thrombosis terjadi ketika ada kehadiran pembentukan bekuan darah dalam pembuluh darah yang terletak di dalam otot tubuh seseorang. Ini biasanya terjadi di kaki, tetapi juga sanggup berkembang pada dada, lengan atau beberapa kepingan tubuh. DVT ialah kondisi umum yang dialami oleh banyak orang, tetapi hal ini sanggup berbahaya jikalau Anda akan mengabaikannya. Bekuan darah terbentuk di dalam pembuluh darah sanggup menghalangi sirkulasi darah tubuh Anda di otak, jantung, dan paru-paru. Menurut para ahli, penyebab utama mengapa beberapa orang mendapat DVT ialah lantaran mereka mempunyai sirkulasi darah yang jelek dalam tubuh mereka.
2. Selain penyebab DVT, ada juga beberapa faktor yang meningkatkan risiko untuk menyebarkan pengobatan vena dalam. Salah satu faktor tersebut ialah usia seseorang. Kebanyakan individu yang mempunyai usia 60 dan di atas mempunyai DVT. Faktor gaya hidup lain yang meningkatkan risiko DVT termasuk aktif atau duduk selama berjam-jam, berat tubuh ekstra, perjalanan panjang dengan kendaraan beroda empat atau penerbangan panjang pesawat, dan merokok.
F. Patofisiologi
DVT ialah peradangan pada dinding vena dan biasanya disertai pembentukan bekuan darah. Ketika pertama kali terjadi bekuan pada vena jawaban statis atau hiperkoagulabilitas, tanpa disertai peradangan maka proses ini dinamakan flebotrombosis. Trombosis vena sanggup terjadi pada semua vena, namun yang paling sering terjadi ialah pada vena ekstremitas . Gangguan ini sanggup menyerang baik vena superficial maupun vena dalam ungkai. Pada vena superficial, vena safena ialah yang paling sering terkena. Pada vena dalam tungkai, yang paling sering terkena ialah vena iliofemoral, popliteal dan betis.
Trombus vena tersusun atas agregat trombosit yang menempel pada dinding vena , disepanjang bangunan pemanis menyerupai ekor yang mengandung fibrin, sel darah putih dan sel darah merah. “Ekor “ sanggup tumbuh membesar atau memanjang sesuai arah aliran darah jawaban terbentuknya lapisan bekuan darah. Trombosis vena yang terus tumbuh ini sangat berbahaya lantaran sebagian bekuan sanggup terlepas dan menimbulkan oklusi emboli pada pembuluh darah paru. Fragmentasi thrombus sanggup terjadi secara impulsif lantaran bekuan secara alamiah bisa larut, atau sanggup terjadi sehubungan dengan peningkatan tekanan vena, menyerupai dikala berdiri tiba-tiba atau melaksanakan aktifitas otot setelah usang istirahat.
G. Komplikasi
Komplikasi dari DVT sangat umum, tetapi mereka bisa berbahaya dan harus dianggap serius. Jika ada bekuan darah terbentuk dalam pembuluh darah Anda, Anda mungkin menghadapi problem yang mengancam jiwa dan beberapa komplikasi DVT. Salah satu yang dikenal dan umum komplikasi DVT ialah pulmonary embolism. Ini terjadi jikalau bekuan telah sepenuhnya atau sebagian diblokir arteri paru-paru. Hal ini sanggup terjadi sempurna setelah pembentukan bekuan kaki atau hari kemudian setelah pembentukan bekuan darah di pembuluh darah dalam. Para jago menyatakan bahwa setidaknya sepuluh persen pasien dengan DVT mungkin mempunyai emboli paru.
DVT ialah kondisi yang tak boleh diambil untuk diberikan. Dengan mengetahui lebih lanjut perihal tanda-tanda dan gejala, penyebab dan komplikasi yang mungkin, orang akan sanggup memilih tindakan yang terbaik yang mereka sanggup mengambil dalam rangka untuk membebaskan diri dari kekhawatiran dibawa oleh kondisi tertentu.
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Venography, menyuntikan zat pewarna (dye) kedalam vena-vena untuk mencari thrombus, umumnya tidak dilakukan lagi dan telah lebih menjadi catatan kaki sejarah.
