Tuesday, December 5, 2017

√ Pengetahuan Sebagai Sumber Isu Kebenaran


 atau info ke dalam sistem penyimpanan  √ Pengetahuan Sebagai Sumber Informasi Kebenaran



Pengetahuan berasal dari kata tahu. Kita menjadi tahu ihwal satu hal, berawal dari masuknya data, atau info ke dalam sistem penyimpanan (memory). Data yg masuk pada memory sanggup terjadi dengan sengaja melalui proses pengidentifikasian, analisis, sehingga memunculkan evaluasi atau kesimpulan. Atau data yang masuk impulsif melalui panca Indra. Seperti sesuatu yang tiba-tiba terlihat, terdengar, tersentuh, terasa dan seterusnya. Pengetahuan inderawi merupakan tingkat pengetahuan terendah. Tingkat pengetahuan yang lebih tinggi ialah pengetahuan rasional dan intuitif. Tingkat yang lebih rendah menangkap kebenaran secara tidak lengkap, tidak terstruktur, dan pada umumnya tidak fokus. Pada tingkat pengetahuan rasional-ilmiah, terjadi penataan sistimatika, metoda, sehingga menjadi pengetahuan yang  terstruktur dengan jelas.



Pengetahuan setidaknya dikelompokkan pada 3 jenis, pengetahuan ilmu (ilmu pengetahuan atau sains), pengetahuan filsafat (filsafat), pengetahuan agama (agama). Pengelompokan tersebut atas dasar perbedaan sumber data atau informasi, metode dan sistematika, dalam membangun data untuk menjadikannya sebuah pengetahuan.  Pengetahuan inilah selanjutnya dijadikan rujukan atau rujukan dikala mencari suatu kebenaran.



Manusia umumnya berusaha mencari kebenaran. Cara memperoleh kebenaran antara lain memakai rasio dan/atau melalui pengalaman (empiris).  Pengetahuan yang dijadikan rujukan tentu pengetahuan yang mempunyai nilai kebenaran. Berikut ini beberapa pandangan ihwal teori kebenaran, diantaranya:



1. Teori Korespondensi



Suatu pengetahuan mempunyai nilai benar apabila pengetahuan itu mempunyai kesesuaian dengan kenyataan (realitas empirik)”, Contoh, ilmu-ilmu pengetahuan alam. Teori kebenaran ini paling awal (tua) yang berasal  dari teori pengetahuan Aristoteles. Pernyataan benar kalau berkorespondensi (berhubungan) terhadap fakta yang ada,  dan sesuai dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut.



Misalnya:  “matahari terbit dari timur”, maka pernyataan itu ialah benar lantaran pernyataan tersebut bersifat faktual, atau sesuai dengan faktanya



2. Teori Koherensi atau Konsistensi



Suatu pernyataan sanggup dikatakan benar apabila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang di anggap benar. Pernyataan:  “semua yang makhluk hidup akan mati” ialah suatu pernyataan yang benar, maka pernyataan “bahwa insan akan mati” ialah benar pula, lantaran pernyataan kedua konsisten dengan pernyataan yang pertama.Pertimbangan ialah benar kalau pertimbangan itu bersifat konsisten dengan pertimbangan lain yang telah diterima kebenarannya, yaitu yang koheren berdasarkan logika.



3. Teori Pragmatis



Menurut teori ini benar tidaknya suatu ucapan, dalil, atau teori semata-mata bergantung pada asas manfaat. Sesuatu dianggap benar kalau mendatangkan manfaat dan akan dikatakan salah kalau tidak mendatangkan manfaat bagi kehidupan manusia. Teori, hipotesa atau pandangan gres ialah benar apabila ia mambawa kepada jawaban yang memuaskan, apabila ia berlaku pada praktek, apabila ia mempunyai nilai praktis. Kebenaran terbukti oleh kegunaannya, oleh hasilnya dan oleh akibat-akibat praktisnya.



