Salinitas atau kadar garam pada air bergantung pada beberapa faktor yang mempengaruhi. Itulah sebabnya ada jenis-jenis air menurut pada tingkat salinitas, yakni air tawar dengan kadar garam kurang dari 0,05%, air payau dengan kadar garam dari 0,05 hingga 3%, air saline atau asin dengan kadar garam 3 hingga 5%, dan brine dengan kadar garam melebihi 5%.
Air maritim termasuk dalam kategori air saline, dengan salinitas rata-rata sebesar 3,5%. Meskipun secara spesifik dijelaskan bahwa konsentrasi salinitas tiap maritim berbeda, rasio antara ion-ion yang berbeda akan selalu tetap. Kondisi ini dibuktikan oleh studi pelayaran H.M.S Challenger yang meneliti ilmiah selama empat tahun dan berakhir pada 1876. Hal ini dikenal dengan Hukum Proporsi Konstan.
Hukum Proporsi Konstan: “Salinitas maritim berada dalam keadaan stabil lantaran keseluruhan proses ini berada dalam suatu keseimbangan tunak atau steady state equilibrium. Jumlah garam yang ditambah ke maritim kira-kira sama dengan jumlah yang dikeluarkan darinya. Mekanisme utama perpindahan garam terjadi pada area sub-duksi atau penunjaman lempengan benua, dimana air maritim tertarik ke dalam mantel bumi untuk balasannya didaur ulang.”
Kandungan garam pada setiap lautan berbeda, bergantung pada beberapa hal-hal berikut.
- Penguapan
Air mempunyai kandungan mineral organik dan satu di antaranya ialah garam. Apabila air menguap, garam dan kandungan mineral tersebut akan tertinggal dan mengendap di dasar laut. Maka dari itu, semakin banyak air menguap, maka air maritim akan menjadi semakin asin lantaran tingkat garam yang mengendap tinggi.
- Pemasukan air tawar
Sama halnya dengan larutan yang terlalu asin, salah satu cara menetralkannya ialah dengan menambahkan air tawar ke dalamnya, maka lama-kelamaan kandungan garam akan menurun. Pada kasus kadar garam di laut, air tawar sanggup berasal dari hujan, air sungai atau rawa, dan juga dari es yang mencair di tempat kutub.
- Pencampuran air
Hal ini terjadi pada Laut Mati dan Laut Hitam. Laut Mati dengan kadar garam yang sangat tinggi lantaran intinya Laut Mati merupakan danau asin. Danau tidak terhubung dengan lautan namun, diakibatkan volume air pada Laut Mati menurun cukup jauh hingga permukaannya nampak, maka dibuatlah sebuah muara yang mengubungkan Laut Mati dengan Laut Hitam. Hal ini juga guna menetralisasi kadar garam yang terlalu tinggi di Laut Mati.
- Air sungai
Semakin banyak sungai yang bermuara ke laut, tingkat salinitas air maritim akan berkurang, lantaran tercampur dengan air maritim yang berkadar lebih rendah.
- Letak dan ukuran laut
Laut yang terisolasi atau tidak terhubung dengan maritim lepas akan mempunyai salinitas tinggi. Seperti kasus danau garam, Laut Mati, air di dalam danau sebanyak tujuh juta ton air menguap setiap harinya dan menciptakan endapan garam di dasar semakin banyak.
- Arus laut
Laut yang dipengaruhi arus panas, maka salinitasnya akan naik (tinggi). Hal ini berlaku pula sebaliknya, dimana maritim yang dipengaruhi arus dingin, maka salinitasnya akan turun (rendah).
- Kelembaban udara
Semakin banyak terjadi penguapan, maka udara di sekitar menjadi lembab. Maka semakin tinggi pula salinitas air laut.
- Kandungan mineral
Konsentrasi mineral tertinggi dalam air maritim ialah kandungan magnesiumnya. Air tawar dan air laut, keduanya mempunyai magnesium. Namun, jumlah yang terkandung dalam air maritim lebih besar, sehinga ini menerangkan bahwa semakin banyak kmineral yang dikandung oleh air, maka air tersebut semakin asin. Hal ini juga dibuktikan oleh kondisi Laut Mati.
Salinitas di permukaan sangkat khas dan bervariasi. Nilai-nilai salinitas pada permukaan dipengaruhi oleh proses fisik yang terjadi di perairan. Salinitas akan meningat lantaran penguapan dan pembekuan. Salinitas akan menurun akhir intensitas hujan, anutan sungai, dan mencairnya es. Perbedaan antara penguapan dan curah hujan di lintang menjadikan terjadinya beberapa perbedaan tersebut. Penurunan salinitas permukaan erat khatulistiwa disebabkan oleh curah hujan yang lebih besar atau tinggi. (Millerro and Sohn, 1992)
Kadar garam air maritim berubah-ubah akhir pertambahan dan pengurangan molekul-molekul air melalui proses penguapan dan hujan. Salinitas meningkat apabila laju penguapan di sebuah tempat lebih besar daripada hujan. Begitupula sebaliknya. Kondisi tergantung pada garis lintang suatu tempat dan pergantian musim. Pola tersebut sanggup dilihat pada tempat dengan garis lintang antara 20° dan 30° sebelah utara dan selatan garis khatulistiwa. Wilayah tersebut akan mempunyai perairan dengan salinitas yang lebih tinggi dari sekitarnya, lantaran laju penguapan di wilayah tersebut lebih besar daripada jumlah air yang diterima ketika hujan.
Tempat-tempat tersebut mempunyai sifat yang sama dengan wilayah gurun pasir lantaran garis lintang yang sama. Selain itu, kadar garam air maritim juga dipengarui oleh kondisi setempat. Aliran keluar yang sanat besar dari sistem sungai yang besar sanggup menurunkan kadar garam air laut. Salinitas sungai yang sedang mengalami banjir akan menurun secara temporari.
Sumber aciknadzirah.blogspot.com