2. D-dimer ialah tes darah yang mungkin digunakan sebagai tes penyaringan (screening) untuk memilih apakah ada bekuan darah. D-dimer ialah kimia yang dihasilkan ketika bekuan darah dalam tubuh secara berangsur-angsur larut/terurai. Tes digunakan sebagai indikator positif atau negatif. Jika akhirnya negatif, maka tidak ada bekuan darah. Jika tes D-dimer positif, itu tidak perlu berarti bahwa deep vein thrombosis hadir lantaran banyak situasi-situasi akan mempunyai hasil positif yang diharapkan (contohnya, dari operasi, jatuh, atau kehamilan). Untuk alasannya itu, pengujian D-dimer harus digunakan secara selektif.
3. EKG ialah Elektrokardiogram (ECG atau EKG) ialah tes non-invasif yang digunakan untuk mencerminkan kondisi jantung yang mendasarinya dengan mengukur kegiatan listrik jantung. Dengan posisi lead (listrik sensing perangkat) pada tubuh di lokasi standar, isu perihal kondisi jantung yang sanggup dipelajari dengan mencari pola karakteristik pada EKG
I. Penatalaksanaan
Tujuan penanganan medis DVT ialah mencegah perkembangan dan pecahnya thrombus beserta risikonya yaitu embolisme paru dan mencegah tromboemboli kambuhan. Terapi antikoagulasi sanggup mencapai kedua tujuan tersebut. Heparin yang diberikan selama 10-12 hari dengan infus intermitten intravena atau infus berkelanjutan sanggup mencegah berkembangnya bekuan darah dan tumbuhnya bekuan baru. Dosis pengobatan diatur dengan memantau waktu tromboplastin partial (PTT). Empat hingga 7 hari sebelum terapi heparin intravena berakhir, pasien mulai diberikan antikoagulan oral. Pasien mendapat antikoagulan oral selama 3 bulan atau lebih untuk pencegahan jangka panjang.
Tidak menyerupai heparin, pada 50% pasien, terapi trombolitik, mengakibatkan bekuan mengalami dekompensasi da larut. Terapi trombolitik diberikan dalam 3 hari pertama setelah oklusi akut, dengan pemberian streptokinase, mokinase atau activator plasminogen jenis jaringan. Kelebihan terapi litik ialah tetap utuhnya katup vena dan mengurangi insidens sindrompasca flebotik dan insufisiensi vena kronis. Namun, terapi trombolitik menimbulkan insidens perdarahan sekitar tiga kali lipat disbanding heparin. PTT, waktu protrombin, hemoglobin, hematokrit, hitung trombosit dan tingkat fibrinogen pasien harus sering dipantau. Diperlukan observasi yang ketat untuk mendeteksi adanya perdarahan. Apabila terjadi perdarahan, dan tidak sanggup dihentikan, maka materi trombolitik harus dihentikan.
Penataksanaan Bedah. Pembedahan trombosis vena dalam (DVT) dibutuhkan bila : ada kontraindikasi terapi antikoagulan atau trombolitik, ada ancaman emboli paru yang terang dan aliran darah vena sangat terganggu yang sanggup menimbulkan kerusakan permanen pada ekstremitas. Trombektomi (pengangkatan trombosis) merupakan penanganan pilihan bila dibutuhkan pembedahan. Filter vena kava harus dipasang pada dikala dilakukan trombektomi, untuk menangkap emboli besar dan mencegah emboli paru.
Penatalaksanaan Keperawatan. Tirah baring, peninggian ekstremitas yang terkena, stoking elastik dan analgesik untuk mengurangi nyeri ialah pemanis terapi DVT. Biasanya dibutuhkan tirah baring 5 – 7 hari setelah terjadi DVT. Waktu ini kurang lebih sama dengan waktu yang dibutuhkan thrombus untuk menempel pada dinding vena, sehingga menghindari terjadinya emboli. Ketika pasien mulai berjalan, harus digunakan stoking elastik. Berjalan-jalan akan lebih baik daripada berdiri atau duduk lama-lama. Latihan ditempat tidur, menyerupai dorsofleksi kaki melawan papan kaki, juga dianjurkan. Kompres hangat dan lembab pada ekstremitas yang terkena sanggup mengurangi ketidaknyamanan sehubungan dengan DVT. Analgesik ringan untuk mengontrol nyeri, sesuai resep akan menambah rasa nyaman.
