Salam sobat - sobat sejawat semua, terima kasih sudah berkunjung ke blog kami, pada kesempatan kali ini admin akan mencoba membahas wacana askep keluarga dengan diabetes mellitus, asuhan keperawatan keluarga dengan diabetes melitus atau askep keluarga dengan diabetes mellitus ialah rangkaian tindakan atau asuhan yang akan diberikan oleh perawat kepada sebuah keluarga yang mana anggota keluarga tersebut ada yang terkena penyakit diabetes mellitus dan anggota yang keluarga yang lain berisiko untuk terkena penyakit diabetes mellitus. diabetes mellitus itu sendiri ialah penyakit yang ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi yang disebabkan oleh gangguan pada sekresi insulin atau gangguan kerja insulin atau keduanya
dokumentasi askep keluarga dengan DM biasanya sering dibuat oleh seorang mahasiswa keperawatan yang sedang praktek pada state komunitas dan juga bagi perawat yang sudah bekerja juga sering membuat dokumentasi askep keluarga dengan DM untuk keperluan membuat jurnal atau pun makalah yang bermanfaat sebagai syarat biar bisa menjadi seorang pegawai tetap dalam sebuah rumah sakit.
bertujuan untuk membantu sobat sejawat yang lagi membutuhkan asuhan keperawatan keluarga dengan DM atau askep keluarga DM. disini kami mencoba menuliskan askep keluarga DM yang mungkin bisa dijadikan tumpuan bagi sobat sejawat sekalian dalam pembuatan kiprah perkuliahan maupun kiprah pekerjaan.
Adapun tujuan dari pembuatan askep keluarga DM ialah sebagai berikut :
Adapun tujuan dari pembuatan askep keluarga DM ialah sebagai berikut :
- Untuk menunjukkan Asuhan Keperawatan keluarga dengan Diabetes Mellitus 2.
- Agar perawat bisa memahami Asuhan Keperawatan keluarga dengan Diabetes Mellitus
- Agar perawat bisa melaksanakan pengkajian keperawatan keluarga dengan Diabetes Mellitus
- Agar perawat bisa merumuskan diagnosa keperawatan keluarga dengan Diabetes Mellitus
- Agar perawat bisa memilih intervensi asuhan keperawatan keluarga dengan Diabetes Mellitus
- Agar perawat bisa melaksanakan implementasi asuhan keperawatan keluarga dengan Diabetes Mellitus
- Agar perawat bisa melaksanakan penilaian asuhan keperawatan keluarga dengan Diabetes Mellitus
- Agar perawat bisa melaksanakan dokumentasi asuhan keperawatan keluarga dengan Diabetes Mellitus
sepakat bagi sobat - sobat yang membutuhkan silahkan dibaca dan boleh copy askep vertigo yang kami sediakan dibawah ini.
Pengertian Kelurga
Menurut beberapa jago pengertian keluarga yaitu
Struktur Keluarga
I. Dominsi struktur keluarga
a. Dominasi jalur kekerabatan darah
Macam – macam struktur / tipe / bentuk keluarga
1. Tradisional
Peranan keluarga Peranan
keluarga menggambarkan seperangkat sikap interpersonal, sifat, kegiatan, yang berafiliasi dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh impian dan contoh sikap dari keluarga , kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga ialah sebagai berikut:
Fungsi keluarga
Tahap – tahap kehidupan / perkembangan keluarga
Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya secara unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti contoh yang sama (Rodgers cit Friedman, 1999) :
1. Pasangan gres (keluarga baru) Keluarga gres dimulai ketika masing-masing individu pria dan perempuan membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan (psikologis) keluarga masing-masing :
Tujuan keluarga ini ialah melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih remaja :
Perawatan Kesehatan Keluarga
Perawatan kesehatan keluarga ialah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai saran/penyalur.
Alasan Keluarga sebagai Unit Pelayanan :
Tugas-tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan
Dikaitkan dengan kemampuan keluarga dalam melaksanakan 5 kiprah keluarga di bidang kesehatan yaitu :
Peran Perawat Keluarga
1. Pendidik
Perawat perlu menunjukkan pendidikan kesehatan kepada keluarga biar :
2. Koordinator
Diperlukan pada perawatan berkelanjutan biar pelayanan yang komprehensif sanggup tercapai. Koordinasi juga sangat diharapkan untuk mengatur jadwal kegiatan atau terapi dari banyak sekali disiplin ilmu biar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan.
3. Pelaksana
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik maupun di rumah sakit bertanggung jawab dalam menunjukkan perawatan langsung. Kontak pertama perawat kepada keluarga melalui anggota keluarga yang sakit. Perawat sanggup mendemonstrasikan kepada keluarga asuhan keperawatan yang diberikan dengan impian keluarga nanti sanggup melaksanakan asuhan pribadi kepada anggota keluarga yang sakit.
4. Pengawas
kesehatan Sebagai pengawas kesehatan, perawat harus melaksanakan home visite atau kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melaksanakan pengkajian wacana kesehatan keluarga.
5. Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi duduk kasus kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat, maka kekerabatan perawat-keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan sanggup dipercaya.
6. Kolaborasi
Perawat komunitas juga harus bekerja dama dengan pelayanan rumah sakit atau anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal.
7. Fasilitator
Membantu keluarga dalam menghadapi hambatan untuk meningkatkan derajat kesehatannya. Agar sanggup melaksanakan kiprah fasilitator dengan baik, maka perawat komunitas harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan (sistem rujukan, dana sehat, dll).
8. Penemu kasus
Mengidentifikasi duduk kasus kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi ledakan atau wabah.
9. Modifikasi lingkungan
Perawat komunitas juga harus sanggup mamodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat, biar sanggup tercipta lingkungan yang sehat.
