Tuesday, August 1, 2017

√ Laporan Pendahuluan / Lp Faringitis Lengkap, D0wnl0ad Pdf Dan Doc

Pada postingan kali ini kami bagikan wacana laporan pendahuluan faringitis lengkap, kami lengkapi pula dengan file yang berbentuk pdf dan doc yang sanggup did0wnl0ad secara gratis.

laporan pendahuluan / LP faringitis ini bertujuan untuk membantu teman - teman perawat sekalian dalam menciptakan kiprah menyerupai laporan pendahuluan, makalah dan askep.

untuk med0wnl0ad laporan pendahuluan / LP faringitis dalam bentuk doc dan pdf silahkan d0wnl0ad dibawah ini :
untuk melihat isi file yang kami bagikan silahkan lihat dibawah ini :


Laporan pendahuluan / LP faringitis

Pengertian Faringitis

Faringitis ialah keadaan inflamasi pada struktur mukosa, submukosa tenggorokan. Jaringan yang mungkin terlibat antara lain orofaring, nasofaring, hipofaring, tonsil dan adenoid.

Faringitis Akut yaitu radang tenggorok yang disebabkan oleh organisme virus hampir 70% dan streptokakus group A ialah organisme kuman yang umum berkenaan dengan faringitis akut yang kemudian disebut sebagai “streepthroat” (Brunner & Suddarth, 2001).

Faringitis kronik umumnya terjadi pada individu sampaumur yang bekerja/tinggal dengan lingkungan berdebu, memakai bunyi berlebihan, menderita jawaban batuk kronik, penggunaan habitual alkohol dan tembakau.


Etiologi

Faringitis sanggup disebabkan oleh virus maupun bakteri. Kebanyakan disebabkan oleh virus, termasuk virus penyebab common cold, flu, adenovirus, mononucleosis atau HIV.

Bakteri yang menjadikan faritingitis ialah streptokokus grup A, korinebakterium, arkanobakterium, neisseria gonorrhoeae atau Chlamydia pneumoniae.

Tanda dan Gejala

Tanda dan tanda-tanda faringitis dibedakan menurut etiologinya, yaitu:

a. Faringitis yang disebabkan oleh virus

Jarang ditemukan tanda dan tanda-tanda yang spesifik. Faringitis yang disebabkan oleh virus menjadikan rhinorrhea, batuk, dan konjungtivitis. Gejala lain dari faringitis penyebab virus yaitu demam yang tidak terlalu tinggi dan sakit kepala ringan. Pada penyebab rhinovirus atau coronavirus, jarang terjadi demam, dan tidak terlihat adanya adenopati servikal dan eksudat faring.

Pada penyebab virus influenza, tanda-tanda klinis sanggup tampak lebih parah dan biasanya timbul demam, myalgia, sakit kepala, dan batuk. Pada penyebab adenovirus, terdapat demam faringokonjungtival dan eksudat faring. Selain itu, terdapat juga konjungtivitis. Pada penyebab HSV, terdapat inflamasi dan eksudat pada faring, dan sanggup ditemukan vesikel dan ulkus dangkal pada palatum molle.

Pada penyebab coxsackievirus, terdapat vesikel-vesikel kecil pada palatum molle dan uvula. Vesikel ini gampang ruptur dan membentuk ulkus dangkal putih. Pada penyebab CMV, terdapat eksudat faring, demam, kelelahan, limfadenopati generalisata, dan splenomegali. Pada penyebab HIV, terdapat demam, myalgia, arthralgia, malaise, bercak kemerahan makulopapular yang tidak menjadikan pruritus, limfadenopati, dan ulkus mukosa tanpa eksudat.

b. Faringitis yang disebabkan oleh bakteri

Faringitis dengan penyebab kuman umumnya mengatakan tanda dan tanda-tanda berupa lelah, nyeri/pegal tubuh, menggigil, dan demam yang lebih dari 380C. Faringitis yang mengatakan adanya mononukleosis mempunyai pembesaran nodus limfa di leher dan ketiak, tonsil yang membesar, sakit kepala, hilangnya nafsu makan, pembesaran limpa, dan inflamasi hati.

