Tuesday, November 7, 2017

√ Kisah Kerikil Golog

Batu Golog

Pada jaman dahulu di kawasan Padamara bersahabat Sungai Sawing hiduplah sebuah keluarga miskin. Sang istri berjulukan Inaq Lembain dan sang suami berjulukan Amaq Lembain.
Mata pencaharian mereka ialah buruh tani. Setiap hari mereka berjalan kedesa desa menunjukkan tenaganya untuk menumbuk padi.
Kalau Inaq Lembain menumbuk padi maka kedua anaknya menyertai pula. Pada suatu hari, ia sedang asyik menumbuk padi. Kedua anaknya ditaruhnya diatas sebuah kerikil ceper didekat tempat ia bekerja.
Anehnya, ketika Inaq mulai menumbuk, kerikil tempat mereka duduk makin usang makin menaik. Merasa menyerupai diangkat, maka anaknya yang sulung mulai memanggil ibunya: "Ibu kerikil ini makin tinggi." Namun sayangnya Inaq Lembain sedang sibuk bekerja. Dijawabnya, "Anakku tunggulah sebentar, Ibu gres saja menumbuk."
Begitulah yang terjadi secara berulang-ulang. Batu ceper itu makin usang makin meninggi sampai melebihi pohon kelapa. Kedua anak itu lalu berteriak sejadi-jadinya. Namun, Inaq Lembain tetap sibuk menumbuk dan menampi beras. Suara bawah umur itu makin usang makin sayup. Akhirnya bunyi itu sudah tidak terdengar lagi.
Batu Goloq itu makin usang makin tinggi. Hingga membawa kedua anak itu mencapai awan. Mereka menangis sejadi-jadinya. Baru dikala itu Inaq Lembain tersadar, bahwa kedua anaknya sudah tidak ada. Mereka dibawa naik oleh Batu Goloq.
Inaq Lembain menangis tersedu-sedu. Ia lalu berdoa semoga sanggup mengambil anaknya. Syahdan doa itu terjawab. Ia diberi kekuatan gaib. dengan sabuknya ia akan sanggup memenggal Batu Goloq itu. Ajaib, dengan menebaskan sabuknya kerikil itu terpenggal menjadi tiga bagian. Bagian pertama jatuh di suatu tempat yang lalu diberi nama Desa Gembong olrh sebab mengakibatkan tanah di sana bergetar. Bagian ke dua jatuh di tempat yang diberi nama Dasan Batu oleh sebab ada orang yang menyaksikan jatuhnya penggalan kerikil ini. Dan potongan terakhir jatuh di suatu tempat yang mengakibatkan bunyi gemuruh. Sehingga tempat itu diberi nama Montong Teker.
Sedangkan kedua anak itu tidak jatuh ke bumi. Mereka telah bermetamorfosis dua ekor burung. Anak sulung bermetamorfosis burung Kekuwo dan adiknya bermetamorfosis burung Kelik. Oleh sebab keduanya berasal dari insan maka kedua burung itu tidak bisa mengerami telurnya. 

Sumber http://risalridwan.blogspot.com