Diabetes Mellitus
Definisi
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Pada Diabetes Mellitus kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin sanggup menurun atau pancreas sanggup menghentikan sama sekali produksi insulin (Brunner and Suddarth.2001) Diabetes mellitus ialah gangguan metabolism yang ditandai dengan hiiperglikemia yang berafiliasi dengan keanehan metabolism karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau acara insulin atau keduanya dan menimbulkan komplikasi kronis mikrovaskuler, dan neuropati
Etiologi
1. Diabetes Mellitus tipe I (IDDM/ Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
4. Diabetes Mellitus tipe lain
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis Diabetes Mellitus dikaitkan dengan konsekuensi metabolic defisiensi insulin
Klasifikasi
1. Klasifikasi klinis
a. Diabetes Mellitus
c. Diabetes kehamilan
2. Klasifikasi resiko statistic
Patofisiologi
Diabetes tipe I. pada diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin lantaran sel – sel beta pancreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia puasa terjadi akhir produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Disamping itu glukosa yang berasal dari masakan sanggup disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan)
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak sanggup menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibtanya glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosaria). Ketika glukosa yang berlebihan dieksresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan dieresis osmotic. Sebagai akhir dari dari kehilangan cairan berlebihan. Pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia)
Defisiensi insulin juga akan mengganggu metabolism protein dan lemak yang menimbulkan penurunan berat badan. Pasien sanggup mengalami peningkatan selera makan (polifagia), akhir menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya meliputi kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukkan glukosa gres dari asam – asam amino dan substansi lain). Namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang menimbulkan peningkatan produksi tubuh keton merupakan asam yang mengganggu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan.
Ketoasidosis yang diakibatkannya sanggup menimbulkan tanda – tanda dan tanda-tanda menyerupai nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolic tersebut dan mengatasi tanda-tanda hiperglikemia serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting.
Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat 2 duduk kasus utama yang berafiliasi insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel sebagai akhir terikatnya insulin dengan reseptor tersebut.
Terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolism glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jikalau sel – sel beta tidak bisa mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan cirri khas diabetes mellitus tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi tubuh keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetic tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol sanggup menimbulkan duduk kasus akut lainnya yang dinamakan sindrom nonketoik (HHNK)
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intolerasi glukosa yang berlangsung lambat (selama bertahun – tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II sanggup berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, tanda-tanda tersebut sering bersifat ringan dan sanggup meliputi kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang laa sembuh, benjol v@gin@/pandangan yang kabur (jika kadar glukosanya sangat tinggi).
Fathway :
Data Penunjang
Komplikasi
Penatalaksanaan
1. Medis Ada lima komponen dalam penatalaksaan Diabetes Mellitus yaitu :
a. Diet
b. Latihan Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita Diabetes Mellitus, ialah :
c. Penyuluhan
d. Obat
Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam praktek keperawatan yang diberikan pada klien sebagai anggota keluarga pada tatanan komunitas dengan memakai proses keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan (Mc Closkey & Grace, dalam Gusti 2013 : 51).
Asuhan Keperawatan Keluarga ialah suatu rangkaian yang diberikan melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan ini bertujuan untuk menuntaskan duduk kasus kesehatan yang dialami keluarga dengan memakai pendekatan proses keperawatan, yaitu sebagai berikut (Suprajitno, 2004):
1.Pengkajian Pengkajian merupakan langkah wal pelaksanaan asuhan keperawatan, biar diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga.
Data yang diperoleh dari pengkajian
a. Mengetahui Kemampuan keluarga untuk mengenal duduk kasus kesehatan.
Hal ini yang perlu dikaji ialah sejauh mana keluarga mengetahui fakta dari duduk kasus kesehatan, meliputi pengertian, tanda dan gejala, factor penyebab dan factor yang mempengaruhi serta persepsi keluarga terhadap duduk kasus kesehatan terutama yang dialami anggota keluarga.
b. Mengetahui kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat, perlu dikaji wacana :
2.Menentukan Diagnosa Keperawatan
Sebelum memilih diagnoasa keperawatan tentu harus menyusun prioritas duduk kasus dengan memakai proses skoring menyerupai pada tabel berikut.
Proses skoring memakai skala yang telah dirumuskan oleh Balion dan Maglaya, 1978.
Skoring
3.Membuat Perencanaan
Menurut Suprajitno (2004) perencanaan keperawatan meliputi tujuan umum dan khusus yang didasarkan pada duduk kasus yang dilengkapi dengan criteria dan standar yang mengacu pada penyebab. Selanjutnya merumuskan tindakan keperawatan yang berorientasi pada criteria dan standar.
Perencanaan yang sanggup dilakukan pada Asuhan keperawatan keluarga dengan Diabetes Melitus ini ialah sebagai berikut (Mubarak, 2012):
a. Ketidak mampuan keluarga mengenal duduk kasus Diabetes Melitus yang terjadi pada keluarga berafiliasi dengan kurangnya pengetahuan keluarga wacana penyakit Diabetes Melitus.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga sanggup mengenal dan mengerti wacana penyakit Diabetes Melitus.
Tujuan : Keluarga mengenal duduk kasus penyakit Diabetes Melitus setelah dua kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga sanggup menjelaskan secara ekspresi wacana penyakit Diabetes Melitus
Standar : Keluarga sanggup menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan tanda-tanda penyakit DM, serta pencegahan dan pengobatan penyakit Diabetes Melitus secara lisan.
Intervensi :
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang sempurna untuk mengatasi penyakit Diabetes Melitus berafiliasi dengan keluarga tidak memahami mengenai sifat, berat dan luasnya duduk kasus Diabetes Melitus.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga sanggup mengetahui akhir lebih lanjut dari Penyakit Diabetes Melitus.
Tujuan : Keluarga sanggup mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan Diabetes Melitus setelah tiga kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga sanggup menjelaskan secara ekspresi dan sanggup mengambil tindakan yang sempurna dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
Standar : Keluarga sanggup menjelaskan dengan benar bagaimana akhir DM dan sanggup mengambil keputusan yang tepat.
