Thursday, May 10, 2018

√ Unsur-Unsur Pembangun Dalam Puisi

Puisi, berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, yakni ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Selain itu, puisi juga diartikan sebagai sajak atau gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan membangkitkan balasan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna khusus. Biasanya puisi dibentuk untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan si pengarang dengan mengutamakan keindahan kata-kata.


Menurut Indrawati (2009), puisi mempunyai beberapa karakteristik, di antaranya yakni sebagai berikut.



  1. Dalam puisi terdapat pemadatan semua unsur kekuatan bahasa.

  2. Dalam penyusunannya, unsur-unsur bahasa itu dirapikan, diperindah, dan diatur sebaik-baiknya dengan memerhatikan irama dan bunyi.

  3. Puisi mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair berdasarkan pengalamannya dan bersifat imajinatif.

  4. Bahasa yang digunakan bersifat konotatif.


Dari karakteristik puisi di atas sanggup disimpulkan bahwa puisi dibangun oleh unsur-unsur puisi yaitu unsur fisik dan unsur batin. Yang dimaksud dengan unsur fisik yakni unsur pembangun puisi yang sanggup dikenali pribadi oleh pembaca alasannya yakni sifatnya yang tersurat. Unsur fisik pembangun puisi mencakup majas, irama, rima, kata-kata konotasi, kata-kata berlambang, dan kata-kata konkret. Sementara itu, yang dimaksud dengan unsur batin yakni unsur pembangun puisi yang  yang tersembunyi di balik unsur-unsur fisik. Adapun yang termasuk dalam unsur batin puisi yakni tema, amanat, perasaan penyair, dan nada atau perilaku penyair terhadap pembaca.


Dengan demikian, unsur-unsur pembangun dalam puisi yakni sebagai berikut.


1. Majas


Majas merupakan salah satu unsur fisik pembangun dalam puisi yang sejatinya termasuk dalam gaya bahasa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan majas atau disebut juga dengan kiasan yakni cara melukiskan sesuatu dengan jalan menyamakannya dengan sesuatu yang lain. Para penyair banyak memakai majas dalam karya-karya pusinya dikarenakan majas mempunyai beberapa kelebihan, yaitu sebagai berikut.



  • Majas sanggup memperlihatkan kesenangan imajinatif.

  • Majas memperlihatkan imaji aksesori dalam puisi.

  • Majas membuat sesuatu yang abnormal dalam puisi menjadi lebih konkret.

  • Majas merupakan cara penyair mengekspresikan perasaan dan sikapnya.

  • Melalui majas, makna yang akan disampaikan menjadi lebih terkonsentrasikan.

  • Melalui majas, sesuatu sanggup disampaikan dengan tepat dengan bahasa yang singkat.


Terdapat macam-macam majas yang kerap digunakan dalam puisi yaitu majas perbandingan, majas pertentangan, majas perulangan, dan majas pertautan.


a. Majas perulangan


Macam-macam majas perulangan yang kerap digunakan dalam puisi di antaranya yakni sebagai berikut.



  • Repetisi yakni majas yang memakai kata, frasa atau klausa yang sama secara berulang. Contoh majas repetisi : Kau tiba dan pergi semaumu, tiba lagi, pergi lagi, tiba lagi pergi lagi,

  • Aliterasi yakni majas yang mengulang konsonan pada awal kata secara berurutan. Contoh majas aliterasi : Bukan beta bijak berperi (baris sajak karya Rustam Effendi)


b. Majas pertentangan


Macam-macam majas pertentangan yang kerap digunakan dalam puisi di antaranya yakni sebagai berikut.



  • Ironi yakni majas yang digunakan untuk menyembunyikan fakta yang bahwasanya dengan tujuan untuk memperlihatkan sindiran. Contoh majas ironi : Rumah ini rapi sekali hingga saya susah sekali untuk duduk.