J. Pencegahan
Jika Anda mempunyai trombosis vena dalam sebelumnya, gumpalan di kemudian hari mungkin dicegah dengan:
1. Minum obat yang diresepkan dokter untuk mencegah atau mengobati gumpalan darah
2. Konsul ulang dengan dokter Anda untuk merubah obatan dan tes darah.
3. Jika bepergian lewat udara, bus atau kereta, jalan naik dan turun setiap beberapa jam.
4. Jika duduk, latih otot betis Anda dengan menarik jempol kaki Anda kearah lutut beberapa kali setiap jam.
5. Pertimbangkan untuk mengenakan stocking kompresi.
6. Tetap minum air (hindari kafein dan alkohol) dan gunakan pakaian longgar.
7. Sesudah operasi atau sakit, cobalah untuk turun daerah tidur dan bergerak segera setelah disarankan oleh dokter Anda. Minum obat untuk mencegah gumpalan darah menyerupai disarankan dokter setelah operasi.
BAB III
PEMBAHASAN
A. PENGKAJIAN
1. Aktifitas / Istirahat
a. Gejala : Tindakan yang memerlukan duduk atau berdiri lama
b. Imobilitas usang (contoh ; trauma orotpedik, tirah baring yang lama, paralysis, kondisi kecacatan)
c. Nyeri lantaran aktifitas / berdiri lama
d. Lemah / kelemahan pada kaki yang sakit
e. Tanda : Kelemahan umum atau ekstremitas
2. Sirkulasi
a. Gejala : Riwayat trombosis vena sebelumnya, adanya varises
b. Adanya factor penggerak lain , pola : hipertensi (karena kehamilan), DM, penyakit katup jantung
c. Tanda : Tachicardi, penurunan nadi perifer pada ekstremitas yang sakit. Varises dan atau pengerasan, gelembung / ikatan vena (thrombus). Warna kulit / suhu pada ekstremitas yang sakit ; pucat, dingin, oedema, kemerahan, hangat sepanjang vena
d. Tanda human positif
3. Makanan / Cairan
a. Tanda : Turgor kulit buruk, membran mukosa kering (dehidrasi, penggerak untuk hiperkoagulasi)
b. Kegemukan (pencetus untuk statis dan tahanan vena pelvis)
c. Oedema pada kaki yang sakit (tergantung lokasi)
4. Nyeri / Kenyamanan
a. Gejala : Berdenut, nyeri tekan, makin nyeri bila berdiri atau bergerak
b. Tanda: Melindungi ekstremitas kaki yang sakiy
5. Keamanan
a. Gejala : Riwayat cedera eksklusif / tidak eksklusif pada ekstremitas atau vena (contoh : fraktur, bedah ortopedik, kelahiran dengan tekanan kepala bayi usang pada vena pelvic, terapi intra vena)
b. Adanya keganasan (khususnya pancreas, paru, system GI)
c. Tanda: Demam, menggigil
6. Penyuluhan / Pembelajaran
a. Gejala : Penggunaan kontrasepsi / estrogen oral, adanya terapi antikoagulan (pencetus hiperkoagulasi)
b. Kambuh atau kurang teratasinya episode tromboflebitik sebelumnya
B. DIAGNOSA DAN PERENCANAAN KEPERAWATAN
1. Gangguan perfusi jaringan perifer b.d penurunan aliran darah / statis vena (obstruksi vena sebagian / penuh ), ditandai dengan : oedema jaringan, penurunan nadi perifer, pengisian kapiler, pucat, eritema
Hasil yang diharapkan :
a. Menunjukkan perbaikan perfusi yang dibuktikan oleh adanya nadi perifer / sama, warna kulit dan suhu normal, tidak ada odema.
b. Peningkatan sikap / tindakan yang meningkatkan perfusi jaringa
c. Menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktifitas
Intervensi Keperawatan :
a. Observasi ekstremitas, warna kulit, dan perubahan suhu juga oedema
b. Kaji ekstremitas, palpasi tegangan jaringan local, regangan kulit
c. Kaji tanda human
d. Tingkatkan tirah baring selama fase akut
e. Tinggikan kaki bila ditempat tidur atau duduk, secara periodic tinggikan kaki dan telapak kaki diatas tinggi jantung
f. Lakukan latihan aktif dan pasif sementara di daerah tidur. Bantu melaksanakan ambulasi secara bertahap.
