Monday, August 21, 2017

√ Askep Itp (Idiopathic Trombocytopenic Purpura)


BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.    DEFINISI
ITP (Idiopathic Thrombocytopenic Purpura) ialah suatu keadaan perdarahan berupa petekie atau ekimosis di kulit / selaput lendir dan aneka macam jaringan dengan penurunan jumlah trombosit lantaran alasannya ialah yang tidak diketahui. (ITP pada anak tersering terjadi pada umur 2 – 8 tahun), lebih sering terjadi pada wanita. (Kapita selekta kedokteran jilid 2).
ITP ialah salah satu gangguan perdarahan didapat yang paling umum terjadi.(Perawatan Pediatri Edisi 3)
ITP ialah syndrome yang di dalamnya terdapat penurunan jumlah trombosit yang bersirkulasi dalam keadaan sum-sum normal.

B.     ETIOLOGI
1)      Penyebab niscaya belum diketahui (idiopatik).
2)      Tetapi kemungkinan jawaban dari:
·         Hipersplenisme.
·         Infeksi virus.
·         Intoksikasi makanan / obat (asetosal para amino salisilat (PAS). Fenil butazon, diamokkina, sedormid).
·         Bahan kimia.
·         Pengaruh fisi (radiasi, panas).
·         Kekurangan factor pematangan (malnutrisi).
·         Koagulasi intra vascular diseminata CKID.
·         Autoimnue.

C.    JENIS ITP
1)      Akut.
·         Awalnya dijumpai trombositopenia pada anak.
·         Jumlah trombosit kembali normal dalam 6 bulan sehabis diagnosis (remisi spontan).
·         Tidak dijumpai kekambuhan berikutnya.
2)      Kronik
·         Trombositopenia berlangsung lebih dari 6 bulan sehabis diagnosis.
·         Awitan tersembunyi dan berbahaya.
·         Jumlah trombosit tetap di bawah normal selama penyakit.
·         Bentuk ini terutama pada orang dewasa.
3)      Kambuhan
·         Mula-mula terjadi trombositopenia.
·         Relaps berulang.
·         Jumlah trombosit kembali normal diantara waktu kambuh.

D.    MANIFESTASI KLINIS
Awitan biasanya akut dengan citra sebagai berikut:
1)      Masa prodormal, keletihan, demam dan nyeri abdomen.
2)      Secara impulsif timbul petekie dan ekimosis pada kulit.
3)      Epistaksis.
4)      Perdarahan mukosa mulut.
5)      Menoragia.
6)      Memar.
7)      Anemia terjadi bila banyak darah yang hilang lantaran perdarahan.
8)      Hematuria.
9)      Melana.

E.     PATOFISIOLOGI
ITP ialah salah satu gangguan perdarahan di sanggup yang paling umum terjadi. ITP ialah syndrome yang di dalamnya terdapat penurunan jumlah trombosit yang bersirkulasi dalam keadaan sum-sum normal. Penyebab bergotong-royong tidak diketahui, meskipun diduga disebabkan oleh distributor virus yang merusak trombosit. Pada umumnya gangguan ini didahului oleh penyakit dengan demam ringan 1 – 6 ahad sebelum timbul gejala. Gangguan ini sanggup digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu akut, kronik dan kambuhan. Pada bawah umur mula-mula terdapat tanda-tanda diantaranya demam, perdarahan, petekie, purpura dengan trombositopenia dan anemia.
Pathway

F.     PEMERIKSAAN PENUNJANG
1)      Hitung darah lengkap dan jumlah trombosit memperlihatkan penurunan hemoglobin, hematokrit, trombosit (trombosit di bawah 20 ribu / mm3).
2)      Anemia normositik: bila usang berjenis mikrositik hipokrom.
3)      Leukosit biasanya normal: bila terjadi perdarahan hebat sanggup terjadi leukositosis.
4)      Ringan pada keadaan lama: limfositosis relative dan leucopenia ringan.
5)      Sum-sum tulang biasanya normal, tetapu megakariosit muda sanggup bertambah dengan maturation arrest pada stadium megakariosit.
6)      Masa perdarahan memanjang, masa pembekuan normal, retraksi pembekuan abnormal, prothrombin consumption memendek, test RL (+).

