Monday, August 14, 2017

√ Pengertian, Tipe, Patofisiologi, Dan Faktor Yang Menghipnotis Intensitas Nyeri Serta Metode Pengukuran Nyeri

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan tanggapan dari kerusakan jaringan yang nyata atau potensial. Nyeri yaitu alasan utama seseorang untuk mencari santunan perawatan kesehatan. Nyeri terjadi bersama banyak proses penyakit atau bersamaan dengan beberapa investigasi diagnostik atau pengobatan. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang dibanding suatu penyakit manapun (Smeltzer, 2001).

Nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan, berkaitan dengan kerusakan jaringan yang nyata atau berpotensi menjadikan kerusakan jaringan (IASP, 1979).

Nyeri

Berdasarkan tipenya nyeri dibedakan menjadi 2 tipe yaitu nyeri akut dan nyeri kronik

1. Nyeri Akut

Nyeri akut yaitu nyeri yang tiba secara tiba- tiba dan umumnya berkaitan dengan cedera spesifik. Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau cedera telah terjadi. Hal ini menarik perhatian pada kenyataan bahwa nyeri ini benar terjadi dan mengajarkan kepada kita untuk menghindari situasi serupa yang secara potensial menjadikan nyeri. Jika kerusakan tidak usang terjadi dan tidak ada penyakit sistematik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan terjadi penyembuhan; nyeri ini umumnya terjadi kurang dari enam bulan dan biasanya kurang dari satu bulan. Untuk tujuan definisi, nyeri akut sanggup dijelaskan sebagai nyeri yang berlangsung dari beberapa detik sampai enam bulan.

2. Nyeri Kronik

Nyeri kronik yaitu nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini berlangsung di luar waktu penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak sanggup dikaitkan dengan penyebab atau cedera spesifik. Nyeri kronis sanggup tidak mempunyai awitan yang ditetapkan dengan tetap dan sering sulit untuk diobati alasannya biasanya nyeri ini tidak menawarkan respons terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya. Meski nyeri akut sanggup menjadi signal yang sangat penting bahwa sesuatu tidak berjalan sebagaimana mestinya, nyeri kronis biasanya menjadi duduk perkara dengan sendirinya.

nyeri kronik dibedakan lagi menjadi dua macam yaitu nyeri kronik non keganasan dan nyeri kronik keganasan.
  • Nyeri kronik non keganasan dihubungkan dengan kerusakan jaringan yang dalam masa penyembuhan atau tidak progresif 
  • Nyeri kronik keganasan yaitu nyeri yang dihubungkan dengan kanker atau proses penyakit lain yang progresif.


Patofisiologi nyeri

  • Nyeri diawali dgn kerusakan jaringan (tissue damage), dimna jaringan tbh yg cedera melepaskan zat kimia inflamatori (excitatory neurotransmitters), (histamine dan bradykinin) sbg vasodilator yg berpengaruh -> edema, kemerahan dan nyeri dan menstimulasi pelepasan prostaglandins 
  • Transduksi (transduction) : perubahan energi stimulus menjadi energi elektrik, -> proses transmisi (transmission) yakni ketika energi listik mengenai nociceptor dihantarkan melalui serabut saraf A dan C dihantarkan dengan cepat ke substantia gelatinosa di dorsal horn dari spinal cord -> ke otak melalui spinothalamic tracts -> thalamus dan pusat-pusat yg lbh tinggi termsk reticular formation, limbic system, dan somatosensory cortex 
  • Persepsi (perseption) : otak menginterpretasi signal, memproses isu dr pengalaman, pengetahuan, budaya, serta mempersepsikan nyeri -> individu mulai menyadari nyeri. 
  • Modulasi (modulation) : dikala otak mempersepsikan nyeri, badan melepaskan neuromodulator, menyerupai opioids (endorphins and enkephalins), serotonin, norepinephrine & gamma aminobutyric acid -> menghalangi /menghambat transmisi nyeri & membantu menjadikan keadaan analgesik, & berefek menghilangkan nyeri.

Faktor-faktor yang sanggup meningkatkan atau menurunkan sensivitas Nyeri

Menurut Smeltzer, (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi respon nyeri yaitu :

a. Pengalaman masa lalu

Individu yang mempunyai pengalaman yang multiple dan berkepanjangan dengan nyeri akan lebih sedikit gelisah dan lebih toleran terhadap nyeri dibanding dengan orang yang hanya mengalami sedikit nyeri. Bagi kebanyakan orang, bagaimanapun, hal ini tidak selalu benar. Sering kali, lebih berpengalaman individu dengan nyeri yang dialami, makin takut individu tersebut terhadap insiden yang menyakitkan yang akan diakibatkan.

b. Ansietas

Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga sanggup menjadikan suatu perasaan ansietas. Pola bangkitan otonom yaitu sama dalam nyeri dan ansietas. Sulit untuk memisahkan suatu sensasi. Paice (1991) melaporkan suatu bukti bahwa stimulus nyeri mengaktifkan penggalan limbik yang diyanikini mengendalikan emosi seseorang, khususnya ansietas. Sistem limbik sanggup memproses reaksi emosi terhadap nyeri, yakni memperburuk atau menghilangkan nyeri.

c. Budaya

Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diperlukan dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini mencakup bagaimana bereaksi terhadap nyeri. Ada perbedaan makna dan perilaku dikaitkan dengan nyeri diberbagai kelompok budaya. Suatu pemahaman perihal nyeri dari segi makna budaya akan membantu perawat dalam merancang asuhan keperawatan yang relevan untuk klien yang mengalami nyeri (Potter, 2005).

d. Usia

Usia merupakan faktor penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya pada bawah umur dan lansia. Perkembangan, yang ditemukan diantara kelompok usia ini sanggup mempengaruhi bagaimana anak-nak dan lansia bereaksi terhadap nyeri. Anak yang masih kecil mempunyai kesulitan mengungkapkan dan mengekspresikan nyeri.

e. Efek Plasebo

Plasebo merupakan zat tanpa aktivitas farmakologik dalam bentuk tablet, kapsul, cairan injeksi dan sebagainya. Plasebo umumnya terdiri atas gula,larutan salin normal, dan atau air biasa. Karena plasebo tidak mempunyai imbas farmakologis, obat ini hanya menawarkan imbas dikeluarkannya produk ilmiah (endogen) endorfin dalam sistem kontrol desenden, sehingga menjadikan imbas penurunan nyeri (Tamsuri, 2006).


Intensitas nyeri

Intensitas nyeri sanggup dibedakan menjadi tiga yaitu:
  1. Nyeri ringan umumnya mempunyai tanda-tanda yang tidak sanggup terdeteksi 
  2. Nyeri sedang atau moderat mempunyai karakteristik : Peningkatan frekuensi pernafasan, Peningkatan tekanan darah, Peningkatan kekuatan otot, dilatasi pupil. 
  3. Nyeri berat mempunyai karakteristik : Muka pucat, Otot mengeras, Penurunan frekuensi nafas dan tekanan darah, Kelelahan dan keletihan.
untuk mengukur skala nyeri sanggup memakai metode berikut :

Demikian artikel perihal "Pengertian, tipe, Patofisiologi, dan faktor yang mempengaruhi intensitas nyeri serta metode pengukuran nyeri" bahagia rasanya sanggup berbagi. terima kasih


Sumber http://bangsalsehat.blogspot.com