BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pemberdayaan masyarakat yaitu sebagai subjek sekaligus objek dari sistem kesehatan. dalam dimensi kesehatan, pemberdayaan merupakan proses yang dilakukan oleh masyarakat (dengan atau tampa campur tangan pihak luar) untuk memperbaiki kondisi lingkungan, sanitasi dan aspek lainnya yang secara eksklusif maupun tidak eksklusif besar lengan berkuasa dalam kesehatan masyarakat.
Program pemberdayaan yang akan mempengaruhi kualitas hidup yaitu pemberdayaan masyarakat miskin. Faktor ini akan bisa memutuskan ketinggalan rakyat baik dari segi pendidikan, ekonomi maupun kesehatan. Fektor lain yang akan menjamin penguatan daya tawar dan saluran guna mendukung masyarakat untuk memperolah dan memamfaatkan input sumber daya yang sanggup meningkatkan kegiatan ekonomi yaitu melaksanakan penguatan lembaga dan organisasi masyarakat.
Pembangunan merupakan proses perubahan menuju peningkatan taraf hidup dan kesejahteaan masyarakat. Seberapa jauh proses pembangunan tersebut telah bisa menghasilkan perubahan-perubahan yang membawa dampak pada peningkatan taraf hidup dan kesejahtraan masyarakat, diukur dengan indikator-indikator yang umum bersifat ekonomi.
Rendahnya tingkat perubahan kondisi kehidupan masyarakat melalui kebijakan pemerataan melahirkan paradigma pembangunan yang berpusat pada manusia. Implementasinya tercerminpada pogram-pogram yang secara lansung ditujukan kepada masyarakat lapisan bawah ibarat pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat (pangan, sandang, papan, kesehatan, pandidikan) maupun pogram penanggulangan kemiskinan.
Kebijakn paradigma pembangunan yang berpusat pada insan implementasinya cukup berhasil, namun secara proses terlihat lambat akhir masih adanya intervensi kekuasaan pemerintahan dalam memutuskan prioritas pogram yang diperuntukkan bagi kepentinagn masyarakat dan menguatnya dominasi kekuasaan pemerintah dalam pengololaan paradigma pemberdayaan masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah konsep Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU)?
C. Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini yaitu semoga mendapatkan informasi dan pemahaman mengenai konsep Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU).
D. Metode
Metode yang kami gunakan dalam penulisan makalah ini diantaranya melalui media literatur perpustakaan dan elektronik.
E. Sistematika
Secara umum makalah ini terbagi menjadi tiga bab diantaranya; BAB I ihwal Pendahuluan, BAB II yang berisi Pembahasan dan BAB III ihwal kesimpulan dan saran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Posbindu berdasarkan Depkes RI (2002) yaitu sentra bimbingan pelayanan kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan kontribusi teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pencapai masyarakat yang sehat dan sejahtera.
Posbindu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang dibuat oleh masyarakat berdasarkan inisiatif dan kebutuhan masyarakat itu sendiri, khususnya penduduk usia lanjut. Posbindu akronim dari Pos Pembinaan Terpadu, acara ini berbeda dengan Posyandu, alasannya yaitu Posbindu dikhususkan untuk pembinaan para orang bau tanah baik yang akan memasuki masa lansia maupun yang sudah memasuki lansia (Depkes, 2007).
Posbindu lansia yaitu suatu lembaga komunikasi alih teknologi dan pelayanan bimbingan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis dalam berbagi sumberdaya insan semenjak dini (Effendy, 2001).
B. TUJUAN POSBINDU
Tujuan diadakannya Posbindu yaitu untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa bau tanah yang senang dan berkhasiat dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan eksistensinya dalam strata kemasyarakatan. Kaprikornus dengan adanya Posbindu dibutuhkan adanya kesadaran dari usia lanjut untuk membina kesehatannya serta meningkatkan kiprah serta masyarakat termasuk keluarganya dalam mengatasi kesehatan usia lanjut. Fungsi dan kiprah pokok Posbindu yaitu membina lansia supaya tetap bisa beraktivitas, namun sesuai kondisi usianya semoga tetap sehat, produktif dan berdikari selama mungkin serta melaksanakan upaya referensi bagi yang membutuhkan (Depkes, 2007).
Tujuan pokok dari pelayanan Posbindu yaitu :
1. Memperlambat angka maut kelompok masyarakat lansia
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan kelompok masyarakat lansia
3. Meningkatkan kemampuan kelompok masyarakat lansia untuk berbagi kegiatan kesehatan dari kegiatan-kegiatan lain yang menunjang kemampuan hidup sehat.
