Thursday, December 14, 2017

√ Filum Platyhelminthes – Struktur, Fungsi, Organ Tubuh, Pembagian Divisinya

Filum Platyhelminthes – Struktur, Fungsi, Organ Tubuh, & Pembagian Divisinya – Platyhelminthes ialah kelompok binatang cacing dengan bentuk fisik yang pipih. Platyhelminthes mempunyai makna cacing pipih yang berasal dari kata “helmin” yang artinya cacing dan “platy” yang artinya pipih. Hewan yang merupakan anggota filum ini bertempat tinggal di habitat perairan, baik di maritim ataupun di sungai. Beberapa diantaranya hidup berparasit. Sebagian besar dari binatang platyhelminthes bersifat hemafrodit, yakni mempunyai kelamin ganda di dalam satu tubuh. Akan tetapi, binatang dalam kelompok ini tetap melaksanakan reproduksi dengan individu lainnya. Hewan ini tidak mempunyai sistem peredaran darah serta pernapasan. Selain itu pada sistem pencernaannya pun tidaklah sempurna, alasannya yaitu tidak terdapat organ anus pada tubuhnya. Kelompok binatang platyhelminthes mempunyai ukuran badan yang beragam, mulai dari ukuran hamoir mikroskopis hingga pada ukuran panjang mencapai lebih dari 19 cm.


A. Struktur, Fungsi, serta Penjelasan Organ Tubuh Platyhelminthes


Platyhelminthes ialah kelompok binatang yang tak berongga tubuh, sehingganya dinamakan dengan binatang aselomata. Tubuhnya terdiri atas tiga buah lapisan (triplobastik), diantaranya ialah lapisan ektoderm (luar), lapisan tengah (mesoderm), dan lapisan endoderm (dalam). Pada dinding badan pecahan luar dinamakan epidermis yang ditutupi oleh sel-sel halus bersilia. Pada pecahan ujung badan terdapat semacam kepala tumpul dan pada pecahan ujung lain terdapat ekor yang runcing.


Sistem pencernaan dari kelompok binatang platyhelminthes terdiri atas tiga pecahan utama diantaranya ialah mulut, faring, dan usus. Faring sanggup dikeluarkan dari lisan guna menangkap masakan yang selanjutnya akan dimasukkan ke dalam lisan kembali untuk mencerna masakan ke dalam usus. Setelah masakan dicerna, sisa masakan dari platyhelminthes akan dikeluarkan melalui kawasan masuknya masakan yakni mulut. Hal tersebut terjadi alasannya yaitu platyhelminthes tidak mempunyai anus sebagai sistem pembuangan zat sisa masakan pada binatang pada umumnya.


Pada sistem syaraf, platyhelminthes diatur oleh otak yang berada pada pecahan depan tubuh. Otak tersebut mempunyai cabang yang dinamakan ganglion. Cabang ganglion tersebut akan membentuk beberapa cabang hingga mempersarafi setiap pecahan tubuh, yang kemudian sistem saraf akan membentuk sebuah sistem tangga tali dengan otak yang terdapat pada pecahan depan tubuh. Pada sistem reproduksi platyhelminthes, prosesinya berlangsung secara asecual dan secual. Pada umumnya platyhelminthes bersifat hermafrodit, yakni mempunyai dua buah kelamin di dalam satu individu. Akan tetapi perkawinan tersebut tetap akan terjadi pada dua individu yang berlainan jenis kelamin. Setelah terjadi pertemuan antara sel ovum dan sperma, maka selanjutnya akan menghasilkan sel telur dan selanjutnya pembuahan akan terjadi di dalam tubuh. Sedangkan proses reproduksi dengan cara asecual dilakukan dengan cara fragmentasi.