Pada penyebab streptokokus grup A, C, dan G, terdapat nyeri faringeal, demam, menggigil, dan nyeri abdomen. Dapat ditemukan hipertrofi tonsil, membran faring yang hiperemik, eksudat faring, dan adenopati servikal. Batuk tidak ditemukan lantaran merupakan tanda dari penyebab virus. Pada penyebab S. Pyogenes, terdapat demam scarlet yang ditandai dengan bercak kemerahan dan pengecap berwarna stoberi.


Patofisiologi

Pada faringitis yang disebabkan infeksi, kuman ataupun virus sanggup secara pribadi menginvasi mukosa faring menjadikan respon inflamasi lokal. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superfisial bereaksi, terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat hiperemi, kemudian edema dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal dan kemudian cendrung menjadi kering dan sanggup menempel pada dinding faring. Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih atau abu-abu terdapat dalam folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring posterior, atau terletak lebih ke lateral, menjadi meradang dan membengkak. Virus-virus menyerupai Rhinovirus dan Coronavirus sanggup menjadikan iritasi sekunder pada mukosa faring jawaban sekresi nasal.

Infeksi streptococcal mempunyai karakteristik khusus yaitu invasi lokal dan pelepasan extracellular toxins dan protease yang sanggup menjadikan kerusakan jaringan yang jago lantaran fragmen M protein dari Group A streptococcus mempunyai struktur yang sama dengan sarkolema pada myocard dan dihubungkan dengan demam rheumatic dan kerusakan katub jantung. Selain itu juga sanggup menjadikan akut glomerulonefritis lantaran fungsi glomerulus terganggu jawaban terbentuknya kompleks antigen-antibodi.

Fathway Faringitis

fatway faringitis
Pemeriksaan fisik

Pada investigasi dengan mempergunakan spatel lidah, tampak tonsil membengkak, hiperemis, terdapat detritus, berupa bercak (folikel, lakuna, bahkan membran). Kelenjar submandibula membengkak dan nyeri tekan, terutama pada anak.


Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Biopsi

Contoh jaringan untuk investigasi sanggup diperoleh dari jalan masuk pernapasan (sekitar faring) dengan memakai teknik endoskopi. Jaringan tersebut akan diperiksa dengan mikroskop untuk mengetahui adanya peradangan jawaban kuman atau virus.

b. Pemeriksaan Sputum

Pemeriksaan sputum makroskopik, mikroskopik atau bakteriologik penting dalam diagnosis etiologi penyakit.Warna wangi dan adanya darah merupakan petunjuk yang berharga.

c. Pemeriksaan Laboratorium
  1. Sel darah putih (SDP), Peningkatan komponen sel darah putih sanggup mengatakan adanya infeksi atau inflamasi. 
  2. Analisa Gas Darah, Untuk menilai fungsi pernapasan secara adekuat, perlu juga mempelajari hal-hal diluar paru menyerupai distribusi gas yang diangkut oleh sistem sirkulasi.

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan terhadap faringitis sanggup mengurangi risiko demam reumatik, menurunkan durasi gejala, dan mengurangi risiko penularan penyakit. Pada faringitis dengan penyebab bakteri, sanggup diberikan antibiotik, yaitu:
  • Penicillin benzathine; diberikan secara IM dalam takaran tunggal
  • Penicillin; diberikan secara oral
  • Eritromisin
  • Penicillin profilaksis, yaitu penicillin benzathine G; diindikasikan pada pasien dengan risiko demam reumatik berulang. Sedangkan, pada penyebab virus, penatalaksanaan ditujukan untuk mengobati gejala, kecuali pada penyebab virus influenza dan HSV. Beberapa obat yang sanggup dipakai yaitu:
  1. Amantadine
  2. Rimantadine
  3. Oseltamivir
  4. Zanamivir; sanggup dipakai untuk penyebab virus influenza A dan B
  5. Asiklovir; dipakai untuk penyebab HSV

Faringitis yang disebabkan oleh virus biasanya ditangani dengan istirahat yang cukup, lantaran penyakit tersebut sanggup sembuh dengan sendirinya. Selain itu, dibutuhkan juga mengkonsumsi air yang cukup dan hindari konsumsi alkohol. Gejala biasanya membaik pada keadaan udara yang lembab. Untuk menghilangkan nyeri pada tenggorokan, sanggup dipakai obat kumur yang mengandung asetaminofen (Tylenol) atau ibuprofen (Advil, Motrin). Anak berusia di bawah 18 tahun sebaiknya tidak diberikan aspirin sebagai analgesik lantaran berisiko terkena sindrom Reye.

