Tuesday, August 22, 2017

√ Askep Gastroenteritis (Diare) Pada Anak


ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
DENGAN DIARE (GASTROENTERITIS)




SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DHARMA HUSADA
BANDUNG
Jl. Terusan Jakarta. No 73-75, Antapani Bandung



KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sebab atas berkat dan rahmat-Nya penulis sanggup menuntaskan makalah yang membahas ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIARE.
            Makalah ini disusun dalam rangka untuk memenuhi kiprah terstruktur mata anutan Keperawatan Anak.
            Dalam penyusunan makalah ini penulis mengalami beberapa kendala dan kesulitan, namun atas santunan serta bimbingan dari beberapa pihak makalah ini sanggup terselesaikan dengan baik dan sempurna waktu. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari di dalam makalah ini mungkin terdapat kesalahan-kesalahan, oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun, guna penyempurnaan makalah ini di kemudian hari.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini sanggup bermanfaat untuk kita semua.



Bandung,  juni 2012
Penyusun


 DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................i
DAFTAR ISI ......................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ...............................................................................1
B.     Tujuan Penulisan ............................................................................1
C.     Metode Penulisan ........................................................................... 2
D.    Sistematika Penulisan ......................................................................2
BAB II. TINJAUAN TEORITIS
A.    Konsep Dasar Medik
1.      Definisi ......................................................................................... 3
2.      Anatomi Fisiologi ............................................................................3 
3.      Etiologi ..........................................................................................5
4.      Patofisiologi .................................................................................. 6
5.      Tanda dan Gejala .......................................................................... .7
6.      Test Diagnostik ............................................................................. 7
7.      Therapy ........................................................................................8
8.      Komplikasi ....................................................................................8
B.     Konsep Asuhan Keperawatan
1.      Pengkajian .....................................................................................9
2.      Diagnosa Keperawatan ................................................................. ..9
3.      Perencanaan ................................................................................. 10
BAB III. KESIMPULAN ...................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………  15



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Semakin tinggi kemajuan teknologi yang telah dicapai semakin tinggi pula derajat kesehatan yang diperoleh sesuai dengan kemajuan zaman, timbul banyak sekali macam penyakit yang menyerang seluruh kehidupan tanpa mengenal tempat, waktu dan usia.
Menurut WHO (1980), Diare ialah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. Diare akut ialah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat, dalam beberapa jam atau hari.
Diare ialah buang air besar (defekasi) dengan tinja, berbentuk cairan atau setengah cairan (setengah padat), dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari biasanya (normal : 100-200 ml/jam tinja) (Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi Ketiga, Penerbit FKUI,  Jakarta, 1998).
Di Amerika Serikat keluhan diare menempati peringkat ketiga dari daftar keluhan pasien pada ruang praktek dokter, sementara di beberapa rumah sakit di Indonesia data memperlihatkan diare akut sebab abses (gastroenteritis) terdapat pada peringkat pertama hingga dengan keempat pasien yang tiba berobat ke rumah sakit (Koppadi VI, Jakarta, 1984).
Oleh sebab itu kiprah perawat sangat dibutuhkan dalam mengatasi duduk perkara yang dihadapi pasien dengan memperlihatkan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan pasien, menjaga kebersihan lingkungan, perawat juga berkolaborasi dengan dokter dalam memberi terapi dan juga memperlihatkan beberapa informasi yang penting.

B.     TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan penulisan makalah ini biar penulis bisa memahami dan memperlihatkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan diare secara benar, sempurna dan cepat dan sanggup memperlihatkan klarifikasi kepada pasien dan keluarga ihwal penyakit diare. Dan sebagai calon perawat profesional pemula, dapat:
1.      Memperoleh pengalaman yang konkret dalam merawat pasien diare dan menerapkan konsep keperawatan yang didapati di kursi perkuliahan.
  1. Membandingkan keadaan konkret dengan teori yang tersedia.

C.    METODE PENULISAN

Dalam penulisan ini penulis memakai sistematika penulisan menurut teori.

D.    SISTEMATIKA PENULISAN

Dalam penulisan makalah ini, penulis membagi dalam beberapa bab, yaitu Bab I Pendahuluan meliputi: latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan, Bab II Tinjauan Teoritis mencakup: konsep medik yang berisi definisi, anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, test diagnostik, terapi, komplikasi, discharge planning, patoflodiagram dan konsep dasar keperawatan yang berisi pengkajian, diagnosa keperawatan, planning keperawatan. Bab III Kesimpulan dan diakhiri Daftar Pustaka.




