Kata globalisasi kalau ditelaah berasal dari kata globe yang bermakna dunia, maka secara harfiah globalisasi sanggup dikatakan sebagai proses mendunia. Sebagian pemikir beropini bahwa globalisasi merupakan sebuah proses kehidupan yang menghubungkan seluruh bangsa dan negara di dunia menuju ke sebuah tatanan kehidupan gres yang sanggup menghapus batas geografi, ekonomi dan sosial budaya. Akibatnya, sekarang globalisasi masuk dan mensugesti banyak sekali bidang kehidupan.
Derasnya arus globalisasi yang masuk ke banyak sekali bidang kehidupan merupakan hal yang tidak sanggup dihindari di abad yang serba modern ini. Pengaruh globalisasi berdampak di banyak sekali bidang baik faktual maupun negatif, contohnya dampak globalisasi di bidang ekonomi yang memunculkan kebebasan di pasar internasional dan akomodasi ekspor-impor sebagai dampak faktual serta memunculkan dampak negatif lain menyerupai acara impor yang melebihi ekspor. Dampak faktual tersebut tentu sangat baik dan bermanfaat, namun dampak negatif dari globalisasi perlu ditindak lanjuti lantaran sangat merugikan.
Sosial budaya merupakan salah satu bidang kehidupan yang tidak luput dari efek globalisasi. Globalisasi yang terjadi dalam bidang sosial budaya bekerjasama dengan proses sosialisasi serta proses silang budaya antar bangsa lintas negara. Tentu efek globalisasi ini memberi dampak faktual dan juga dampak negatif. Lalu menyerupai apa dampak faktual maupun negatif yang ditimbulkan globalisasi di bidang sosial budaya? Dalam artikel kali ini akan diulas secara lengkap mengenai dampak yang ditimbulkan oleh globalisasi di bidang sosial budaya, baik dampak faktual maupun dampak negatif.
Dampak Positif Globalisasi di Bidang Sosial Budaya
- Kemudahan dalam Pertukaran Budaya Internasional
Kemajuan teknologi dan pendidikan di abad globalisasi menjadi pemicu dalam pertukaran budaya di negara seluruh dunia. Kini kita sanggup melihat dan mempelajari kebudayaan dari seluruh dunia hanya melalui media internet tanpa harus pergi ke luar negeri. Mudahnya kanal bepergian ke luar negeri juga sanggup menjadi pemicunya, menyerupai orang dari luar negeri yang tiba ke Indonesia dan membawa serta kebudayaan dan kesenian dari negara asalnya. Orang tersebut sanggup memperkenalkan kebudayaan dan keseniannya ke masyarakat Indonesia dan kalau kebudayaan atau kesenian tersebut cocok dengan masyarakat Indonesia sanggup memicu terjadinya akulturasi budaya.
Pertukaran pelajar di dunia pendidikan juga sanggup menjadi media pertukaran dunia di seluruh dunia. Pelajar yang berkesempatan ke luar negeri sanggup mengajarkan kebudayaan atau kesenian dari negara asalnya, sekaligus mempelajari kebudayaan dan kesenian dari negara lain. Tentu hal semacam ini sanggup menawarkan dampak melek budaya bagi setiap orang dan sanggup menumbuhkan perilaku toleran antar umat manusia. Dengan adanya perilaku toleran tentu akan menumbuhkan rasa solidaritas antar bangsa di dunia.
- Menjunjung Tinggi Pelaksanaan HAM
Pemikiran masyarakat yang maju di abad globalisasi ini membuka pikiran akan kepedulian terhadap kasus-kasus kekerasan Hak Asasi Manusia (HAM) di banyak sekali belahan dunia, menyerupai masalah kekerasan di negara-negara afrika. Selain itu, pelbagai konflik di planet bumi yang dilatarbelakangi oleh perebutan wilayah dan sumber daya alam menjadi pemicu kepedulian dalam hal kemanusiaan, lantaran konflik-konflik tersebut memakan korban jiwa yang tidak sedikit. Hal ini mendorong solidaritas dari pelbagai negara untuk mewujudkan legalisasi HAM bagi seluruh insan di seluruh dunia tanpa terkecuali, baik di negara maju maupun negara berkembang. Hadirnya globalisasi seakan menghubungkan seluruh bangsa dan negara menuju ke sebuah tatanan kehidupan gres yang bercita-cita mewujudkan perdamaian dunia.