Intervensi:
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Diabetes Melitus berafiliasi dengan kurangnya pengetahuan keluarga wacana cara pencegahan dan perawatan Diabetes Melitus.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga bisa merawat anggota keluarga yang menderita penyakit Diabetes Melitus.
Tujuan : Keluarga sanggup melaksanakan perawatan yang sempurna terhadap anggota keluarga yang menderita Diabetes Melitus setelah tiga kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga sanggup menjelaskan secara ekspresi cara pencegahan dan perawatan penyakit Diabetes Melitus.
Standar : Keluarga sanggup melaksanakan perawatan anggota keluarga yang menderita penyakit Diabetes Melitus secara tepat.
Intervensi:
Tujuan : Keluarga sanggup memodifikasi lingkungan yang sanggup menunjang penyembuhan dan pencegahan setelah tiga kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga sanggup menjelaskan secara ekspresi wacana efek lingkungan terhadap proses penyakit Diabetes Melitus.
Standar : Keluarga sanggup memodifikasi lingkungan yang sanggup mempengaruhi penyakit Diabetes Melitus .
Intervensi :
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga sanggup memakai akomodasi pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan.
Tujuan : Keluarga sanggup memakai daerah pelayanan kesehatan yang sempurna untuk mengatasi penyakit Diabetes Melitus setelah dua kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga sanggup menjelaskan secara ekspresi ke mana mereka harus meminta pertolongan untuk perawatan dan pengobatan penyakit Diabetes Melitus.
Standar : Keluarga sanggup memakai akomodasi pelayanan secara tepat.
Intervensi :
4.Pelaksanaan Rencana Keperawatan / Implementasi
Menurut Mubarak (2012), tahapan dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga dalam mengadakan perbaikan kearah sikap hidup sehat.
Implementasi yang dilakukan pada asuhan keperawatan keluarga dengan Diabetes Mellitus, yaitu :
5.Melaksanakan Evaluasi
Sesuai dengan planning tindakan yang diberikan, tahap penilaian dilakukan untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak/belum berhasil maka perlu disusun planning gres yang sesuai (Mubarak, 2012).
Evaluasi yang diharapkan pada asuhan keperawatan keluarga dengan Diabetes Mellitus adalah:
DAFTAR PUSTAKA
![]() |
Askep Keluarga DM |
Laporan Pendahuluan Askep keluarga DM
KeluargaPengertian Kelurga
Menurut beberapa jago pengertian keluarga yaitu
- Duvall dan Logan (1986). Keluarga ialah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga.
- Balion dan Maglaya (1978). Keluarga ialah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga lantaran adanya kekerabatan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai kiprah masing – masing dan membuat serta mempertahankan suatu budaya
- Friedman (1998). Keluarga ialah dua atau lebih individu yang tergabung lantaran ikatan tertentu untuk saling membagi pengalaman dan melaksanakan pendekatan emosional, serta mengidentifikasi diri mereka sebagai penggalan dari keluarga.
- Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh perkawinan atau adopsi
- Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jikalau terpisah mereka tetap memperhatikan satu sama lain
- Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing – masing mempunyai kiprah sosial : suami, istri, anak, abang dan adik
- Mempunyai tujuan : membuat dan mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota
Struktur Keluarga
I. Dominsi struktur keluarga
a. Dominasi jalur kekerabatan darah
- Patrilineal : keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis ayah. Suku – suku di Indonesia rata – rata memakai struktur keluarga patrilineal.
- Matrilineal : keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis ibu. Suku padang salah satu suku yang memakai struktur keluarga matrilineal.
- Patrilokal : keberadaan daerah tinggal satu keluarga yang tinggal dengan keluarga sedarah dari pihak suami.
- Matrilokal : keberadaan daerah tinggal satu keluarga yang tinggal dengan keluarga sedarah dari pihak istri
- Patriakal : dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak suami
- Matriakal : dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak istri
- Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga
- Ada keterbatasan : setiap anggota mempunyai kebebasan tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing – masing.
- Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing – masing
- Suami sebagai pengambil keputusan
- Merupakan suatu kesatuan yang utuh
- Berbentuk monogram
- Bertanggung jawab
- Pengambil keputusan
- Meneruskan nilai – nilai budaya bangsa
- Ikatan kekeluargaan sangat erat
- Mempunyai semangat gotong royong
- Struktur kiprah keluarga : menggambarkan kiprah masing – masing anggota keluarga baik di dalam keluarganya sendiri maupun kiprah dilingkungan masyarakat
- Nilai atau norma keluarga : menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini dalam keluarga.
- Pola komunikasi keluarga : menggambarkan bagaimana cara contoh komunikasi diantara orang tua, orang renta dan anak, diantara anggota keluarga ataupun dalam keluarga.
- Struktur kekuatan keluarga : menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk mengendalikan atau mempengaruhi orang lain dalam perubahan sikap ke arah positif.
Macam – macam struktur / tipe / bentuk keluarga
1. Tradisional
- The nuclear family (keluarga inti) : keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak
- The dyad family : keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu rumah
- Keluarga usila: keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah renta dengan anak sudah memisahkan diri
- The childress family : keluarga tanpa anak lantaran terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya, yang disebabkan lantaran mengejar karir atau pendidikan yang terjadi pada wanita
- The extended family (keluarga luas/ besar) : keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah sepertinuclear family disertai : paman, tante, orang renta (kakek – nenek), keponakan, dll
- The single parent family (keluarga duda/ janda) : keluarga yang terdiri dari satu orang renta (ayah dan ibu) dengan anak, hal ini biasanya melalui proses perceraian, kematian dan ditinggalkan (menyalahi hokum pernikahan)
- Communter family : kedua orang tuanya bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai daerah tinggal dan orang renta yang bekerja diluar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pada ketika selesai pecan (week – end)
- Multigenerational family : keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
- Kin – network family : beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan dan saling memakai barang – barang dan pelayanan yang sama. Misalnya : dapur, kamar mandi, televise, telepon,dll.