g. Peringatkan pasien untuk menghindari menyilang kaki atau hiperfleksi lutut (posisi duduk dengan kaki menggantung atau berbaring dengan posisi menyilang)
h. Anjurkan pasien untuk menghindari pijatan / urut pada ekstremitas yang sakit
i. Dorong latihan nafas dalam
j. Tingkatkan pemasukan cairan hingga sedikitnya 2000 ml/hari dalam toleransi jantung
k. Kolaborasi : pemberian kompres hangat/basah atau panas pada ekstremitas yang sakit ; dan antikoagulan
l. Pantau investigasi laboratorium : masa protrombin (PT), masa tromboplastin partial (PTT), masa tromboplastin teraktifasi partial (APTT),; darah lengkap
m. Berikan derma kaus kaki elastik setelah fase akut, hati-hati untuk menghindari efek tornikuet
n. Siapkan intervensi bedah bila diindikasikan
2. Nyeri b.d penurunan sirkulasi arteri dan oksigenasi jaringan dengan produksi / akumulasi asam laktat pada jaringan atau inflamasi, ditandai dengan ; pasien menyampaikan nyeri, hati-hati pada kaki yang sakit, gelisah dan sikap distraksi.
Hasil yang diharapkan :
Nyeri hilang / terkontrol, menawarkan tindakan rileks, bisa tidur / istirahat dan meningkatkan aktifitas
Intervensi Keperawatan :
a. Kaji derajat nyeri, palpasi kaki dengan hati-hati
b. Pertahankan tirah baring selama fase akut
c. Tinggikan ektremitas yang sakit
d. Berikan ayunan kaki
e. Dorong pasien untuk sering mengubah posisi
f. Pantau tanda vital : catat peningkatan suhu
g. Kolaborasi : analgesik, antipiretik, pemberian kompres panas pada ekstremitas
3. Kurang pengetahuan perihal kondisi, acara pengobatan b.d kurang terpajan, kesalan interpretasi, tidak mengenal sumber informasi, kurang mengingat , ditandai dengan : minta informasi, pernyataan kesalahan konsep, tidak sempurna dalam mengikuti instruksi, terjadinya komplikasi yang sanggup dicegah.
Hasil yang diharapkan :
a. Menyatakan pemahaman proses penyakit, programpengobatan dan pembaasan
b. Berpartisipasi dalam proses belajar
c. Mengidentifikasi tanda dan tanda-tanda yang memerlukan penilaian medis
d. Melakukan mekanisme dengan benar dan menjelaskan alsan tindakan
Intervensi Keperawatan :
a. Kaji ulang patofisiologi kondisi dan tanda/gejala, kemungkinan komplikasi
b. Jelaskan tujuan pembatasan aktifitas dan kebutuhan keseimbangan aktifitas / tidur
c. Adakan latihan yang tepat
d. Selesaikan problem factor penggerak yang mungkin ada, pola : tindakan yang memerlukan berdiri /duduk lama, kegemukan, kontrasepsi oral, imobilisasi, dll
e. Identifikasi pencegahan keamanan, pola : penggunaan sikat gigi, pencukur jenggot, dll
f. Kaji ulang kemungkinan interaksi obat dan tekankan perlunya membaca label kandungan obat yang mungkin obat tersebut dijual bebas
g. Identifikasi efek obat antikoagulan
h. Tekankan pentingnya investigasi lab.
i. Dorong memakai kartu / gelang identifikasi
j. Anjurkan perawatan kulit ekstremitas bawah
k. Laporkan adanya lesi
C. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Pelaksanaan keperawatan diadaptasi dengan kebutuhan pasien yang bertolak ukur di perencanaan perawatan yang telah dibuat.
D. EVALUASI
1. Gangguan perfusi jaringan perifer teratasi ditandai dengan:
a. Menunjukkan perbaikan perfusi yang dibuktikan oleh adanya nadi perifer / sama, warna kulit dan suhu normal, tidak ada odema.
b. Peningkatan sikap / tindakan yang meningkatkan perfusi jaringa
c. Menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktifitas
2. Nyeri teratasi ditandai dengan: Nyeri hilang / terkontrol, menawarkan tindakan rileks, bisa tidur / istirahat dan meningkatkan aktifitas
3. Klien/keluarga mengetahui perihal kondisi, acara pengobatan ditandai dengan:
a. Menyatakan pemahaman proses penyakit, programpengobatan dan pembaasan
b. Berpartisipasi dalam proses belajar
c. Mengidentifikasi tanda dan tanda-tanda yang memerlukan penilaian medis
d. Melakukan mekanisme dengan benar dan menjelaskan alsan tindakan
|
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus
- Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1) Identitas Klien
a) Nama : Ny. L
b) Umur : 54 tahun
c) Jenis Kelamin : Perempuan
d) Agama : Islam
e) Pekerjaan : IRT
f) Suku bangsa : Sunda/Indonesia
g) Status perkawinan : Kawin
h) Alamat : Kp. Ciawitali RT 025/009, Jampang Kulon
i) Diagnosa medis : Anemia + CKD
j) No Rm/cm : 00092567
k) Tanggal masuk : 10 Februari 2018 Pukul 22.01 WIB
l) Ruangan : Korpri Melati Bawah
2) Identitas Penanggaung Jawab
a) Nama : Tn.S
b) Umur : 39 tahun
c) Jenis kelamin : Laki-laki
d) Pekerjaan : Buruh
e) Hub dengan klien : Suami
f) Alamat : SDA
- Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama : klien mengeluh lemas
b. Riwayat kesehatan sekarang :
Sebelum masuk rumah sakit klien mencicipi badannya lemas, jantung sering berdebar kencang, kaki kesemutan, penglihatan berkunang-kunang dan pusing. Kesemutan menyebar diseluruh kaki kanan dan kiri, kesemutan dan pusing bisa reda ketika diistarahatkann dengan berbaring dan bertambah ketika aktifitas berat.