Pemberian komplemen sanggup dilakukan untuk menyembuhkan faringitis atau mencegahnya, yaitu:
  • Sup hangat atau minuman hangat, sanggup meringankan tanda-tanda dan mencairkan mukus, sehingga sanggup mencegah hidung tersumbat.
  • Probiotik (Lactobacillus), sanggup dipakai untuk menghindari dan mengurangi demam.
  • Madu, sanggup dipakai untuk mengurangi batuk.
  • Vitamin C, sanggup dipakai untuk menghindari demam, namun penggunaan dalam takaran tinggi perlu pengawasan dokter.
  • Seng, dipakai dalam fungsi optimal sistem imun tubuh, lantaran itu seng sanggup dipakai untuk menghindari demam, dan penggunaan dalam spray sanggup dipakai untuk mengurangi hidung tersumbat. Namun, penggunaannya perlu dalam pengawasan lantaran konsumsi dalam takaran besar dan jangka waktu yang usang sanggup berbahaya.

Komplikasi

Beberapa penyakit komplikasi yang sanggup ditimbulkan oleh faringitis ialah sebagai berikut :
  • Otitis media akut
  • Abses peri tonsil
  • Abses para faring
  • Toksenia
  • Septikinia
  • Bronkitis
  • Nefritis akut
  • Miokarditis
  • Artritis

Konsep Asuhan Keperawatan

Pengkajian

1. Riwayat Kesehatan
  • Adanya riwayat infeksi jalan masuk pernapasan sebelumnya: batuk, pilek, demam.
  • Riwayat alergi dalam keluarga
  • Riwayat penyakit yang bekerjasama dengan imunitas menyerupai malnutrisi
  • Anggota keluarga lain yang mengalami sakit jalan masuk pernapasan
  • Ada/tidak riwayat merokok

2. Pemeriksaan Fisik

a. Pernapasan

Pernapasan dangkal, dipneu, takipneu, tanda bunyi napas ronchi halus dan melemah, wajah pucat atau sianosis bibir atau kulit

b. Aktivitas atau Istirahat

Kelelahan, malaise, insomnia, penurunan toleransi aktivitas, sirkulasi takikardi, dan pucat

c. Makanan dan cairan

Gejala : Kehilangan nafsu makan, disfagia, mual dan muntah.

Tanda : Hiperaktivitas bunyi usus, distensi abdomen, turgor kulit buruk.

3. Observasi
  • Adanya retraksi atau pernapasan cuping hidung
  • Adanya kepucatan atau sianosis warna kulit
  • Adanya bunyi serak, stridor, dan batuk
  • Perilaku: gelisah, takut
  • Adanya sakit tenggorok, adanya pembesaran tiroid, pengeluaran sekret, kesulitan menelan.
  • Tanda-tanda: nyeri dada, nyeri abdomen, dispnea

Diagnosa Keperawatan
  1. Nyeri bekerjasama dengan inflamasi ditandai dengan rubor, dolor, kalor, tumor, fungsiolaesa pada mukosa
  2. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan) bekerjasama dengan intake yang kurang sekunder dengan kesulitan menelan ditandai dengan penurunan berat badan, pemasukan makanan berkurang, nafsu makan kurang, sulit untuk menelan, HB kurang dari normal
  3. Bersihan jalan nafas tidak efektif bekerjasama dengan sekret yang kental ditandai dengan kesulitan dalam bernafas, batuk terdapat kumpulan sputum, ditemukan bunyi nafas tambahan
  4. Resiko tinggi defisit volume cairan bekerjasama dengan demam, ketidakcukupan pemasukan oral ditandai dengan turgor kulit kering, mukosa verbal kering, keluar keringat berlebih
  5. Resiko tinggi penularan penyakit bekerjasama dengan kontak, penularan melalui udara
  6. Perubahan suhu tubuh bekerjasama dengan dehidrasi, inflamasi ditandai dengan suhu tubuh lebih dari normal, pasien gelisah, demam.