Teori ini juga dikenal dengan teori problem solving, artinya teori yang dengan itu sanggup memecahkan segala aspek permasalahan. Kebenaran suatu pernyataan harus bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Maka berdasarkan teori ini, tidak ada kebenaran mutlak, universal, berdiri sendiri dan tetap. Kebenaran selalu berubah dan tergantung serta sanggup diroreksi oleh pengamalan berikutnya. Tokoh dalam teori ini: William James dan John Dewey.



4. Teori Konsensus



Suatu teori dinyatakan benar kalau teori itu berdasarkan pada paradigma atau perspektif tertentu dan ada komunitas ilmuwan yang mengakui atau mendukung paradigma tersebut. Masyarakat sains sanggup mencapai konsensus yang kokoh lantaran adanya paradigma. Sebagai janji kelompok, paradigma merupakan nilai-nilai bersama yang sanggup menjadi determinan penting dari sikap kelompok meskipun tidak semua anggota kelompok menerapkannya dengan cara yang sama. Paradigma juga memperlihatkan keanekaragaman individual dalam penerapan nilai-nilai bersamayang sanggup melayani fungsi-fungsi esensial ilmu pengetahuan. Paradigma berfungsi sebagai keputusan yuridiktif yang diterima dalam aturan tak tertulis.



4. Teori Performatif



Kebenaran diputuskan atau dikemukakan oleh pemegang otoritas tertentu. Contoh kebenaran berdasarkan  fatwa ulama, atau organisasi tertentu. Masyarakat menganggap hal yang benar ialah apa-apa yang diputuskan oleh pemegang otoritas tertentu, walaupun mungkin saja keputusan tersebut bertentangan dengan bukti-bukti empiris. Pemegang otoritas yang menjadi rujukan sanggup pemerintah, pemimpin agama, pemimpin adat, pemimpin masyarakat, dan sebagainya. Kebenaran performatif sanggup membawa kepada (tujuan) kehidupan sosial yang rukun, keberagamaan yang damai,  dan sebagainya.



Masyarakat yang mengikuti kebenaran performatif umumnya tidak terbiasa berpikir kritis dan rasional. Mereka kurang inisiatif dan inovatif, lantaran terbiasa mengikuti kebenaran dari pemegang otoritas. Pada beberapa kawasan yang masyarakatnya masih sangat patuh pada adat, kebenaran ini seperti kebenaran mutlak. Mereka tidak berani melanggar keputusan pemimpin susila dan tidak terbiasa memakai rasio untuk mencari kebenaran.



5. Teori Kebenaran Semantis



Menurut teori kebenaran semantik, suatu proposisi mempunyai nilai benar ditinjau dari segi arti atau makna. Apakah proposisi itu pangkal tumpuannya pengacu (referent) yang jelas? Jadi, mempunyai arti maksudnya menunjuk pada rujukan atau kenyataan, juga mempunyai arti yang bersifat definitif.



6. Agama sebagai Teori Kebenaran



Salah satu cara menemukan kebenaran ialah melalui agama. Agama dengan karakteristiknya sendiri memperlihatkan jawaban atas segala dilema asasi yang dipertanyakan manusia. Teori ini lebih mengedepankan wahyu yang bersumber dari Tuhan. Manusia mencari dan memilih kebenaran sesuatu dalam agama mencari jawaban ihwal perkara melalui kitab suci, dengan demikian suatu hal itu dianggap benar apabila sesuai dengan pemikiran agama atau wahyu sebagai penentu kebenaran mutlak.



Dari uraian  di atas, maka kita sanggup memahami kondisi kelompok masyarakat tertentu terkait dengan nilai kebenaran yang dipakai sebagai rujukannya.



__________________



By Emris Abe



Universitas Indonesia



Membangun Kecerdasan



Likuafaksi Tanah



 



 


 atau info ke dalam sistem penyimpanan  √ Pengetahuan Sebagai Sumber Informasi Kebenaran

Sumber https://idtesis.com