- Blended family : keluarga yang dibuat oleh duda atau janda yang menikah kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya
- The single 4dukt / living alone / single-4dukt family : keluarga yang terdiri dari orang remaja yang hidup sendiri lantaran pilihannya atau perpisahan (separasi), menyerupai perceraian atau ditinggal mati.
- The unmarried teenage mother : keluarga yang terdiri dari orang renta (terutama ibu) dengan anak dari kekerabatan tanpa nikah
- The strepparent family : keluarga dengan orang renta tiri
- Commune family : beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada kekerabatan saudara, yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan akomodasi yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui acara kelompok/ membesarkan anak bersama’
- The nonmorital heterosecual cohabiting family : keluarga yang hidup bersama berganti – ganti pasangan tanpa melalui pernikahan
- Gay and lesbian families : seseorang yang mempunyai persamaan sec hidup bersama sebagaimana pasangan suami-istri (marital partners)
- Cohabitating couple : orang remaja yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan lantaran beberapa alasan tertentu
- Group marriage family : beberapa orang remaja yang memakai alat – alat rumah tangga bersama, yang merasa telah saling menikah satu dengan yang lainnya, membuatkan sesuatu, termasuk secual dan membesarkan anaknya.
- Group network family : keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/ nilai – nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan saling memakai barang – barang rumah tangga bersama, pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
- Foster family : keluarga mendapatkan anak yang tidak ada kekerabatan keluarga/ saudara dalam waktu sementara, pada ketika orangtua anak tersebut perlu mendapatkan tunjangan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
- Homeless family : keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai proteksi yang permanen lantaran krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental
- Gang : sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang – orang muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan dan criminal dalam kehidupannya
Peranan keluarga Peranan
keluarga menggambarkan seperangkat sikap interpersonal, sifat, kegiatan, yang berafiliasi dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh impian dan contoh sikap dari keluarga , kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga ialah sebagai berikut:
- Peranan ayah : ayah sebagai suami dari istri, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
- Peranan ibu : sebagai istri dan ibu dari anak – anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak – anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga sanggup berperan sebagai pencari nafkah pelengkap dalam keluarganya.
- Peranan anak : anak – anak melaksanakan peranan psiko – sosial sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual
Fungsi keluarga
- Fungsi biologis
- Meneruskan keturunan
- Memelihara dan membesarkan anak
- Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
- Memelihara dan merawat anggota keluarga
- Fungsi psikologis
- Memberikan kasih sayang dan rasa aman
- Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
- Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
- Memberikan identitas keluarga
- Fungsi sosialisasi
- Membina sosialisasi pada anak
- Membentuk norma – norma tingkah laris sesuai dengan tingkat perkembangan anak
- Meneruskan nilai – nilai budaya keluarga
- Fungsi ekonomi
- Mencari sumber – sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
- Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga
- Menabung untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan keluarga di masa yang akan tiba (pendidikan, jaminan hari tua)
- Fungsi pendidikan
- Menyekolahkan anak untuk menunjukkan pengetahuan, ketrampilan dan membentuk sikap anak sesuai dengan talenta dan minat yang dimilikinya
- Mempersiapkan anak untuk kehidupan remaja yang akan tiba dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa
- Mendidik anak sesuai dengan tingkat – tingkat perkembangan
Tahap – tahap kehidupan / perkembangan keluarga
Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya secara unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti contoh yang sama (Rodgers cit Friedman, 1999) :
1. Pasangan gres (keluarga baru) Keluarga gres dimulai ketika masing-masing individu pria dan perempuan membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan (psikologis) keluarga masing-masing :
- Membina kekerabatan intim yang memuaskan
- Membina kekerabatan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial
- Mendiskusikan planning mempunyai anak
- Persiapan menjadi orang tua
- Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, kekerabatan secual dan kegiatan keluarga
- Mempertahankan kekerabatan yang memuaskan dengan pasangan.
- Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, menyerupai kebutuhan daerah tinggal, privasi dan rasa aman
- Membantu anak untuk bersosialisasi
- Beradaptasi dengan anak yang gres lahir, sementara kebutuhan anak yang lain juga harus terpenuhi
- Mempertahankan kekerabatan yang sehat, baik di dalam maupun di luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)
- Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang paling repot)
- Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
- Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak
- Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan
- Mempertahankan keintiman pasangan
- Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.
Tujuan keluarga ini ialah melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih remaja :
- Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, mengingat remaja sudah bertambah remaja dan meningkat otonominya
- Mempertahankan kekerabatan yang intim dalam keluarga
- Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua. Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan
- Perubahan sistem kiprah dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga
- Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
- Mempertahankan keintiman pasangan
- Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua
- Membantu anak untuk berdikari di masyarakat
- Penataan kembali kiprah dan kegiatan rumah tangga
- Mempertahankan kesehatan
- Mempertahankan kekerabatan yang memuaskan dengan sobat sebaya dan anak-anak
- Meningkatkan keakraban pasangan
- Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
- Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan pendapatan
- Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
- Mempertahankan kekerabatan dengan anak dan sosial masyarakat
- Melakukan life review (merenungkan hidupnya).
Perawatan Kesehatan Keluarga
Perawatan kesehatan keluarga ialah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai saran/penyalur.
Alasan Keluarga sebagai Unit Pelayanan :
- Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan forum yang menyangkut kehidupan masyarakat
- Keluarga sebagai suatu kelompok sanggup menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya
- Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan apabila salah satu angota keluarga mempunyai duduk kasus kesehatan akan kuat terhadap anggota keluarga lainnya
- Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu (pasien), keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan para anggotanya
- Keluarga merupakan mediator yang efektif dan gampang untuk banyak sekali upaya kesehatan masyarakat.
