Kebutuhan ekonomi dunia kian meningkat seiring dengan keperluan hidup masyarakat dari banyak sekali negara, tingkatan usia, dan lapisan sosial. Hal ini juga selaras dengan dampak globalisasi di bidang ekonomi dunia. Produktivitas suatu negara dalam mengolah materi baku menjadi suatu barang yang menjadi kebutuhan, adakala terhambat. Ketersediaan sumber daya, baik alam maupun tenaga kerja, memacu eksplorasi yang lebih luas. Hal ini dipakai para negara penyedia untuk melaksanakan kegiatan ekspor.
Ekspor mempunyai arti mengirimkan barang atau jasa dari dalam ke luar negeri dalam suatu kegiata perdagangan atau jual-beli. Seringkali ketika berkunjung ke luar negeri, kita mendapati barang-barang dengan cap made in Indonesia, sejatinya barang tersebut yakni hasil karya anak bangsa kita dan mempunyai daya jual di negara lain. Peningkatan kegiatan jual-beli antarnegara menunjukkan manfaat perdagangan internasional yang juga memacu pertumbuhan kerjasama internasional di kemudian hari.
Negara kita kaya akan komoditas yang diperlukan oleh negara lain. Keuntungan sebagai negara kepulauan dan beriklim tropis yang dimiliki Indonesia, yakni melimpahnya hasil alam yang tidak dimiliki negara empat musim. Berikut contoh kegiatan ekspor Indonesia:
1. Kelapa Sawit dan Produknya
Sawit merupakan tumbuhan industri potensial penghasil minyak untuk memasak, minyak industri, maupun materi bakar (biodiesel). Sawit Indonesia mendominasi pasar dunia dengan produksi 31 juta ton per tahun, berasal dari tanah Kalimantan, Sulawesi, pantai timur Sumatera, Jawa, dan Aceh.
Saat ini, sektor sawit menyumbang lebih dari US$ 18 miliar sebagai komoditas ekspor terbesar di Indonesia. Selain pasar-pasar tradisional di Cina, Eropa dan Bangladesh, pemerintah tetapkan kebijakan untuk menjual produk sawit kepada pasar nontradisional.
Terkait gosip black campaign oleh Amerika Serikat terhadap produk biodiesel yang memakai sawit dari Indonesia dan rencana negara Uni Eropa menghentikan acara biodiesel dari kelapa sawit pada 2020, Indonesia mulai membidik pasar Afrika, Timur Tengah, dan Brunei Darussalam.
2. Tekstil dan Produk Tekstil
Secara teknis, industri tekstil dibagi menjadi tiga sektor utama, yaitu hulu, menengah, dan hilir. Pembagian sektor tersebut didasarkan pada proses produksinya, mulai dari pembuatan serat (hulu), penenunan dan pencelupan (menengah), dan pengolahan pakaian jadi (hilir). Industri tekstil dan produk tekstil menjadi salah satu yang menjanjikan, baik di dalam maupun luar negeri.
Pada tahun 2017, pertumbuhan ekspor tekstil mencapai US$ 12,3 miliar dengan sasaran kapasitas produksi 1.638.000 ton per tahun. Menanggapi tingginya undangan pasar tersebut, teknologi yang lebih canggih kemudian dikembangkan dengan digitalisasi mesin untuk menambah percepatan efisiensi serta merekrut operator mesin garmen sampai 424.261 tenaga kerja.
3. Karet dan Produknya
Tanaman karet mulai dibudidayakan di Indonesia pada tahun 1876. Produksi karet alam di Indonesia mencapai 3,2 juta ton per tahun, terbesar di dunia kedua sesudah Thailand. Produksi karet alam di Indonesia mencapai 3,2 juta ton per tahun, terbesar di dunia kedua sesudah Thailand.
Hasil olahan tumbuhan karet yang diekspor sanggup berupa getah karet (lateks), lembaran karet (sheet), bongkahan, karet remah (crump rubber), maupun produk turunannya, yakni ban dan komponen. Negara sasaran ekspor produksi karet Indonesia di antaranya yakni Jepang, Korea Selatan, Vietnam, Singapura, Brasilia, Jerman, India, Belanda, Turki, Argentina, Prancis, Spanyol, Belgia, Italia, Taiwan, Austraila.
Salah satu merek dagang Indonesia yang populer di pasar luar negeri yakni GT Radial, yaitu produsen ban kendaraan beroda empat yang memulai perluasan produknya di negara Timur Tengah, Asia, dan Amerika pada tahun 1983. Label dalam negeri lain sebagai pengekspor produk ban yakni Achiless, dengan pasar terbesar di Timur Tengah, Asia Pasifik, Eropa, dan Amerika.