c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien sebelumnya belum pernah dirawat, klien gres kini dirawat lantaran sakitnya dirasa semakin bertambah berat.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Menurut klien tidak ada yang mengalami penyakit yang sama dan juga tidak ada riwayat keturunan menyerupai penyakit Asma, diabetes melitus dan TBC.
- Data Biologis
No | Pola Kebiasaan | Sebelum Sakit | Sesudah Sakit |
1. | Pola makan dan minum | Makan : Makan 3x/hari, nasi biasa ditambah lauk pauk dan sayuran dengan jumlah 1 porsi dan tidak ada pantangan apapun. Minum : Minum 6-7 gelas/hari (± 1500 cc), jenis minuman air putih dan teh. | Makan : Makan 3x/hari, jumlah ¼ porsi, makan dengan diet jantung, nasi tim atau bubur. Keluhan : mual muntah Minum : Minum 7-8 gelas/hari (± 1500 cc), jenis minum air putih. |
2. | Pola Eliminasi | BAB : BAB 1-2x/hari konsistensi lembek warna kuning kecokelatan tidak ada keluhan dikala BAB. BAK : BAK 4-6/hari (± 1000 cc) warna kuning jernih tidak ada keluhan dikala BAK | BAB : Saat dikaji sudah 2 hari klien belum BAB. BAK : BAK klien 4-6x/hari warna kuning jernih, anyir khas, ±500 |
3 | Pola Istirahat dan Tidur | Tidur malam pukul 21.00 WIB – 05.00 WIB. Tidur siang dikala kadang-kadang. | Tidur malam pukul 21.00 WIB 05.00 WIB, tetapi sering terbangun lantaran klien merasa sesak napas. |
4 | Pola Personal Hygiene | Mandi 2x/hari, gosok gigi 2x/hari mencuci rambut 3x/hari. | Mandi 1x/hari dengan dilap dengan air hangat, gosok gigi 1x/hari, basuh rambut belum pernah. |
5 | Pola Aktivitas | Klien melaksanakan kegiatan dirumah berdikari dan aktif di keagamaan (Mesjid) | Klien berbaring saja, ADL dibantu mulai dari makan, minum, BAK dan BAB oleh keluarga dan perawat. |
- Pemeriksaan Fisik
a. Penampilan Umum : Klien tampak lemah dan lemas
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. Pemeriksaan TTV : TD : 120/80 mmHg S : 370C
N : 80x/menit R : 24x/menit
d. Pemeriksaan Persistem
1. Sistem Kardiovaskuler
Konjungtiva merah muda, mukosa bibir kering, terdapat murmur, tidak terdapat peningkatan vena jugularis (JVP), tidak terdapat clubbing finger, pada ferkusi ditemukan bunyi redup.
2. Sistem Pernapasan
Bentuk hidung simetris, tidak terdapat cuping hidung, tidak terdapat sekret, terpasang oksigen, napas cepat dan dangkal, pergerakan dada antara kanan dan kiri simetris, irama teratur, frekuensi 24x/menit.
3. Sistem Pencernaan
Bibir simetris, bibir tampakk kering, keadaan verbal dan gigi bersih, bising usus 8x/menit, perut buncit, lingkar perut 86 cm, tidak terdapat pembesaran hepar, tidak terdapat nyeri.