  • Hiperbola yakni majas yang digunakan untuk mengungkapkan suatu kenyataan secara berlebihan sehingga menjadi tidak masuk akal. Contoh majas hiperbola : Air matanya terkuras habis menyesali kepergian kekasihnya.

  • Litotes yakni majas yang digunakan untuk mengungkapkan sesuatu fakta dengan cara mengecilkan fakta tersebut dengan tujuan untuk merendahkan diri. Contoh majas litotes : Jika berkenan, mampirlah ke gubuk kami sebentar.


c. Majas pertautan


Macam-macam majas pertautan yang kerap digunakan dalam puisi di antaranya yakni sebagai berikut.



  • Eufemisme yakni majas yang digunakan untuk mengungkapkan sesuatu secara lebih halus menggantikan ungkapan yang dirasa cukup kasar, merugikan, dan tidak menyenangkan. Contoh majas eufemisme : Tunanetra merupakan bentuk halus dari buta.

  • Sinekdoke yakni majas yang menyebutkan nama keseluruhan sebagai pengganti nama bab atau sebaliknya. Contoh majas sinekdoke : Kata-katanya menyakiti hatiku.

  • Metonimia yakni majas yang memakai nama benda atau yang lainnya untuk menyatakan sesuatu yang berkaitan dengan benda tersebut. Contoh majas metonimia : Peristiwa bangkrutnya Merpati memperlihatkan buruknya administrasi perusahaan itu.


d. Majas perbandingan


Macam-macam majas perbandingan yang kerap digunakan dalam puisi di antaranya yakni sebagai berikut.



  • Metafora adalah majas perbandingan yang dilakukan untuk mengungkapkan sesuatu dengan cara membandingkan dua hal yang berbeda secara implisit. Contoh majas metafora : Bunga desa itu pergi.

  • Alegori adalah majas perbandingan yang dilakukan untuk menyatakan sesuatu dengan cara kiasan atau penggambaran. Contoh majas alegori : Hidup kita bagaikan rollercoaster, kadang naik kadang turun.

  • Personifikasi adalah majas perbandingan yang menyematkan sifat-sifat insan pada benda tak bernyawa atau pandangan gres yang abstrak. Umumnya majas jenis ini digunakan untuk memperlihatkan gambaran serta gambaran yang konkret. Contoh majas personifikasi : Daun-daun berbisik ditiup angin.

  • Simile adalah majas perbandingan yang dilakukan untuk mengungkapkan sesuatu dengan cara membandingkannya dengan sesuatu yang lain yang dianggap sama secara eksplisit. Contoh majas simile : Wajahnya bersemu merah bagai buah delima.


2. Irama


Selain majas, yang termasuk unsur fisik pembangun dalam puisi yakni irama. Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan irama dalam konteks sastra sebagai ritme atau alunan yang tercipta oleh kalimat yang berimbang, selingan bangun kalimat, dan panjang pendek serta kemerduan suara (dalam prosa). Dengan demikian, yang dimaksud dengan irama dalam puisi berdasarkan Kosasih (2008) yakni pengulangan kata, frase, atau kalimat dalam bait-bait puisi. Adapun fungsi irama dalam puisi yakni membuat kata-kata menjadi lebih berjiwa atau bernyawa sehingga siapapun yang membaca atau mendengarkan puisi turut mencicipi apa yang dirasakan oleh penyair.


3. Rima


Rima berdasarkan Kosasih (2008) yakni pengulangan suara dalam puisi. Pengulangan ini ditujukan untuk membuat kegembiraan dan kesenangan atau euphony dan membawa suasana kesedihan atau cacophony. Terdapat aneka macam macam jenis rima yang dibedakan berdasarkan jenis dan letaknya. Berdasarkan jenisnya, rima dibedakan menjadi rima sempurna, rima tidak sempurna, rima mutlak, rima terbuka, rima tertutup, rima aliterasi, rima asonansi, dan rima disonansi. Sedangkan, berdasarkan letaknya rima dibedakan menjadi rima awal, rima tengah, rima akhir, rima tegak, rima datar, rima sejajar, rima berpeluk, rima bersilang, rima rangkai atau rima rata, rima kembar atau berpasangan, dan rima patah.