Intervensi Keperawatan

Diagnosa. 1

Nyeri bekerjasama dengan inflamasi ditandai dengan rubor, dolor, kalor, tumor, fungsiolaesa pada mukosa

Tujuan : Nyeri berkurang sehabis dilakukan tindakan keperawatan dan kolaboratif untuk pinjaman analgetik

Intervensi Keperawatan:
  • Kaji lokasi,intensitas dan karakteristik nyeri
  • Identifikasi adanya tanda-tanda radang
  • Monitor acara yang sanggup meningkatkan nyeri
  • Kompres es di sekitar leher
  • Kolaborasi untuk pinjaman analgetik

Diagnosa. 2

Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan) bekerjasama dengan intake yang kurang sekunder dengan kesulitan menelan ditandai dengan penurunan berat badan, pemasukan makanan berkurang, nafsu makan kurang, sulit untuk menelan, HB kurang dari normal

Tujuan: gangguan pemenuhan nutrisi teratasi sehabis dilakukan asuhan keperawatan yang efektif

Intervensi Keperawatan :
  • Monitor balance intake dengan output
  • Timbang berat tubuh tiap hari
  • Berikan makanan cair / lunak
  • Beri makan sedikit tapi sering
  • Kolaborasi pinjaman roborantia

Diagnosa. 3

Bersihan jalan nafas tidak efektif bekerjasama dengan sekret yang kental ditandai dengan kesulitan dalam bernafas, batuk terdapat kumpulan sputum, ditemukan bunyi nafas tambahan

Tujuan: bersihan jalan nafas efektif ditujukkan dengan tidak ada sekret yang berlebihan

Intervensi Keperawatan :
  • Identifikasi kualitas atau kedalaman nafas pasien
  • Monitor bunyi nafas tambahan
  • Anjurkan untuk minum air hangat
  • Ajari pasien untuk batuk efektif,/li>
  • Kolaborasi untuk pinjaman ekspektoran

Diagnosa. 4

Resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan demam, ketidakcukupan pemasukan oral ditandai dengan turgor kulit kering, mukosa verbal kering, keluar keringat berlebih

Tujuan: Resiko tinggi defisit volume cairan sanggup dihindari

Intervensi Keperawatan :
  • Monitor intake dan output cairan
  • Monitor timbulnya tanda-tanda dehidrasi
  • Berikan intake cairan yang adekuat
  • Kolaborasi pinjaman cairan secara parenteral (jika diperlukan)

Diagnosa. 5

Resiko tinggi penularan penyakit bekerjasama dengan kontak, penularan melalui udara

Tujuan: Resiko tinggi penularan penyakit sanggup dihindari

Intervensi keperawatan
  • Mengajarkan pasien wacana pentingnya peningkatan kesehatan dan pencegahan infeksi lebih lanjut:
  • Menganjurkan pasien untuk istirahat
  • Menghindari kontak pribadi dengan orang yang terkena infeksi pernafasan
  • Menutup verbal bila batuk / bersin
  • Mencuci tangan
  • Makan- makan bergisi
  • Menghindari penyebab iritasi
  • Oral hygine

Diagnosa. 6

Perubahan suhu tubuh bekerjasama dengan dehidrasi, inflamasi ditandai dengan suhu tubuh lebih dari normal, pasien gelisah, demam Tujuan: Suhu tubuh dalam batas normal, adanya kondisi dehidrasi, inflamasi teratasi

Intervensi keperawatan
  • Ukur tanda-tanda vital
  • Monitor temperatur tubuh secara teratur
  • Identifikasi adanya dehidrasi, peradangan
  • Kompres es disekitar leher
  • Kolaborasi pinjaman antibiotik, antipiretik

Daftar Pustaka
  • Bulecheck, Gloria M, dkk (Ed). 2013. Nursing Intervention Classification (NIC) 6th Edition. Missouri: Elsevier.
  • Brunner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 1. Jakarta : EGC.
  • Carpenito, Lynda Jual. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 11. Jakarta: EGC
  • Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
  • Efiaty Arsyad S,Dr,Sp.THT, 2000, Buku Ajar Ulmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorokan
  • Engel, Joyce. 2008. Pengkajian Pediatrik Edisi 4. Jakarta: EGC
  • Herdman, T. Heather (Ed). 2012. NANDA International: Nursing Diagnosis 2012-2014. Oxford: Wiley
  • Kusuma, Hardhi, dkk. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis. Yogyakarta : Media Action Publlishing
  • Mansjoer, Arif et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid I FKUI : Media Aescukpius.
  • Moorhead, Sue, dkk (Ed). 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) 5th Edition. Missouri: Elsevier.
  • Potter, Patricia A. 1956. Pengkajian Kesehatan. Jakarta : EGC.

Sumber http://bangsalsehat.blogspot.com