BAB II
TINJAUAN TEORITIS


A.    KONSEP DASAR MEDIK

  1. Definisi
-          Diare ialah satu dari tanda-tanda yang lebih sering terjadi pada anak yang mengganggu motilitas usus dan mengganggu absorbsi air dan elektrolit serta mempercepat ekskresi dari isi usus yaitu dengan buang air besar yang frekuensinya dan bertambah (Scipien Chard Hawe Barnard, 1993).
-          Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3x pada anak, konsistensi faeses encer, sanggup berwarna hijau, sanggup pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiah, 1997).
-          Diare ialah suatu keadaan atau duduk perkara yang biasanya terjadi pada anak yang sanggup terjadi secara akut dan kronik, dengan buang air besar yang sering dan sanggup lebih cepat menjadi dehidrasi. (Janeball dan Ruth Bindler, 1995).

  1. Anatomi Fisiologi
Lambung terletak dari kiri ke kanan menyilang di bawah diafragma. Secara anatomis lambung terbagi atas fundus uterian, corpus dan antrum, pilorikum/pylorus. Sebelah kanan atas lambung terdapat cekungan kurvatura minor dan kepingan kiri bawah lambung terdapat kurvatura mayor. Spincter pada kedua ujung lambung mengatur pengeluaran dan pemasukan. Spincter cardiac atau spincter esofagus bawah, mengalirkan kuliner masuk ke dalam lambung dan mencegah refluks isi lambung memasuki esophagus kembali. Lambung terdiri dari 4 lapisan. Tunika serosa atau lapisan luar merupakan kepingan dari peritoneum viseralis. Dua lapisan peritoneum viseralis menyatu pada kurvatura minor lambung dan lambung terus memanjang ke arah hati membentuk omentum minus.
Fungsi lambung terdiri dari: menampung makanan, menghancurkan.
Getah cerna lambung dihasilkan oleh:
1.      Pepsin, fungsinya : memecah putih telur menjadi asam amino.
2.      HCl, fungsinya : mengasamkan makanan, antiseptik, desinfektan.
3.      Renin, fungsinya : sebagai ragi yang membekukan susu dan membentuk kasein dari karsinogen.

Usus Halus (Intestinum Minor)
Usus halus merupakan tabung kompleks berlipat-lipat yang membentang dari pilorus hingga katup ileosekal. Usus ini mengisi kepingan tengah dan bawah rongga abdomen. Usus halus dibagi menjadi: duodenum, yeyunum, dan ileum. Duodenum panjangnya sekitar 25 cm, mulai dari pylorus hingga yeyunum. Yeyunum dan ileum panjangnya masing-masing sekitar 3 meter. Dinding usus halus terdiri atas 4 lapisan dasar, yang paling luar atau lapisan serosa dibuat oleh peritoneum. Peritoneum memiliki lapisan viseral dan parietal, ruang yang terletak di antara lapisan-lapisan ini dinamakan rongga peritoneum, otot yang meliputi usus halus memiliki 2 lapisan :
1.      Lapisan luar terdiri atas: serabut longitudinal yang telah tipis.
2.      Lapisan dalam terdiri atas: serabut-serabut sirkuler yang membantu gerakan peristaltik usus.
Usus halus memiliki dua fungsi utama : pencernaan dan absorbsi bahan-bahan nutrisi dan air. Proses pencernaan disampaikan oleh sejumlah enzim dalam getah usus (sukus anterikus).
Dua hormon penting dalam pengaturan pencernaan usus, lemak yang bersentuhan dengan mukosa duodenum mengakibatkan kandung empedu yang dirantai oleh kerja kolesistokinin.
Fungsi usus halus:
1.      Menerima zat-zat kuliner yang sudah dicerna untuk diserap oleh kapiler-kapiler dan saluran-saluran limfe.
2.      Menyerap protein dalam bentuk asam amino.
3.      Karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida.
Fungsi usus besar:
1.      Menyerap air dan makanan.
2.      Tempat tinggal basil koli.
3.      Tempat faeces.