Tugas-tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan
Dikaitkan dengan kemampuan keluarga dalam melaksanakan 5 kiprah keluarga di bidang kesehatan yaitu :
- Mengenal duduk kasus kesehatan keluarga
- Memutuskan tindakan kesehatan yang sempurna bagi keluarga
- Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.
- Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga
- Memanfaatkan akomodasi pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga
Peran Perawat Keluarga
1. Pendidik
Perawat perlu menunjukkan pendidikan kesehatan kepada keluarga biar :
- Keluarga sanggup melaksanakan jadwal asuhan kesehatan keluarga secara mandiri
- Bertanggung jawab terhadap duduk kasus kesehatan keluarga
2. Koordinator
Diperlukan pada perawatan berkelanjutan biar pelayanan yang komprehensif sanggup tercapai. Koordinasi juga sangat diharapkan untuk mengatur jadwal kegiatan atau terapi dari banyak sekali disiplin ilmu biar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan.
3. Pelaksana
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik maupun di rumah sakit bertanggung jawab dalam menunjukkan perawatan langsung. Kontak pertama perawat kepada keluarga melalui anggota keluarga yang sakit. Perawat sanggup mendemonstrasikan kepada keluarga asuhan keperawatan yang diberikan dengan impian keluarga nanti sanggup melaksanakan asuhan pribadi kepada anggota keluarga yang sakit.
4. Pengawas
kesehatan Sebagai pengawas kesehatan, perawat harus melaksanakan home visite atau kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melaksanakan pengkajian wacana kesehatan keluarga.
5. Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi duduk kasus kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat, maka kekerabatan perawat-keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan sanggup dipercaya.
6. Kolaborasi
Perawat komunitas juga harus bekerja dama dengan pelayanan rumah sakit atau anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal.
7. Fasilitator
Membantu keluarga dalam menghadapi hambatan untuk meningkatkan derajat kesehatannya. Agar sanggup melaksanakan kiprah fasilitator dengan baik, maka perawat komunitas harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan (sistem rujukan, dana sehat, dll).
8. Penemu kasus
Mengidentifikasi duduk kasus kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi ledakan atau wabah.
9. Modifikasi lingkungan
Perawat komunitas juga harus sanggup mamodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat, biar sanggup tercipta lingkungan yang sehat.
Diabetes Mellitus
Definisi
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Pada Diabetes Mellitus kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin sanggup menurun atau pancreas sanggup menghentikan sama sekali produksi insulin (Brunner and Suddarth.2001) Diabetes mellitus ialah gangguan metabolism yang ditandai dengan hiiperglikemia yang berafiliasi dengan keanehan metabolism karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau acara insulin atau keduanya dan menimbulkan komplikasi kronis mikrovaskuler, dan neuropati
Etiologi
1. Diabetes Mellitus tipe I (IDDM/ Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
- Faktor genetic/ herediter Peningkatakan kerentanan sel – sel beta dan perkembangan antibody autoimun terhadap penghancuran sel – sel beta.
- Faktor benjol virus Infeksi virus coxsakie pada individu yang peka secara genetic
- Faktor imunologi Respon autoimun asing yaitu antibody menyerang jaringan normal yang dianggap jaringan asing
- Obesitas. Obesitas menurukan jumlah reseptor insulin dari sel sasaran diseluruh tubuh, insulin yang tersedia menjadi kurang efektif dalam meningkatan imbas metabolic.
- Usia. Cenderung meningkat diatas usia 65 tahun
- Riwayat keluarga
- Kelompok etnik
4. Diabetes Mellitus tipe lain
- Penyakit pancreas
- Penyakit hormonal
- Obat – obatan : aloxan, streptozokin, derivate thiazide
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis Diabetes Mellitus dikaitkan dengan konsekuensi metabolic defisiensi insulin
- Kadar glukosa puasa tidak normal
- Hiperglikemia berat berakibat glukosaria yang akan menjadi dieresis osmotic yang meningkatkan pengeluaran urin (poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsia)
- Rasa lapar yang semakin besar (polifagia), berat tubuh berkurang
- Lelah dan mengantuk
- Gejala lain yang dikeluhkan ialah kesemutan, gatal, mata gatal, mata kabur, impotensi, peruritas vulva
Klasifikasi
1. Klasifikasi klinis
a. Diabetes Mellitus
- Tipe I : IDDM Disebabkan oleh destruksi sel beta pulau langerhans akhir proses autoimun
- Tipe II : NIDDM Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin.
- Tipe II dengan obesitas
- Tipe II tanpa obesitas
c. Diabetes kehamilan
2. Klasifikasi resiko statistic
- Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa
- Berpotensi menderita kelainan glukosa
Patofisiologi
Diabetes tipe I. pada diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin lantaran sel – sel beta pancreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia puasa terjadi akhir produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Disamping itu glukosa yang berasal dari masakan sanggup disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan)
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak sanggup menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibtanya glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosaria). Ketika glukosa yang berlebihan dieksresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan dieresis osmotic. Sebagai akhir dari dari kehilangan cairan berlebihan. Pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia)
Defisiensi insulin juga akan mengganggu metabolism protein dan lemak yang menimbulkan penurunan berat badan. Pasien sanggup mengalami peningkatan selera makan (polifagia), akhir menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya meliputi kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukkan glukosa gres dari asam – asam amino dan substansi lain). Namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang menimbulkan peningkatan produksi tubuh keton merupakan asam yang mengganggu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan.
Ketoasidosis yang diakibatkannya sanggup menimbulkan tanda – tanda dan tanda-tanda menyerupai nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolic tersebut dan mengatasi tanda-tanda hiperglikemia serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting.
Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat 2 duduk kasus utama yang berafiliasi insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel sebagai akhir terikatnya insulin dengan reseptor tersebut.
Terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolism glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jikalau sel – sel beta tidak bisa mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan cirri khas diabetes mellitus tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi tubuh keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetic tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol sanggup menimbulkan duduk kasus akut lainnya yang dinamakan sindrom nonketoik (HHNK)
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intolerasi glukosa yang berlangsung lambat (selama bertahun – tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II sanggup berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, tanda-tanda tersebut sering bersifat ringan dan sanggup meliputi kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang laa sembuh, benjol v@gin@/pandangan yang kabur (jika kadar glukosanya sangat tinggi).
Fathway :
![]() |
Fathway DM |
Data Penunjang
- Glukosa darah : gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa > 200mg/dl, 2 jam setelah pemberian glukosa
- Aseton plasma (keton) faktual secara mandiri
- Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
- Osmolalitas serum : meningkat tapi biasanya < 330 mosm/l
- Elektrolit : Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal atau peningkatan semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun
- Gas darah arteri : menunjukkkan pH rendah dan penurunan HCO3
- Trombosit darah : Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan hemokonsentrasi merupakan respon terhadap stress atau infeksi
- Ureum atau kreatinin : mungkin meningkat atau normal
- Insulin darah : mungkin menurun atau tidak ada (Tipe I) atau normal hingga tinggi (tipe II)
- Urine : gula dan aseton positif
- Kultur dan sensitivitas : kemungkin adanya ISK, benjol pernapasan dan benjol luka
Komplikasi
- Komplikasi akut
- Hipoglikemia
- Sindrom Hiperglikemia Hiperosmolar non ketotik
- Ketoasidosis Diabetic
- Komplikasi kronik Umumnya terjadi 10 – 15 tahun setelah awitan :
- Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata (retinopati) dan ginjal (nefropati). Control kadar glukosa darah untuk memperlambat atau menunda awitan baik komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular
- Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi koroner, vascular perifer, dan vascular serebral
- Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik motorik dan autonomi serta menunjang duduk kasus menyerupai impotensi dan ulkus pada kaki
- Rentan infeksi, menyerupai tuberculosis paru dan benjol susukan kemih
- Ulkus/gangrene/kaki diabetic
Penatalaksanaan
1. Medis Ada lima komponen dalam penatalaksaan Diabetes Mellitus yaitu :
a. Diet
- Memperbaiki kesehatan umum penderita
- Mengarahkan pada berat tubuh normal
- Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic
- Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
- Menarik dan gampang diberikan
- Jumlah sesuai kebutuhan
- Jadwal diit ketat
- Jenis : boleh dimakan atau tidak
b. Latihan Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita Diabetes Mellitus, ialah :
- Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 1 jam setelah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensivitas insulin dengan reseptornya
- Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore
- Memperbaiki pemikiran perifer dan menambah suplai oksigen
- Meningkatkan kadar kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah lantaran pembakaran asam lemak menjadi lebih baik
c. Penyuluhan
d. Obat
- Obat OAD (Oral Anti Diabetes)/ obat hipoglikemik oral (OHO)
- Insulin
Asuhan Keperawatan
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Diabetes Melitus
Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam praktek keperawatan yang diberikan pada klien sebagai anggota keluarga pada tatanan komunitas dengan memakai proses keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan (Mc Closkey & Grace, dalam Gusti 2013 : 51).
Asuhan Keperawatan Keluarga ialah suatu rangkaian yang diberikan melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan ini bertujuan untuk menuntaskan duduk kasus kesehatan yang dialami keluarga dengan memakai pendekatan proses keperawatan, yaitu sebagai berikut (Suprajitno, 2004):
1.Pengkajian Pengkajian merupakan langkah wal pelaksanaan asuhan keperawatan, biar diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga.
Data yang diperoleh dari pengkajian
- Berkaitan dengan keluarga
- Data demografi dan sosiokultural
- Data lingkungan
- Struktur dan fungsi keluarga
- Stress dan koping keluarga yang dipakai keluarga
- Perkembangan keluarga
- Berkaitan dengan individu sebagai anggota keluarga
- Fisik
- Mental
- Emosi
- Sosio
- Spiritual
a. Mengetahui Kemampuan keluarga untuk mengenal duduk kasus kesehatan.
Hal ini yang perlu dikaji ialah sejauh mana keluarga mengetahui fakta dari duduk kasus kesehatan, meliputi pengertian, tanda dan gejala, factor penyebab dan factor yang mempengaruhi serta persepsi keluarga terhadap duduk kasus kesehatan terutama yang dialami anggota keluarga.
b. Mengetahui kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat, perlu dikaji wacana :
- Kemampuan keluarga memahami sifat dan luasnya masalah.
- Apakah duduk kasus kesehatan dirasakan oleh keluarga?
- Apakah keluarga merasa mengalah terhadap duduk kasus yang dialami?
- Apakah keluarga merasa takut terhadap akhir dari duduk kasus kesehatan yang dialami anggota keluarga?
- Apakah keluarga mempunyai sikap yang tidak mendukung (negative) terhadap upaya kesehatan yang sanggup dilakukan pada anggota keluarga?
- Apakah kelarga mempunyai kemampuan untuk menjangkau akomodasi pelayanan kesehatan?
- Apakah keluarga mempunyai kepercayaan terhadap tenaga keshatan?
- Apakah keluarga telah memperoleh informasi wacana kesehatan yang sempurna untuk melaksanakan tindakan dalam rangka mengatasi duduk kasus kesehatan?
- Pengetahuan keluarga wacana penyakit yang dialami anggota keluarga (sifat, penyebaran, komplikasi, kemungkinan setelahtindakan, dan cara perawatannya)
- Pemahaman keluarga wacana perawatan yang perlu dilakuakan anggota keluarga 3
- Pengetahuan keluarga wacana peralatan, cara, dan akomodasi untuk merawat anggota keluarga yang mempunyai duduk kasus kesehatan.
- Pengetahuan keluarga wacana sumber yang dimiliki keluarga (anggota keluarga yang bisa dan sanggup bertanggung jawab, sumber keuangan/financial, akomodasi fisik, dukungan psikososial).
