Wednesday, September 20, 2017

√ Askep Anak Dengan Marasmus



ASKEP ANAK DENGAN MARASMUS


PENGERTIAN
-          Marasmus ialah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akhir kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya lemak bawah kulit dan otot. (Dorland, 1998:649).
-          Marasmus ialah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori protein. (Suriadi, 2001:196).
-          Marasmus ialah malnutrisi berat pada bayi sering ada di tempat dengan masakan tidak cukup atau higiene kurang. Sinonim marasmus diterapkan pada rujukan penyakit klinis yang menekankan satu ayau lebih tanda defisiensi protein dan kalori. (Nelson, 1999:212).
-          Zat gizi ialah zat yang diperoleh dari masakan dan digunakan oleh tubuh untuk pertumbuhan, pertahanan dan atau perbaikan. Zat gizi dikelompokkan menjadi karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. (Arisman, 2004:157).
-          Energi yang diperoleh oleh tubuh bukan hanya diperoleh dari proses katabolisme zat gizi yang tersimpan dalam tubuh, tetapi juga berasal dari energi yang terkandung dalam masakan yang kita konsumsi.
-          Fungsi utama karbohidrat ialah sebagai sumber energi, disamping membantu pengaturan metabolisme protein. Protein dalam darah memiliki peranan fisiologis yang penting bagi tubuh untuk :
1.              Mengatur tekanan air, dengan adanya tekanan osmose dari plasma protein.
2.              Sebagai cadangan protein tubuh.
3.              Mengontrol perdarahan (terutama dari fibrinogen).
4.              Sebagai transport yang penting untuk zat-zat gizi tertentu.
5.              Sebagai antibodi dari banyak sekali penyakit terutama dari gamma globulin.
Dalam darah ada 3 fraksi protein, yaitu : Albumin, globulin, fibrinogen.

ETIOLOGI
-          Penyebab utama marasmus ialah kurang kalori protein yang sanggup terjadi lantaran : diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak sempurna ibarat yang hubungan dengan orangtua-anak terganggu,karena kelainan metabolik, atau malformasi kongenital. (Nelson,1999).
-          Marasmus sanggup terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai pada bayi yang tidak menerima cukup ASI dan tidak diberi masakan penggantinya atau sering diserang diare. Marasmus juga sanggup terjadi akhir banyak sekali penyakit lain ibarat infeksi, kelainan bawaan jalan masuk pencernaan atau jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik, penyakit ginjal menahun dan juga gangguan pada saraf pusat. (Dr. Solihin, 1990:116).

PATOFISIOLOGI
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. (Arisman, 2004:92). Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) sanggup digunakan oleh seluruh jaringan tubuh sebagai materi bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah sanggup terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selam puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot sanggup mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan masakan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan hingga memecah protein lagi seteah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh. (Nuuhchsan Lubis an Arlina Mursada, 2002:11).

MANIFESTASI KLINIK
Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan kehilangan berat tubuh hingga berakibat kurus,dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi berkerut dan longgar lantaran lemak subkutan hilang dari ganjal pipi, muka bayi sanggup tetap tampak relatif normal selama beberaba waktu sebelum menjadi menyusut dan berkeriput. Abdomen sanggup kembung dan datar. Terjadi atropi otot dengan akhir hipotoni. Suhu biasanya normal, nadi mungkin melambat, mula-mula bayi mungkin rewe, tetapi kemudian lesu dan nafsu makan hilang. Bayi biasanya konstipasi, tetapi sanggup muncul apa yang disebut diare tipe kelaparan, dengan buang air besar sering, tinja berisi mukus dan sedikit. (Nelson,1999).

Selain itu manifestasi marasmus ialah sebagai berikut :
1. Badan kurus kering tampak ibarat orangtua
2. Lethargi
3. Irritable
4. Kulit keriput (turgor kulit jelek)
5. Ubun-ubun cekung pada bayi
6. Jaingan subkutan hilang
7. Malaise
8. Kelaparan
9. Apatis

PENATALAKSANAAN
1.       Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang kualitas biologiknya baik. Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin.
2.       Pemberian terapi cairan dan elektrolit.
3.       Penatalaksanaan segera setiap duduk perkara akut ibarat duduk perkara diare berat.
4.       Pengkajian riwayat status sosial ekonomi, kaji riwayat rujukan makan, pengkajian antropometri, kaji manifestasi klinis, monitor hasil laboratorium, timbang berat badan, kaji tanda-tanda vital.