  1. Etiologi
Dapat dibagi beberapa faktor, yaitu:
a)      Infeksi :   -     Virus (Ratovirus, Adenovirus, Norwalk)
-          Bakteri (Shigelia, Salmonella, E. sdfdf, Vibrio)
-          Parasit (Protozoa, E. Histolitica, G. Lamblia, Balantidium sdfdf, Cacing perut, Ascaris, Trichiuris, Strongilucdes).
b)      Malabsorbsi : Karbohidrat (intoleransi laktosa), lemak dan protein.
c)      Makanan : kuliner basi, beracun, alergi atau protein.
d)     Imunodefisiensi
e)      Psikologis : rasa takut dan cemas.

  1. Tanda dan Gejala
1.      Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan berkurang.
2.      Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai wial dan wiata.
3.      Warna tinja bermetamorfosis kehijau-hijauan sebab bercampur empedu.
4.      Anus dan sekitarnya lecet sebab seringnya defekasi dan tinja menjadi lebih asam akhir banyaknya asam laktat.
5.      Terdapat tanda dan tanda-tanda dehidrasi, turgor kulit terperinci (elistitas kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan.
6.      Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora komatus) sebagai akhir hipovokanik.
7.      Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan dalam. (Kusmaul).

  1. Test Diagnostik
a.       Pemeriksaan tinja
·         Makroscopis dan microscopis
·         PH dan kadar gula dalam tinja kental lakmus dan tablet clinitest bila diduga terdapat intoleransi gula.
·         Bila perlu dilakukan investigasi biakan dan uji resistensi.
b.      Pemeriksaan darah
·         Darah perifer lengkap dan elektrolit terutama Na, K, Ca
·         Darah serum pada diare.
c.       Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal
d.      Pemeriksaan analisa gas darah.
  1. Therapy
a.       Pemberian cairan (rehidrasi)
Contoh :   Ringer Lactat (RL)
NaCl
b.      Pemberian kuliner (bubur)
c.       Obat-obatan
·         Obat anti sekresi
·         Obat anti diare
·         Antibiotika
·         Obat anti spasmolitik.
d.      Istirahat
e.       Diet.

  1. Komplikasi
a.       Dehidrasi (ringan, sedang, berat)
b.      Renjatan hipovolemik
c.       hipokalemia
d.      Hipoglikemia
e.       Kejang
f.       Malnutrisi energi protein
g.      Sepsis.

B.     KONSEP DASAR KEPERAWATAN

  1. Pengkajian
a.       Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
-          Kebiasaan makan dan minum
-          Cara pengolahan
-          Jenis makanan/minuman yang diberikan.
b.      Pola nutrisi metabolik
-          Nafsu makan/minum
-          Perut kembung
-          Perubahan berat badan
-          Status hidrasi dan turgor kulit.
c.       Pola eliminasi
-          Frekuensi BAB, jumlah, warna, konsistensi, bau
-          Hiperperistaltik usus.
d.      Pola acara dan latihan
-          Kemampuan beraktivitas sehari-hari.
e.       Pola tidur dan istirahat
-          Rewel bila terkena sakit perut dan BAB yang sering.
f.       Pola kognitif dan persepsi sensori
-          Kurang pengetahuan orang bau tanah ihwal hygiene kuliner dan lingkungan.

  1. Diagnosa Keperawatan
1.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bekerjasama dengan diare atau output berlebihan dan intake yang kurang.
2.      Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit bekerjasama dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare.
3.      Resiko peningkatan suhu tubuh bekerjasama dengan proses abses skunder terhadap diare.
4.      Resiko gangguan integritas kulit bekerjasama dengan peningkatan frekwensi diare.

  1. Rencana keperawatan
1.    Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit bekerjasama dengan   kehilangan cairan Skunder terhadap diare
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal
Kriteria hasil :
·       Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : <25x/menit>
·       Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak cekung.
·       Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari.
Intervensi :
·       Pantau tanda dan tanda-tanda kekurangan cairan dan elektrolit
R/ Penurunan sisrkulasi volume cairan mengakibatkan kekeringan mukosa dan pemekataj urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisit
·       Pantau intake dan output
R/ Dehidrasi sanggup meningkatkan laju filtrasi glomerulus menciptakan keluaran tak aadekuat untuk membersihkan sisa metabolisme.
·       Timbang berat tubuh setiap hari
R/ Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan kehilangan cairan 1 lt
·       Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr
R/ Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral
·       Kolaborasi :
-          Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)
R/ koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui faal ginjal (kompensasi).
-          Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur
R/ Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.
-          Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)
R/ anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit biar simbang, antispasmolitik untuk proses absorbsi normal, antibiotik sebagai anti basil berspektrum luas untuk menghambat endotoksin.