Pada sistem eksresi, platyhelminthes memakai organ badan dalam bentuk dua buah jalan masuk memanjang yang berujung pada pori-pori tubuh. Kedua cabang tersebut menyabang hingga pada pecahan punggung dan berujung pada sel api yang terdapat silia sebagai pusat eksresi. Sistem respirasi pada kelompok binatang ini dilakukan dengan cara pertukaran oksigen dan karbondioksida melalui sistem difusi. Sistem difusi yaitu proses pertukaran zat dari suatu wilatah yang mempunyai konsentrasi tinggi menuju ke kawasan yang konsentrasinya lebih rendah.




style="display:inline-block;width:336px;height:280px"
data-ad-client="ca-pub-1973764693216878"
data-ad-slot="5881289326">


B. Klasifikasi Kelompok Filum Platyhelminthes


Filum Platyhelminthes sanggup dikelompokkan ke dalam tiga macam, diantaranya ialah :


1. Kelas Turbellaria


Turbellaria yaitu kelompok binatang platyhelminthes yang bergerak dengan menggetarkan alat tubuhnya yang berupa bulu. Alat gerak tersebut disebut dengan bulu getar. Cacing pipih dalam kelompok ini tidak mempunyai alat hisap dan hidup di wilayah perairan atau kawasan lembab secara bebas (tidak berparasit). Salah satu pola binatang dalam kelas ini ialah planaria. Planaria mempunyai panjang badan mencapai 2 cm. Hewan ini memangsa hewan-hewan yang mempunyai ukuran lebih kecil dari tubuhnya dan beberapa jenis protista.


Cacing planaria memangsa makanannya dengan memakai organ yang disebut sebagai faring. Pada pecahan kepalanya terdapat bintik-bintik mata sebagai alat pembeda dalam kondisi terang ataupun gelap. Sedangkan pecahan mulutnya berada pada pecahan permukaan dan sanggup pula berada pada pecahan tengah tubuh. Pada pecahan lisan terdapat struktur mirip taring yang dinamakan probosis yang juga dimanfaatkan sebagai alat untuk menangkap mangsa. Sistem reproduksi yang dilakukannya yaitu dengan cara asecual, yakni membelah tubuhnya.


2. Kelas Trematoda (Cacing Hisap)


Tremotoda ialah kelompok binatang platyhelminthes yang mempunyai organ hisap dan pengait untuk melekatkan tubuhnya pada inang. Hal tersebut menyatakan bahwa binatang ini hidup dengan cara berparasit. Pada pecahan badan luarnya diselumuti oleh kutikula yang berfungsi semoga tubuhnya tidak dicerna oleh inangnya. Hewan dalam kelas ini tidak mempunyai silia pada pecahan permukaan luar tubuhnya. Makanan binatang kelas trematoda yaitu berupa cairan yang berasal dari badan inang. Contoh binatang dalam kelompok ini yaitu cacing hati.


3. Kelas Cestoda


Kelompok binatang cestoda ialah binatang yang mempunyai bentuk mirip pita yang hidup dengan cara berparasit. Pada pecahan kepalanya terdapat semacam kaitan yang mempunyai fungsi sebagai pengait badan dengan inangnya. Bagian kepala binatang ini secara khusus dinamakan skolek dan pada pecahan bawah kepalanya disebut dengan strobilus. Bagian strobilus mempunyai fungsi sebagai pembentuk progtolid pada tubuhnya. Progtalid yaitu pecahan badan yang nantinya akan menjadi individu yang baru. Hewan ini secara terus-menerus berupaya membentuk progtolid yang semakin ke ujung, akan semakin membesar (matang). Selama siklus hidupnya, cestoda bisa menginduk pada lebih dari satu tumbuhan sebagai inangnya. Sifatnya yang berparasit ini juga sanggup berpindah pada insan melalui daging babi (yang terjangkiti cestoda) yang dikonsumsi oleh manusia.


Sumber :


DAFTAR PUSTAKA

Kusnadi, dkk. 2010. BUKU SAKU BIOLOGI SMA. Jakarta : Kawan Pustaka


Baca Juga:


Filum Cnidaria- Definisi, Struktur Tubuh, Sistem Organ, dan Pembagian Divisinya

Filum Porifera – Definisi, Ciri, Sistem Reproduksi, Tipe Tubuh, & Klasifikasinya

Soal Biologi Tentang Kingdom Plantae dan Kunci Jawabannya



Sumber https://ruangseni.com