- Memicu Pembaharuan Kesenian
Hadirnya pelbagai tontonan dan hiburan gres yang lebih modern di abad globalisasi berimbas pada redupnya kesenian-kesenian tradisional, khususnya kesenian di Indonesia. Minat masyarakat yang menurun disebabkan oleh efek budaya luar yang lebih diminati dan kebosanan masyarakat akan hiburan tradisional di Indonesia. Tentu hal ini menjadi dilema besar bagi pelaku kesenian di Indonesia lantaran perlahan sanggup mematikan acara seni tradisional di Indonesia. Namun demikian, redupnya eksistensi kesenian tradisional di Indonesia menjadi pemicu bagi beberapa pelaku seni di Indonesia untuk melaksanakan pembaharuan bagi kesenian tradisional di Indonesia.
Pembaharuan kesenian pun sangat beragam, tergantung dari siapa pelakunya, contohnya musik gamelan yang dipadukan dengan musik modern atau orkestra, tari-tari tradisional yang dikemas ulang dengan pemangkasan alur cerita, penyegaran kostum, dan pembaharuan gerak yang diubahsuaikan dari gerak tari tradisional, serta pertunjukan wayang yang memadukan sisi tradisional dan teknologi. Perkembangan zaman tentu harus disikapi dengan bijak oleh pelaku seni di Indonesia, lantaran kalau tidak mengikuti perkembangan zaman, maka pelaku seni tersebut akan meredup dengan sendirinya.
- Mendorong Penyetaraan Gender
Majunya pola pikir insan di abad globalisasi mendorong terciptanya kesetaraan gender di masyarakat. Wanita yang awalnya selalu dinomorduakan dalam kehidupan, sekarang sudah mendapat pengakuan. Penyetaraan gender menjadi warta sosial yang faktual dari dampak globalisasi di bidang sosial budaya. Wanita sekarang tidak lagi dipandang sebelah mata dan tidak hanya dipandang sebagai objek, melainkan perempuan mempunyai tugas yang sama dengan laki-laki dalam kehidupan sehari-hari. Penyetaraan gender ini memicu perempuan untuk berkarya dan berkarir dengan leluasa. Bahkan, perempuan sekarang sanggup menjadi kepala tempat maupun presiden, sebagai pola beberapa negara berkembang di asia tenggara, termasuk Indonesia, pernah dipimpin oleh presiden wanita.
- Sektor Pariwisata Semakin Berkembang
Globalisasi memberi dampak faktual bagi sektor pariwisata, lantaran dengan kemajuan teknologi pariwisata sanggup dipromosikan dengan mudah, cepat dan murah. Tentu dengan promosi berbasis teknologi sanggup mendatangkan wisatawan dengan mudah, baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Selain itu, berkembangnya sektor pariwisata disebabkan oleh masyarakat sekitar yang sadar akan potensi wisata. Di Indonesia, masyarakat di sekitar tempat wisata biasanya membentuk kelompok sadar wisata (pokdarwis) yang mengelola dan menjaga tempat pariwisata. Masyarakat tersebut sadar bahwa pariwisata sanggup menjadi penunjang ekonomi bahkan sanggup menambah pendapatan negara.