2.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bekerjasama dengan tidak adekuatnya intake dan out put
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
  • Nafsu makan meningkat
  • BB meningkat atau normal sesuai umur
Intrvensi :
  • Diskusikan dan jelaskan ihwal pembatasan diet (makanan berserat tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau dingin).
R/ Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / cuek sanggup merangsang mengiritasi lambung dan sluran usus.
  • Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari amis yang tak sedap atau sampah, sajikan kuliner dalam keadaan hangat.
R/ situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.
  • Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan.
R/ Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan
  • Monitor intake dan out put dalam 24 jam.
R/ Mengetahui jumlah output sanggup merencenakan jumlah makanan.
  • Kolaborasi dengan tim kesehtaan lain :
    • terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu.
    • obat-obatan atau vitamin ( A)
R/ Mengandung zat yang diharapkan , untuk proses pertumbuhan

3.                  Resiko peningkatan suhu tubuh bekerjasama dengan proses abses dampak sekunder dari diare
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi peningkatan suhu tubuh
Kriteria hasil :
  • Suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)
  • Tidak terdapat tanda abses (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa)
Intervensi :
  • Monitor suhu tubuh setiap 2 jam
R/ Deteksi dini terjadinya perubahan gila fungsi tubuh ( adanya infeksi)
  • Berikan kompres hangat
R/ merangsang sentra pengatur panas untuk menurunkan produksi panas tubuh
  • Kolaborasi pemberian antipirektik
R/ Merangsang sentra pengatur panas di otak

4.      Resiko gangguan integritas kulit bekerjasama dengan peningkatan frekwensi BAB (diare)
Tujuan :
Setelah dilakukan tindaka keperawtan selama di rumah sakit integritas kulit tidak terganggu.
Kriteria hasil :
  • Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga
  • Keluarga bisa mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan benar
Intervensi
  • Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga kawasan tidur
R/ Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman
  • Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila berair dan mengganti pakaian bawah serta alasnya)
R/ Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh sebab kelebaban dan keasaman feces
  • Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam
R/ Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi pemfokusan yang usang sehingga tak terjadi iskemi dan iritasi .



BAB III
KESIMPULAN

Diare merupakan suatu tanda-tanda dari majemuk penyakit. Penyebab niscaya dari diare ini tidak sanggup diketahui secara pasti, tetapi haruslah dengan melaksanakan banyak sekali macam investigasi dan riwayat penyakit sekarang, serta apa saja yang dilakukan oleh penderita diare terakhir sekali. Barulah diketahui klien itu menderita penyakit apa.
Dengan munculnya diare pada anak, terutama yang masih bayi tidak sanggup dianggap remeh walaupun hanya diare beberapa kali dalam sehari (diare ringan). Karena 80% lebih tubuh bayi terdiri dari air. Yang bila terjadi diare berarti cairan dan elektrolit dalam tubuh bayi keluar, sehingga bayi rentan untuk kekurangan cairan dan elektrolit. Apalagi bila diare berat maka kehilangan cairan tubuh tidak sanggup dihindari lagi dan sanggup terjadi hipovolemik shock.
Oleh sebab itu sebagai perawat perlu dan penting sekali untuk memberi penyuluhan kepada masyarakat terutama kepada orang bau tanah yang memiliki anak dan bayi. Agar selalu memelihara kesehatan dan mencegah timbulnya diare, dengan jalan menjaga kebersihan baik fisik dan psikologis. Karena bila bayi stress juga sanggup terjadi diare. Memperhatikan gizi kuliner juga sangat penting. Bila terjadi diare maka segeralah beri minum yang banyak atau dengan memperlihatkan oralit (larutan gula garam) untuk pertolongan pertama, kemudian segeralah bawa kepada tenaga kesehatan atau rumah sakit.



DAFTAR PUSTAKA

1.      Ball Jane dan Bindler Ruth, Pediatric Nursing, Appleton and Lange, 1995.
2.      Donna L. Wong, Clinical Manual of Pediatric Nursing, Mosby Company, 1996.
3.      Barnard Scipien Chard Howe, Pediatric Nursing Care, The C.V. Mosby Company, 1993.
4.      Sunoto dan kawan-kawan, Pendidikan Medik Pemberantasan Diare, Departemen Kesehatan RI Ditjen PPM & PLP, 1990.
5.      Ngastiyah, Perawatan Anak Sakit, Penerbit EGC. Jakarta, 2005.


DOWNLOAD FILE NYA DI SINI



Sumber http://macrofag.blogspot.com