4. Kakao dan Olahannya
Tanaman ini banyak dijumpai di negara-negara tropis. Per tahun 2013, Indonesia menempati urutan ketiga sebagai negara penghasil kakao terbesar di dunia, sedangkan Pantai Gading mendominasi kegiatan ekspor kakao dunia sebanyak 30%. Indonesia menghasilkan 700 ribu ton kakao per tahun yang berasal dari Sulawesi dan Sumatera. Biji kakao orisinil banyak diekspor ke Malaysia, Amerika Serikat, dan Singapura.
Hasil olahan kakao yang diekspor berupa mentega kakao sebanyak 114 ribu ton per tahun ke Eropa dan Amerika Serikat. Olahan lainnya, ibarat debu kakao, diekspor ke Asia, Timur Tengah, Rusia, dan Amerika Latin sebanyak 58 ribu ton per tahun.
Merek dagang Indonesia produsen cokelat yang populer sampai menjual produknya ke luar negeri yakni Silver Queen, Chunky Bar, dan Ceres. Diproduksi oleh Petra Foods, hasil cokelat Indonesia bisa bersaing dengan perusahaan cokelat terbesar di Amerika Serikat, yaitu M&M.
5. Biji Kopi
Tidak diragukan lagi hasil alam dari Indonesia menjadi primadona dari segi keragaman dan kualitas. Termasuk daya saing biji kopi orisinil dalam negeri di perdagangan dunia. Varietas yang mayoritas dibudidayakan di Indonesia yakni jenis Arabika dan Robusta. Selain itu, Indonesia populer dengan jenis kopi khas, di antaranya kopi luwak yang diekstraksi dari hasil fermentasi biji kopi di dalam perut binatang luwak, kopi yang berasal dari kawasan ibarat Toraja, Aceh, dan Mandailing. Biji kopi pilihan banyak berasal dari Pulau Sumatera.
Indonesia bisa menghasilkan 800 kilogram biji kopi per hektar, menempati urutan ketiga sesudah Brasilia dan Vietnam. Pasar kopi Indonesia terbesar yakni Amerika Serikat sebanyak 23%, kemudian Jepang, Jerman, Italia, dan Malaysia.
6. Produk Hasil Hutan (kayu lapis, bubur kayu, kertas)
Larangan ekspor kayu lingkaran dari Indonesia selama 16 tahun menciptakan negara ini populer sebagai penghasil kayu ilegal. Meskipun begitu, pemanfaatan hutan di Indonesia cukup signifikan, terbukti dengan predikat pengekspor kayu terbesar di dunia. Sejak peluncuran lisensi Foreign Law Enforcement Governance and Trade (FLEGT) pada November 2016 lalu, para pelaku ekspor kayu bisa melaksanakan perdagangan secara legal sampai ke Uni Eropa. Volume ekspor naik sampai 11 persen, mencapai angka US$ 12 miliar pada final tahun 2017.
Potensi sumber daya alam hutan Indonesia sangat beragam, mulai jadi banyak sekali jenis kayu untuk keperluan mabel, olahan kayu lapis, proses pembentukan dan penyambungan kayu, industri kertas dan bubur kayu, kayu gergaji, dan veneer. Negara pembeli hasil hutan Indonesia berupa kayu lapis, di antaranya Thailand, Singapura, Cina, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Hongkong. Sedangkan ekspor kayu mentah banyak dikirim ke Jepang, Thailand, dan Singapura.
7. Batu Bara dan Energi Geothermal
Meski tidak lagi sebanyak dulu, Kalimantan masih menghasilkan kerikil bara dengan jumlah setara 281 juta ton minyak bumi per tahun. Jumlah tersebut bisa menutupi 7,2% kebutuhan dunia ketika ini. India dan Cina merupakan negara pengimpor terbesar hasil kerikil bara dari Indonesia.
Ada hal menarik lain yang belum disadari potensinya oleh pemerintah untuk dijadikan komoditas ekspor yang menjanjikan. Yakni energi panas bumi untuk keperluan pembangkit listrik. Indonesia tercatat sebagai negara lima besar penghasil listrik dari energi panas bumi, di urutan ketiga dengan 1,197 Megawatt elektrikal, bersanding dengan Amerika Serikat dan Filipina di urutan atas.
Sebanyak 40% sumber panas bumi berada di bawah tanah Indonesia sehingga sangat besar kemungkinan untuk dikembangkan menjadi energi terbarukan yang bisa bersaing di pasar internasional dan konsumsi dalam negeri. Hambatan terbesar dalam adanya undang-undang pemberian kawasan hutan lindung dan area konservasi, alasannya kegiatan panas bumi dikategorikan sebagai kegiatan pertambangan, tertera dalam Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2003.
Demikian artikel mengenai pola kegiatan ekspor indonesia. Semoga informasi di artikel ini sanggup bermanfaat.
Sumber aciknadzirah.blogspot.com