- Bagaimana sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit atau membutuhkan tunjangan kesehatan.
- Pengetahuan keluarga wacana sumber yang dimiliki oleh keluarga disekitar lingkungan rumah.
- Kemampuan keluarga melihat laba dan manfaat pemeliharaan lingkungan.
- Pengetahuan keluarga wacana pentingnya dan sikap keluarga terhadap sanitasi lingkungan yang higenis sesuai syarat kesehatan
- Pengetahuan keluarga wacana upaya pencegahan penyakit yang sanggup dilakukan keluarga
- Kebersamaan anggota keluarga untuk meningkatkan dan memelihara lingkungan rumah yang menunjang kesehatan keluarga.
- Pengetahuan keluarga wacana keberadaan akomodasi pelayanan keshatan yang sanggup dijangkau keluarga.
- Pemahaman keluarga wacana laba yang sanggup diperoleh dari akomodasi kesehatan.
- Tingkat kepercayaan keluarga terhadap akomodasi dan petugas keshatan melayani.
- Apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang menyenangkan wacana akomodasi dan petugas kesehatan yang melayani?
- Apakah keluarga sanggup menjangkau akomodasi kesehatan dan bila tidak sanggup apakah penyebabnya?
- Ketidakmampuan keluarga mengenal duduk kasus DM yang terjadi pada keluarga berafiliasi dengan kurangnya pengetahuan keluarga wacana arti, tanda atau tanda-tanda penyakit Diabetes Mellitus.
- Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang sempurna untuk mengatasi penyakit Diabetes Mellitus berafiliasi dengan keluarga tidak memahami mengenai sifat, berat dan luasnya duduk kasus Diabetes Melitus.
- Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Diabetes Mellitus berafiliasi dengan kurangnya pengetahuan keluarga wacana cara pencegahan dan perawatan Diabetes Mellitus.
- Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan yang sanggup mempengaruhi penyakit Diabetes Mellitus berafiliasi dengan kurangnya pemahaman keluarga wacana efek lingkungan terhadap faktor penggagas Diabetes Melitus.
- Ketidakmampuan keluarga memakai akomodasi pelayanan kesehatan guna perawatan dan pengobatan DM berafiliasi dengan sikap keluarga yang kurang sempurna terhadap pelayanan atau petugas kesehatan atau kurangnya pengetahuan keluarga wacana pentingnya segera tiba ke daerah pelayanan kesehatan untuk pengobatan penyakit Diabetes Mellitus.
2.Menentukan Diagnosa Keperawatan
Sebelum memilih diagnoasa keperawatan tentu harus menyusun prioritas duduk kasus dengan memakai proses skoring menyerupai pada tabel berikut.
Proses skoring memakai skala yang telah dirumuskan oleh Balion dan Maglaya, 1978.
No | Kriteria | Nilai | Bobot |
1. 2 3 4 | Sifat duduk kasus : · Tidak/kurang sehat · Ancaman kesehatan · Krisis Kemungkinan duduk kasus sanggup diubah · Dengan mudah · Hanya sebagian · Tidak dapat Potensi duduk kasus untuk diubah · Tinggi · Cukup · Rendah Menonjolnya masalah · Masalah berat harus ditangani · Masalah yang tidak perlu segera ditangani · Masalah tidak dirasakan | 3 2 1 2 1 0 3 2 1 2 1 0 | 1 2 1 1 |
Skoring
- Tentukan skor untuk setiap kriteria
- Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot
- Jumlahkan skor untuk semua kriteria
- Skor tertinggi ialah 5 dan sama untuk seluruh bobot
3.Membuat Perencanaan
Menurut Suprajitno (2004) perencanaan keperawatan meliputi tujuan umum dan khusus yang didasarkan pada duduk kasus yang dilengkapi dengan criteria dan standar yang mengacu pada penyebab. Selanjutnya merumuskan tindakan keperawatan yang berorientasi pada criteria dan standar.
Perencanaan yang sanggup dilakukan pada Asuhan keperawatan keluarga dengan Diabetes Melitus ini ialah sebagai berikut (Mubarak, 2012):
a. Ketidak mampuan keluarga mengenal duduk kasus Diabetes Melitus yang terjadi pada keluarga berafiliasi dengan kurangnya pengetahuan keluarga wacana penyakit Diabetes Melitus.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga sanggup mengenal dan mengerti wacana penyakit Diabetes Melitus.
Tujuan : Keluarga mengenal duduk kasus penyakit Diabetes Melitus setelah dua kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga sanggup menjelaskan secara ekspresi wacana penyakit Diabetes Melitus
Standar : Keluarga sanggup menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan tanda-tanda penyakit DM, serta pencegahan dan pengobatan penyakit Diabetes Melitus secara lisan.
Intervensi :
- Jelaskan arti penyakit Diabetse Melitus.
- Diskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit Diabetes Melitus.
- Tanyakan kembali apa yang telah didiskusikan.
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang sempurna untuk mengatasi penyakit Diabetes Melitus berafiliasi dengan keluarga tidak memahami mengenai sifat, berat dan luasnya duduk kasus Diabetes Melitus.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga sanggup mengetahui akhir lebih lanjut dari Penyakit Diabetes Melitus.
Tujuan : Keluarga sanggup mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan Diabetes Melitus setelah tiga kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga sanggup menjelaskan secara ekspresi dan sanggup mengambil tindakan yang sempurna dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
Standar : Keluarga sanggup menjelaskan dengan benar bagaimana akhir DM dan sanggup mengambil keputusan yang tepat.
Intervensi:
- Diskusikan wacana akhir penyakit Diabetes Melitus.
- Tanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang menderita Diabetes Melitus .
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Diabetes Melitus berafiliasi dengan kurangnya pengetahuan keluarga wacana cara pencegahan dan perawatan Diabetes Melitus.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga bisa merawat anggota keluarga yang menderita penyakit Diabetes Melitus.