Dampak Negatif Globalisasi di Bidang Sosial Budaya
1. Munculnya Sikap Individualisme, Konsumtif dan Matrealis
Pengaruh globalisasi di bidang sosial budaya memunculkan pelbagai perilaku jelek manusia, menyerupai perilaku individualisme, konsumtif dan matrealis. Perkembangan zaman memicu insan untuk bekerja keras semoga sanggup mendapat uang untuk bertahan hidup, hal ini memicu munculnya perilaku individualisme bagi setiap orang. Tentu perilaku ini menghilangkan semangat bantu-membantu dan sifat kekeluargaan yang dimiliki oleh insan sebagai makhluk sosial. Sikap konsumtif dan matrealis akhir dari efek luar juga sanggup merugikan insan itu sendiri, alhasil insan hanya akan mementingkan segala hal dari segi manfaatnya saja.
2. Lunturnya Nilai-Nilai Keagamaan
Sikap individualisme, konsumtif dan matrealis yang terbentuk akhir dari dampak negatif globalisasi memungkin nilai-nilai keagamaan tidak lagi diutamakan. Sibuknya acara insan di zaman modern ini juga sanggup menghambat mereka untuk beribadah. Manusia-manusia di dunia dituntut untuk berkompetisi semoga sanggup bertahan hidup di dunia, bahkan konflik-konflik di dunia yang dilatarbelakangi kudeta sering terjadi pembantaian insan tidak berdosa yang mengesampingkan nilai keagamaan dan nilai kemanusiaan.
3. Pudarnya Nilai-Nilai Budaya Lokal
Hadirnya efek budaya luar di sebuah negara sanggup mensugesti pudarnya nilai-nilai budaya lokal di negara tersebut. Misalnya tata krama dan sopan santun yang menjadi nilai budaya di Indonesia, sekarang sudah dipinggirkan oleh pemuda-pemuda bangsa, lantaran gencarnya efek budaya barat yang meracuni perjaka bangsa. Selain itu, akhir dari globalisasi di bidang sosial budaya, baju-baju watak yang menjadi ciri khas suku bangsa di pulau Jawa sudah jarang dipakai lantaran dianggap kuno dan tidak menarik, sementara orang-orang sekarang lebih suka berdandan mengikuti fashion dari artis yang dikagumi.
4. Hilangnya Kesenian Tradisional
Berkurangnya minat masyarakat terhadap kesenian tradisional sanggup menjadi penyebab kesenian tradisional mati dan hilang. Hadirnya hiburan gres dan modern dirasa lebih menarik perhatian masyarakat, sementara kesenian tradisional yang tidak melaksanakan pembaharuan akan dirasa membosankan dan tidak diminati lagi. Akibatnya, sebuah kesenian tradisional akan mati dan tidak dipentaskan lantaran kurangnya modal untuk menghidupi kesenian tradisional tersebut. Tentu hal ini perlu menjadi perhatian bagi kita semua untuk lebih mengasihi budaya dan kesenian lokal, dan tidak perlu menunggu negara tetangga mengklaim kesenian lokal semoga kita menjadi latah dalam mencitai budaya dan kesenian lokal.
5. Rusaknya Moral Masyarakat
Pengaruh jelek dari luar yang selalu dipertontonkan di media internet dan televisi sanggup dengan gampang diakses oleh semua orang dan sanggup mensugesti orang yang melihatnya. Sebagai pola di abad yang serba modern ini gaya hidup masyarakat Indonesia banyak yang menggandakan gaya hidup orang barat, padahal gaya hidup tersebut tidak semuanya sesuai dengan norma di masyarakat. Banyak orang-orang di Indonesia yang menggandakan budaya barat, menyerupai sec bebas, alkohol dan narkoba. Tentu hal ini sangat merugikan bagi orang tersebut dan juga sanggup merugikan negara. Pemuda bangsa ketika ini perlu mendapat perhatian khusus lantaran kemajuan zaman sanggup mengakibatkan dampak negatif yakni merusak moral masyarakat.
Nah, itulah pembahasan dari dampak globalisasi di bidang sosial budaya, baik dampak faktual yang mempunyai kegunaan dan bermanfaat, maupun dampak negatif yang sanggup sangat merugikan. Semoga artikel ini bermanfaat.
Sumber aciknadzirah.blogspot.com