Penanganan KKP berat
Secara garis besar, penanganan KKP berat dikelompokkan menjadi pengobatan awal dan rehabilitasi. Pengobatan awal ditujukan untuk mengatasi keadaan yang mengancam jiwa, sementara fase rehabilitasi diarahkan untuk memulihkan keadaan gizi.
Upaya pengobatan, mencakup :
-          Pengobatan/pencegahan terhadap hipoglikemi, hipotermi, dehidrasi.
-          Pencegahan jikalau ada ancamanperkembangan renjatan septik
-          Pengobatan infeksi
-          Pemberian makanan
-          Pengidentifikasian dan pengobatan duduk perkara lain, ibarat kekurangan vitamin, anemia berat dan payah jantung.

Menurut Arisman, 2004:105
-          Komposisi ppemberian CRO (Cairan Rehidrasi Oral) sebanyak 70-100 cc/kg BB biasanya cukup untuk mengoreksi dehidrasi.
-          Cara pemberian dimulai sebanyak 5 cc/kg BB setiap 30 menit selama 2 jam pertama peroral atau NGT kemudian tingkatkan menjadi 5-10 cc/kg BB/ jam.
-          Cairan sebanyak itu harus habis dalam 12 jam.
-          Pemberian ASI sebaiknya tidak dilarang ketika pemberian CRO/intravena diberikan dalam aktivitas rehidrasi.
-          Berika masakan cair yang mengandung 75-100 kkal/cc, masing-masing disebut sebagai F-75 dan F-100.

Menurut Nuchsan Lubis
Penatalaksanaan penderita marasmus yang dirawat di RS dibagi dalam beberapa tahap, yaitu :
1.       Tahap awal :24-48 jam pertama merupakan masa kritis, yaitu tindakan untuk menyelamatkan jiwa, antara lain mengoreksi keadaan kehilangan cairan tubuh atau asidosis dengan pemberian cairan IV.
-            cairan yang diberikan ialah larutan Darrow-Glukosa atau Ringer Laktat Dextrose 5%.
-            Mula-mula diberikan 60 ml/kg BB pada 4-8 jam pertama.
-            Kemudian 140ml sisanya diberikan dalam 16-20 jam berikutnya.
-            Cairan diberikan 200ml/kg BB/ hari.
2.       Tahap pembiasaan terhadap pemberian makanan
-          Pada hari-hari pertama jumlah kalori yang diberikan sebanyak 30-60 kalori/ kg BB/ hari atau rata-rata 50 kalori/ kg BB/ hari, dengan protein 1-1,5 gr/ kg BB/ hari.
-          Kemudian dinaikkan sedikit demi sedikit 1-2 hari hingga mencapai 150-175 kalori/ kg BB/ hari, dengan protein 3-5 gr/ kg BB/ hari.
-          Waktu yang diharapkan untuk mencapai diet TKTP ini lebih kurang 7-10 hari.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.       Pemeriksaan Fisik
-          Mengukur TB dan BB
-          Menghitung indeks massa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi dengan TB (dalam meter)
-          Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan trisep) ditarik menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya sanggup diukur, biasanya dangan memakai jangka lengkung (kaliper). Lemak dibawah kulit banyaknya ialah 50% dari lemak tubuh. Lipatan lemak normal sekitar 1,25 cm pada pria dan sekitar 2,5 cm pada wanita.
-          Status gizi juga sanggup diperoleh dengan mengukur LLA untuk memperkirakan jumlah otot rangka dalam tubuh (lean body massa, massa tubuh yang tidak berlemak).
2.       Pemeriksaan laboratorium : albumin, kreatinin, nitrogen, elektrolit, Hb, Ht, transferin.