G.    PENATALAKSANAAN
1)      ITP Akut
·         Ringan: observasi tanpa pengobatan → sembuh spontan.
·         Bila sehabis 2 ahad tanpa pengobatan jumlah trombosit belum naik, maka berikan kortikosteroid.
·         Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid, maka berikan immunoglobulin per IV.
·         Bila keadaan gawat, maka berikan transfuse suspensi trombosit.
2)      ITP Menahun
·         Kortikosteroid diberikan selama 5 bulan.
Missal: prednisone 2 – 5 mg/kgBB/hari peroral. Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid berikan immunoglobulin (IV).
·         Imunosupressan: 6 – merkaptopurin 2,5 – 5 mg/kgBB/hari peroral.
-        Azatioprin 2 – 4 mg/kgBB/hari per oral.
-        Siklofosfamid 2 mg/kgBB/hari per oral.
·         Splenektomi.
Indikasi:
-        Resisten terhadap derma kortikosteroid dan imunosupresif selama 2 – 3 bulan.
-        Remisi impulsif tidak terjadi dalam waktu 6 bulan derma kortikosteroid saja dengan citra klinis sedang hingga berat.
-        Penderita yang memperlihatkan respon terhadap kortikosteroid namun perlu takaran tinggi untuk mempertahankan klinis yang baik tanpa perdarahan.
Kontra indikasi:
-        Anak usia sebelum 2 tahun: fungsi limpa terhadap bisul belum sanggup diambil alih oleh alat tubuh yang lain (hati, kelenjar getah bening dan thymus)

