Tuesday, August 22, 2017

√ Belakang Layar Orangtua Jepang Menciptakan Anaknya Patuh Dan Disiplin

Rahasia Orangtua Jepang Membuat Anaknya Patuh dan Disiplin √ Rahasia Orangtua Jepang Membuat Anaknya Patuh dan Disiplin
Orangtua di Jepang melaksanakan apa pun untuk menciptakan belum dewasa mereka merasa dicintai, dihargai, serta dihormati.

Kemajuan teknologi, tidak menciptakan sikap penduduk Jepang tidak banyak berubah, bahkan dinilai sangat baik. Anak-anak Jepang dikenal patuh, berperilaku baik, sopan, juga penuh perhatian.

Ternyata metode membesarkan anak-anak di Jepang sangat menakjubkan. Para orangtua yakin bahwa belum dewasa mereka akan mempelajari sikap yang sesuai dengan teladan yang mereka berikan.

Saat belum dewasa Jepang di luar rumah, mereka taat dan berguru untuk berperilaku sosial sebagai orang dewasa. Namun ketika di rumah, belum dewasa sepenuhnya bergantung pada orangtua mereka (terutama pada ibu).

Penelitian perihal teknik membesarkan anak yang diterbitkan oleh Kansas Association for Infant Mental Health berjudul "Disiplin dalam Anak Usia Dini", keluarga Jepang menumbuhkan kelekatan, empati, dan harmoni.

Menurut studi, rujukan asuh yang diterapkan orangtua di Jepang dengan mengurangi kecenderungan individualis anak muda melalui kedekatan yang ekstrem. Setiap anak mempunyai korelasi yang sangat akrab dengan ibunya.

Hal tersebut terlihat dari orangtua tidur bersama buah hatinya sampai usia 6 tahun. Selama tiga tahun pertama kehidupan seorang anak, ibu mereka membawa mereka ke mana saja bersamanya.

Seorang ibu benar-benar mencurahkan waktunya untuk anak. Tidak ada anak Jepang yang dititipkan ke daerah penitipan anak atau prasekolah sebelum usia tiga tahun.

Baca juga: Cara Sekolah Jepang Mendidik Anak Menjadi Mandiri

Orangtua percaya bahwa anak-anaknya berkelakuan baik alasannya ialah mereka membesarkan anak menurut filosofi Konfusianisme. Gaya pengasuhan ini berasal dari harapan Konfusius untuk mendidik belum dewasa dengan kebaikan.

Berdasarkan prinsip ini, ada beberapa komponen pengasuhan anak Jepang yang mendasar, menyerupai yang lansir dari Intisari (17/02) yaitu:

Menggunakan ajakan, saran, dan sindiran halus

Para ibu di Jepang memakai ajakan, saran, serta ajukan atau sindiran halus untuk mendisiplinkan anak. Mereka menghindari konfrontasi pribadi dengan anak. Hal ini meminimalkan sikap menantang atau bernafsu dari anak.

Orangtua memakai saran untuk memberi tahu belum dewasa apa yang harus mereka lakukan. Alih-alih menyampaikan "Ambil mainanmu!", mereka justru menyampaikan "Apa yang harus kau lakukan dengan mainanmu sekarang?"

Anak harus memperlihatkan tanggapan yang benar dan mematuhinya. Jika anak tersebut tidak mau melakukannya bahkan berpura-pura tidak mendengar pertanyaan atau saran, sang ibu akan memakai ajukan yang halus.

Biasanya, anak lebih menentukan untuk patuh daripada merasa aib dengan sindiran halus sang ibu.

Kekuatan verbal dan gerak tubuh

Anak Jepang sangat terikat dengan ibu mereka sehingga mereka peka terhadap emosi dan gerak badan sang ibu. Ketika ibu menyarankan sesuatu, anak juga akan melihat verbal di wajah sang ibu.

Jika mereka tak patuh, mereka akan mendapati verbal terkejut dan kekecewaan di wajah orang yang disayanginya. Namun, ibu tidak menghukum anak itu atau pribadi memarahinya.

Hanya dengan verbal saja, anak akan kembali patuh. Karena anak di sana benar-benar menjaga keharmonisan dengan sang ibu, mereka menghindari konfrontasi dan melaksanakan apa yang ibunya harapkan.

Membaca suasana hati anak

Ibu di Jepang juga berguru membaca suasana hati belum dewasa mereka. Jika mereka melihat bahwa anak mereka tidak berminat mematuhi permintaan, mereka tidak akan menciptakan permintaan pada ketika itu juga, namun nanti.

Mayoritas orangtua di Jepang melaksanakan apa pun untuk menciptakan belum dewasa mereka merasa dicintai, dihargai, serta dihormati.
Sumber http://www.sekolahdasar.net