FOKUS INTERVENSI
1.       Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berafiliasi dengan intake masakan tidak adekuat (nafsu makan berkurang). (Wong, 2004)
Tujuan :
Pasien menerima nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil :
meningkatkan masukan oral.
Intervensi :
a.       Dapatkan riwayat diet
b.      Dorong orangtua atau anggota keluarga lain untuk menyuapi anak atau ada disaat makan
c.       Minta anak makan dimeja dalam kelompok dan buat waktu makan menjadi menyenangkan
d.      Gunakan alat makan yang dikenalnya
e.      Perawat harus ada dikala makan untuk memperlihatkan bantuan, mencegah gangguan dan memuji anak untuk makan mereka
f.        Sajikan makansedikit tapi sering
g.       Sajikan porsi kecil masakan dan berikan setiap porsi secara terpisah

2.       Defisit volume cairan berafiliasi dengan diare. (Carpenito, 2001:140)
Tujuan :
Tidak terjadi dehidrasi
Kriteria hasil :
Mukosa bibir lembab, tidak terjadi peningkatan suhu, turgor kulit baik.
Intervensi :
a.       Monitor tanda-tanda vital dan tanda-tanda dehidrasi
b.      Monitor jumlah dan tipe masukan cairan
c.       Ukur haluaran urine dengan akurat

3. Gangguan integritas kulit berafiliasi dengan gangguan nutrisi/status metabolik. (Doengoes, 2000).
Tujuan :
Tidak terjadi gangguan integritas kulit
Kriteria hasil :
kulit tidak kering, tidak bersisik, elastisitas normal
Intervesi :
a. Monitor kemerahan, pucat,ekskoriasi
b. Dorong mandi 2xsehari dan gunakan lotion setelah mandi
c. Massage kulit Kriteria hasilususnya diatas penonjolan tulang
d. Alih baring

4. Resiko tinggi bisul berafiliasi dengan kerusakan pertahanan tubuh
Tujuan :
Pasien tidak memperlihatkan tanda-tanda infeksi
Kriteria hasil:
suhu tubuh normal 36,6 C-37,7 C,lekosit dalam batas normal

Intervensi :
a. Mencuci tangan sebelum dan setelah melaksanakan tindakan
b. Pastikan semua alat yang kontak dengan pasien bersih/steril
c. Instruksikan pekerja perawatan kesehatan dan keluarga dalam mekanisme kontrol infeksi
d. Beri antibiotik sesuai program

5. Kurang pengetahuan berafiliasi dengan kurang nya isu (Doengoes, 2004)
Tujuan :
pengetahuan pasien dan keluarga bertambah
Kriteria hasil:
Menyatakan kesadaran dan perubahan rujukan hidup,mengidentifikasi hubungan tanda dan gejala.
Intervensi :
a. Tentukan tingkat pengetahuan orangtua pasien
b. Mengkaji kebutuhan diet dan jawab pertanyaan sesuai indikasi
c. Dorong konsumsi masakan tinggi serat dan masukan cairan adekuat
d. Berikan isu tertulis untuk orangtua pasien

6. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berafiliasi dengan melemahnyakemampuan fisik dan ketergantungan sekunder akhir masukan kalori atau nutrisi yang tidak adekuat. (Carpenito, 2001:157).
Tujuan :
Anak bisa tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya.
Kriteria hasil :
Terjadi peningkatan dalam sikap personal, sosial, bahasa, kognitif atau aktifitas motorik sesuai dengan usianya.
Intervensi :
a. Ajarkan pada orangtua perihal kiprah perkembangan yang sesuai dengan kelompok usia.
b. Kaji tingkat perkembangan anak dengan Denver II
c. Berikan kesempatan bagi anak yang sakit memenuhi kiprah perkembangan
d. Berikan mainan sesuai usia anak.

7. Intoleransi aktifitas berafiliasi dengan gangguan sistem transport oksigen sekunder akhir malnutrisi. (Carpenito, 2001:3)
Tujuan :
Anak bisa beraktifitas sesuai dengan kemampuannya.
Kriteria hasil :
Menunjukkan kembali kemampuan melaksanakan aktifitas.
Intervensi :
a. Berikan permainan dan aktifitas sesuai dengan usia
b. Bantu semua kebutuhan anak dengan melibatkan keluarga pasien

8. Kelebihan volume cairan berafiliasi dengan rendahnya masukan protein (malnutrisi). (Carpenio, 2001:143).
Tujuan :
Kelebihan volume cairan tidak terjadi.
Kriteria hasil :
Menyebutkan faktor-faktor penyebab dan metode-metode pencegahan edema, memperlihatkan penurunan edema perifer dan sacral.
Intervensi :
a. Pantau kulit terhadap tanda luka tekan
b. Ubah posisi sedikitnya 2 jam
c. Kaji masukan diet dan kebiasaan yang sanggup menunjang retensi cairan.

Sumber http://macrofag.blogspot.com