4. Kata-kata konotasi


Konotasi berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yakni tautan pikiran yang menimbulkan nilai rasa pada seseorang dikala berhadapan dengan sebuah kata. Konotasi juga diartikan sebagai makna yang ditambahkan pada makna denotasi. Dari beberapa puisi yang telah kita kenal sanggup disimpulkan bahwa pada umumnya penyair banyak memakai kata-kata yang mengandung makna kias atau konotasi. Misalnya, lelaki hijau mengandung makna lelaki yang masih muda dan belum punya banyak pengalaman.


5. Kata-kata berlambang


Jika kita cermati, puisi banyak memakai kata-kata berlambang yakni menggantikan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Terdapat aneka macam macam kata berlambang yang diadaptasi dengan sifatnya yakni lokal, kedaerahan, nasional atau universal. Misalnya, kata “kandang” yang merujuk pada rumah.


6. Kata konkret


Yang dimaksud dengan kata aktual dalam puisi yakni kata-kata yang secara denotatif sama namun secara konotatif mempunyai makna yang berbeda sesuai dengan situasi dan kondisi pemakaiannya. Kata-kata aktual ini bertujuan untuk membangkitkan daya imajinasi pembaca, dalam arti pembaca sanggup membayangkan apa yang dilukiskan oleh penyair melalui kata-kata yang digunakan oleh penyair dalam puisinya.


7. Tema


Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan tema sebagai pokok pikiran atau dasar dongeng (yang dipercakapkan, digunakan sebagai dasar mengarang, menggubah sajak, dan sebagainya). Tema dalam puisi mengacu pada pandangan gres atau gagaan penyair yang dituangkan dalam puisinya. Terdapat beberapa jenis tema puisi menyerupai tema ketuhanan, tema kemanusiaan, tema patriotism atau kebangsaan, tema kedaulatan rakyat, dan tema keadilan sosial (Waluyo, 1987 dalam Kosasih, 2008).


8. Amanat


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud amanat dalam konteks sastra secara umum yakni gagasan yang mendasari karya sastra. Selain itu, amanat juga dimaknai sebagai pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau pendengar. Dengan demikian, yang dimaksud dengan amanat dalam puisi yakni pesan-pesan yang ingin disampaikan oleh penyair.


9. Perasaan


Perasaan merupakan salah satu unsur batin pembangun puisi yang merujuk pada perasaan penyair. Seorang penyair umumnya mengekspresikan apa yang dirasakannya melalui rangkaian kata-kata dalam puisi. Perasaan ini sanggup berupa rasa gelisah, rindu, kesal, marah, atau pengagungan terhadap Tuhan, alam, dan sebagainya.


10. Nada


Nada yakni salah satu unsur pembangun dalam puisi yang merupakan perilaku penyair terhadap pembaca menyerupai menggurui, menasehati, mengejek, menyindir atau lugas. Nada ini dapa menimbulkan perasaan tertentu di hati pembaca. Nada biasanya terkait dengan tema dan perasaan.


Demikianlah ulasan singkat wacana unsur-unsur pembangun dalam puisi. Artikel lain yang sanggup dibaca dan berkaitan dengan puisi atau karya sastra lainnya di antaranya yakni perbedaan puisi dan sajak, jenis-jenis puisi, jenis jenis puisi lama, jenis jenis puisi baru, jenis jenis puisi kontemporer, jenis jenis sajak, macam-macam puisi gres berdasarkan isinya, macam-macam puisi gres berdasarkan bentuknya, contoh puisi singkat, contoh puisi usang mantra, contoh puisi beserta sinopsisnya, contoh puisi distikon, contoh puisi terzina, contoh puisi quatrain, contoh puisi soneta, contoh puisi romance, contoh puisi balada, dan contoh puisi elegi. Sekian dan terima kasih.



Sumber https://dosenbahasa.com