H.    KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1.      PENGKAJIAN
a)      Asimtomatik hingga jumlah trombosit menurun di bawah 20.000.
b)       Tanda-tanda perdarahan.
-        Petekie terjadi spontan.
-        Ekimosis terjadi pada tempat stress berat minor.
-        Perdarahan dari mukosa gusi, hidung, saluran pernafasan.
-        Menoragie.
-        Hematuria.
-        Perdarahan gastrointestinal.
c)      Perdarahan berlebih sehabis mekanisme bedah.
d)     Aktivitas / istirahat.
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum.
·         toleransi terhadap latihan rendah.
Tanda : takikardia / takipnea, dispnea pada beraktivitas / istirahat.
·          kelemahan otot dan penurunan kekuatan.
e)      Sirkulasi.
Gejala : Riwayat kehilangan darah kronis, contohnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat, palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda : TD: peningkatan sistolik dengan diastolic stabil.
f)       Integritas ego.
Gejala : keyakinan agama / budaya mempengaruhi pilihan pengobatan: penolakan transfuse darah.
Tanda : DEPRESI.
g)      Eliminasi.
Gejala : Hematemesis, feses dengan darah segar, melena, diare, konstipasi.
Tanda : distensi abdomen.
h. Makanan / cairan.
Gejala : – penurunan masukan diet.
- mual dan muntah.
Tanda : turgor kulit buruk, tampak kusut, hilang elastisitas.
i. Neurosensori.
Gejala : – sakit kepala, pusing.
- kelemahan, penurunan penglihatan.
Tanda : – epistaksis.
- mental: tak bisa berespons (lambat dan dangkal).
j. Nyeri / kenyamanan.
Gejala : nyeri abdomen, sakit kepala.
Tanda : takipnea, dispnea.
k. Pernafasan.
Gejala : nafas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, dispnea.
l. Keamanan
Gejala : penyembuhan luka jelek sering infeksi, transfuse darah sebelumnya.
Tanda : petekie, ekimosis.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan pemenuhan nutrisi dan cairan kurang dari kebutuhan tubuh bekerjasama dengan anoreksia.
b. Perubahan perfusi jaringan bekerjasama dengan penurunan komponen seluler yang diharapkan untuk pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel.
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen bekerjasama dengan penurunan kapasitas pembawa oksigen darah.
d. Intoleransi kegiatan bekerjasama dengan kelemahan.
e. Kurang pengetahuan pada keluarga wacana kondisi dan kebutuhan pengobatan bekerjasama dengan salah interpretasi informasi.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Gangguan pemenuhan nutrisi dan cairan kurang dari kebutuhan tubuh bekerjasama dengan anoreksia.
Tujuan:
o Menghilangkan mual dan muntah
Criteria standart:
o Menunjukkan berat tubuh stabil
Intervensi keperawatan:
o Berikan nutrisi yang adekuat secara kualitas maupun kuantitas.
Rasional : mencukupi kebutuhan kalori setiap hari.
o Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering.
Rasional : porsi lebih kecil sanggup meningkatkan masukan yang sesuai dengan kalori.
o Pantau pemasukan makanan dan timbang berat tubuh setiap hari.
Rasional : anoreksia dan kelemahan sanggup menimbulkan penurunan berat tubuh dan malnutrisi yang serius.
o Lakukan konsultasi dengan mahir diet.
Rasional : sangat bermanfaat dalam perhitungan dan pembiasaan diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
o Libatkan keluarga pasien dalam perencanaan makan sesuai dengan indikasi.
Rasional : meningkatkan rasa keterlibatannya, memperlihatkan isu pada keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi pasien.
b. Perubahan perfusi jaringan bekerjasama dengan penurunan komponen seluler yang diharapkan untuk pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel.
Tujuan:
o Tekanan darah normal.
o Pangisian kapiler baik.
Kriteria standart:
o Menunjukkan perbaikan perfusi yang dibuktikan dengan TTV stabil.
Intervensi keperawatan:
o Awasi TTV, kaji pengisian kapiler.
Rasional : memperlihatkan isu wacana derajat/ keadekuatan perfusi jaringan dan membantu memilih kebutuhan intervensi.
o Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.
Rasional : meningkatkan perluasan paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler.
o Kaji untuk respon verbal melambat, gampang terangasang.
Rasional : sanggup mengindikasikan gangguan fungsi serebral lantaran hipoksia.
o Awasi upaya parnafasan, auskultasi suara nafas.
Rasional : dispne lantaran regangan jantung usang / peningkatan kompensasi curah jantung.
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen bekerjasama dengan penurunan kapasitas pembawa oksigen darah.
Tujuan:
o Mengurangi distress pernafasan.
Criteria standart:
o Mempertahankan contoh pernafasan normal / efektif
Intervensi keperawatan:
o Kaji / awasi frekuensi pernafasan, kedalaman dan irama.
Rasional : perubahan (seperti takipnea, dispnea, penggunaan otot aksesoris) sanggup menindikasikan berlanjutnya keterlibatan / efek pernafasan yang membutuhkan upaya intervensi.
o Tempatkan pasien pada posisi yang nyaman.
Rasional : memaksimalkan perluasan paru, menurunkan kerja pernafasan dan menurunkan resiko aspirasi.
o Beri posisi dan Bantu ubah posisi secara periodic.
Rasional : meningkatkan areasi semua segmen paru dan mobilisasikan sekresi.
o Bantu dengan teknik nafas dalam.
Rasional : membantu meningkatkan difusi gas dan perluasan jalan nafas kecil.
d. Intoleransi kegiatan bekerjasama dengan kelemahan.
Tujuan:
o Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas.
Criteria standart:
o Menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas.
Intervensi keperawatan:
o Kaji kemampuan pasien untuk melaksanakan kegiatan normal, catat laporan kelemahan, keletihan.
Rasional : mempengaruhi pilihan intervensi.
o Awasi TD, nadi, pernafasan.
Rasional : manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk emmbawa jumlah oksigen ke jaringan.
o Berikan lingkungan tenang.
Rasional : meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh.
o Ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing.
Rasional : hipotensi postural / hipoksin serebral menimbulkan pusing, berdenyut dan peningkatan resiko cedera.
e. Kurang pengetahuan pada keluarga wacana kondisi dan kebutuhan pengobatan bekerjasama dengan salah interpretasi informasi.
Tujuan:
o Pemahaman dan penerimaan terhadap acara pengobatan yang diresepkan.
Criteria standart:
o Menyatakan pemahaman proses penyakit.
o Faham akan mekanisme dagnostik dan planning pengobatan.
Intervensi keperawatan:
o Berikan isu tntang ITP. Diskusikan kenyataan bahwa terapi tergantung pada tipe dan beratnya ITP.
Rasional : memperlihatkan dasar pengetahuan sehingga keluarga / pasien sanggup menciptakan pilihan yang tepat.
o Tinjau tujuan dan persiapan untuk investigasi diagnostic.
Rasional : ketidak tahuan meningkatkan stress.
o Jelaskan bahwa darah yang diambil untuk investigasi laboratorium tidak akan memperburuk ITP.
Rasional : merupakan kekwatiran yang tidak diungkapkan yang sanggup memperkuat ansietas pasien / keluarga.
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Pelaksanaan sesuai dengan ITP dengan intervensi yang sudah ditetapkan (sesuai dengan literature).
5. EVALUASI
Penilaian sesuai dengan criteria standart yang telah ditetapkan dengan perencanaan.



DAFTAR PUSTAKA

v  Betz L. Cecily, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 3. Jakarta: EGC.
v  ——–. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 2. FKUI: Media Aesculapius.
v  Nettina M. Sandra. 1996. Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC.
v  Barbara C. Long. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Bandung: ——–


Sumber http://macrofag.blogspot.com