Tujuan : Keluarga sanggup melaksanakan perawatan yang sempurna terhadap anggota keluarga yang menderita Diabetes Melitus setelah tiga kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga sanggup menjelaskan secara ekspresi cara pencegahan dan perawatan penyakit Diabetes Melitus.
Standar : Keluarga sanggup melaksanakan perawatan anggota keluarga yang menderita penyakit Diabetes Melitus secara tepat.
Intervensi:
- Jelaskan pada keluarga cara-cara pencegahan penyakit Diabetes Melitus.
- Jelaskan pada keluarga wacana manfaat istirahat, diet yang sempurna dan olah raga khususnya untuk anggota keluarga yang menderita Diabetes Melitus.
Tujuan : Keluarga sanggup memodifikasi lingkungan yang sanggup menunjang penyembuhan dan pencegahan setelah tiga kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga sanggup menjelaskan secara ekspresi wacana efek lingkungan terhadap proses penyakit Diabetes Melitus.
Standar : Keluarga sanggup memodifikasi lingkungan yang sanggup mempengaruhi penyakit Diabetes Melitus .
Intervensi :
- Ajarkan cara memodifikasi lingkungan untuk mencegah dan mengatasi penyakit Diabetes Melitus contohnya :
- Jaga lingkungan rumah biar bebas dari resiko kecelakaan contohnya benda yang tajam.
- Gunakan alat pelindung bila bekerja Misalnya sarung tangan.
- Gunakan materi yang lembut untuk pakaian untuk mengurangi terjadinya iritasi.
- Motivasi keluarga untuk melaksanakan apa yang telah dijelaskan.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga sanggup memakai akomodasi pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan.
Tujuan : Keluarga sanggup memakai daerah pelayanan kesehatan yang sempurna untuk mengatasi penyakit Diabetes Melitus setelah dua kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga sanggup menjelaskan secara ekspresi ke mana mereka harus meminta pertolongan untuk perawatan dan pengobatan penyakit Diabetes Melitus.
Standar : Keluarga sanggup memakai akomodasi pelayanan secara tepat.
Intervensi :
- Jelaskan pada keluarga ke mana mereka sanggup meminta pertolongan untuk perawatan dan pengobatan Diabetes Melitus.
4.Pelaksanaan Rencana Keperawatan / Implementasi
Menurut Mubarak (2012), tahapan dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga dalam mengadakan perbaikan kearah sikap hidup sehat.
Implementasi yang dilakukan pada asuhan keperawatan keluarga dengan Diabetes Mellitus, yaitu :
- Ketidakmampuan keluarga mengenal duduk kasus DM yang terjadi pada keluarga berafiliasi dengan kurangnya pengetahuan keluarga wacana penyakit Diabetes Mellitus
- Menjelaskan arti penyakit Diabetes Mellitus.
- Mendiskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit Diabetes Mellitus.
- Menanyakan kembali apa yang telah didiskusikan.
- Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang sempurna untuk mengatasi penyakit Diabetes Mellitus berafiliasi dengan keluarga tidak memahami mengenai sifat, berat dan luasnya duduk kasus Diabetes Mellitus, yaitu :
- Mendiskusikan wacana akhir penyakit Diabetes Mellitus.
- Menanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang menderita Diabetes Mellitus.
- Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Diabetes Mellitus berafiliasi dengan kurangnya pengetahuan keluarga wacana cara pencegahan dan perawatan Diabetes Mellitus, yaitu :
- Menjelaskan pada keluarga cara-cara pencegahan penyakit Diabetes Mellitus.
- Menjelaskan pada keluarga wacana manfaat istirahat, diet yang sempurna dan olah raga khususnya untuk anggota keluarga yang menderita Diabetes Mellitus.
- Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan yang sanggup mempengaruhi penyakit Diabetes Mellitus berafiliasi dengan kurangnya pemahaman keluarga wacana efek lingkungan terhadap faktor penggagas Diabetes Mellitus, yaitu :
- Menjaga lingkungan rumah biar bebas dari resiko kecelakaan contohnya benda yang tajam.
- Menggunakan alat pelindung bila bekerja Misalnya sarung tangan.
- Menggunakan materi yang lembut untuk pakaian untuk mengurangi terjadinya iritasi.
- Memotivasi keluarga untuk melaksanakan apa yang telah dijelaskan.
- Ketidakmampuan keluarga memakai akomodasi pelayanan kesehatan guna perawatan dan pengobatan DM berafiliasi dengan sikap keluarga yang kurang sempurna terhadap pelayanan atau petugas kesehatan atau kurangnya pengetahuan keluarga wacana pentingnya segera tiba ke daerah pelayanan kesehatan untuk pengobatan penyakit Diabetes Mellitus.
- Menjelaskan pada keluarga ke mana mereka sanggup meminta pertolongan untuk perawatan dan pengobatan Diabetes Mellitus.
5.Melaksanakan Evaluasi
Sesuai dengan planning tindakan yang diberikan, tahap penilaian dilakukan untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak/belum berhasil maka perlu disusun planning gres yang sesuai (Mubarak, 2012).
Evaluasi yang diharapkan pada asuhan keperawatan keluarga dengan Diabetes Mellitus adalah:
- Keluarga sanggup menjelaskan secara ekspresi wacana penyakit Diabetes Mellitus.
- Keluarga sanggup mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan Diabetes Mellitus.
- Keluarga sanggup melaksanakan perawatan yang sempurna terhadap anggota keluarga yang menderita Diabetes Mellitus.
- Keluarga sanggup memodifikasi lingkungan yang sanggup menunjang penyembuhan dan pencegahan.
- Keluarga sanggup memakai daerah pelayanan kesehatan yang sempurna untuk mengatasi penyakit Diabetes Melitus
DAFTAR PUSTAKA
![]() |
Askep keluarga dengan DM |
Sumber http://bangsalsehat.blogspot.com