4. Sistem Persarafan
Tingkat kesadaran compos mentis, klien sanggup mengenal orang lain, waktu. Tes fungsi kranial :
N I : Klien sanggup membedakan wangi kayu putih dan kopi
NII : Klien sanggup membaca kartu nama perawat dalam jarak 30
cm
N III, N IV, N VI : Koordinasi gerakan mata baik ditandai klien sanggup menggerakkan bola matanya ke segala arah, kontraksi pupil terhadap cahaya positif ditandai dengan pupil mengecil ketika kontak dengan cahaya, diameter pupil kanan dan kiri 3 mm.
N V : Klien sanggup mencicipi sentuhan pada wajahnya, dikala
wajahnya disentuh oleh kapas
: Klien sanggup membuka matanya dengan impulsif
N VIII : Klien sanggup mendengar bunyi jarum jam
N IX, N X : Terdapat gerakan opula pada dikala mengucapkan kata “ah” dengan baik, reflek menelan baik.
N XI : Klien sanggup menggerakan kepala kesegala arah.
N XII : Klien sanggup menjulurkan pengecap
5. Sistem Perkemihan
Blass tidak teraba penuh dan tidak ada nyeri tekan.
6. Sistem Integumen
Warna kulit putih, kuku pendek, rambut berwarna putih, turgor kulit lambat terbukti tidak segera kembali pada dikala dicubit.
7. Sistem Muskuloskeletal
Ekstremitas atas : bentuk simetris, jumlah jari lengkap, sanggup menggerakan jari-jari sendiri, pergerakan bebas, pada ajun terpasang infusan, reflek bisep (+), reflek trisep (+) kekuatan otot 5 terbukti dengan ROM ekstremitas atas sanggup digerakkan ke segala arah.
Ekstremitas bawah : bentuk simetris, jumlahh jari lengkap, sanggup menggerakan jari-jari kaki, terdapat oedema pada kedua kaki, reflek babinski (-), reflek patella (+), kekuatan Otot 5 terbukti klien sanggup digerakkan ke segala arah.
8. Sistem Reproduksi
Tidak sanggup dikaji lantaran klien menolak, berdasarkan klien tidak ada kelainan pada alat genetalianya.
- Data Psikologis
a. Konsep diri
1. Body Image
Klien menyampaikan penyakitnya ini disebabkan lantaran kesibukan dan menimbulkan kecapean.
2. Ideal diri
Klien berharap penyakitnya cepat sembuh, dan kembali sehat menyerupai semula dan akan melaksanakan tugasnya kembali seorang kepala rumah tangga.
3. Peran
Klien menyampaikan kiprahnya di dalam keluarga sebagian ibu rumah tangga untuk mengurus anak dan ingin segera pulang.
4. Identitas klien
Status klien dalam keluarga sebagai seorang ibu.
- Data Sosial
Klien sanggup bersosialisasi dengan baik, kepada perawat, keluarga dan pasien lain.
- Data Spiritual
Klien beragama Islam dan meyakini adanya Tuhan YME, selama di RS klien tidak sanggup menjalankan ibadah menyerupai biasanya klien hanya berdo’a untuk kesembuhannya.
- Data Penunjang
a. Data Laboratorium
Tanggal 16 Februari 2018
No | Jenis Pemeriksaan | Hasil |
1 2 3 4 5 6 7 | Hemoglobin Leukosit Hematokrit Eritrosit Trombosit Ureum kreatinin | 9,1 17.200 29 3,2 245.000 72 2,42 |
Tanggal 14 Februari 2018
No | Jenis Pemeriksaan | Hasil |
1 2 | SGOT SGPT | 25 17 |
Tanggal 13 Februari 2017
No | Jenis Pemeriksaan | Hasil |
1 2 3 4 5 | PPT PPT Control APTT PTTK Control INR | 12,3 10,1 31,1 30,8 1,37 |
Tanggal 11 Februari 2018
No | Jenis Pemeriksaan | Hasil |
1 2 | Ureum Kreatinin | 194 11,59 |
B. Diagnosa Keperawatan (disesuaikan dengan SIMKEP RS)
C. Perencanaan Keperawatan (disesuaikan dengan SIMKEP RS)
D. Pelaksanaan Keperawatan (disesuaikan dengan SIMKEP RS)
E. Evaluasi (disesuaikan dengan SIMKEP RS)
DAFTAR PUSTAKA
Mackman N, Becker R (2010). DVT: a new masa in anticoagulant therapy. Arterioscler Thromb Vasc Biol.
Brunner & Suddarth (1997), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol 2, EGC, Jakarta
Marilyn E. Doenges, (1993), Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta
Sarwono, (1997), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 3, Jilid I, FKUI, Jakarta.