4. Pendekatan dan pemerataan pelayan kesehatan pada kelompok masyarakat lansia dalam usa meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan pada penduduk berdasarkan letak geografis.
5. Meningkatkan pembinaan dan bimbingan kiprah serta kelompok masyarakat lansia dalam rangka alih teknologi untuk swakelola usaha-usaha kesehatan masyarakat (Effendy, 1998).
Ketaatan lansia untuk memakai sarana kesehatan atau mengikuti acara kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: pengetahuan, sikap, persepsi, sikap dalam bentuk praktik yang sudah aktual berupa perbuatan terhadap situasi atau rangsangan dari luar (kepercayaan) dan keterjangkauan sarana pelayanan kesehatan. Secara umum sikap kesehatan seseorang meliputi sikap terhadap sakit dan penyakit, sikap terhadap sistem pelayanan kesehatan, maupun sikap terhadap acara kesehatan.
Faktor lain yang mempengruhi sikap ketaatan seseorang pada kesehatan yaitu sebagai berikut: kebutuhan, jumlah dan struktur keluarga, faktor sosial budaya, etnik, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, harga/biaya pelayanan, jarak, persepsi terhadap sarana kesehatan, dan kekuatan pengambilan keputusan (Notoatmodjo, 2003).
Pos Pelayanan Terpadu ( Posyandu )
Posyandu merupakan jenis UKM yang paling memasyarakatkan remaja ini. Posyandu yang meliputi lima acara prioritas yaitu: KB, KIA, Imunisasi dan penanggulangan Diare. Terbukti mempunyai daya ungkit besar terhadap penurunan angka maut bayi. sebagai salah satu tempat pelayanan kesehatan masyarakat yang eksklusif bersentuhan dengan masyarakat level bawah, sebaiknya posyandu digiatkan kembali ibarat pada masa orde gres alasannya yaitu terbukti ampuh mendeteksikan permasalahan gizi dan kesehatan di banyak sekali daerah.permasalahan gizi jelek anak balita, kekurangan gizi, busung lapar dan duduk masalah kesehatan lainnya menyangkut kesehatan ibu dan anak akan gampang dihindari jikalau posyandu kembali diprogramkan secara menyeluruh .
C. PEMBENTUKAN POSBINDU
Pada prinsipnya pembentukan Posbindu didasarkan atas kebutuhan masyarakat usia lanjut tersebut. Ada beberapa pendekatan yang digunakan dalam pembentukan posbindu dimasyarakat sesuai dengan kondisi dan situasi masing-masing daerah, misalnya mengambangkan kelompok-kelompok yang sudah ada ibarat kelompok pengajian, kelompok jemaat gereja, kelompok arisan usia lanjut dan lain-lain. Pembentukan Posbindu sanggup pula memakai pendekatan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD).
Pendekatan PKM merupakan suatu pendekatan yang sudah umum dilaksanakan dan merupkan pendekatan pilihan yang dianjurkan untuk pembentukan Posbindu baru. Langkah-langkahnya meliputi:
1. Pertemuan tingkat desa
2. Survey mawas diri
3. Musyawarah Masyarakat Desa
4. Pelatihan kader
5. Pelaksanaan upaya kesehatan oleh masyarakat
6. Pembinaan dan pelestarian kegiatan
D. KOMPONEN
Posbindu sebagai wadah yang bernuansa pemberdayaan masyarakat, akan berjalan dengan baik dan optimal apabila memenuhi beberapa komponen pokok, yaitu: adanya proses kepemimpinan, terjadinya proses pengorganisasian, adanya anggota dan kader serta tersedianya pendanaan.
1. Kepemimpinan
Posbindu merupakan kegiatan dari, oleh dan untuk masyarakat. Untuk pelaksanaanya memerlukan orang yang bisa mengurus dan memimpin penyelenggaraan kegiatan tersebut sehingga kegiatan yang dilaksanakan mencapai hasil yang optimal. Pemimpin Posbindu bisanya berasal dari anggota Posbindu itu sendiri.
2. Pengorganisasian
Ciri dari suatu proses pengorganisasian sanggup dilihat dari adanya pembagian tugas, penunjukan kader, jadwal kegiatan yang teratur dan sebagainya. Struktur organisasi Posbindu sedikitnya terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara dan beberapa seci dan kader.
3. Anggota Kelompok
Jumlah anggota kelompok Posbindu berkisar antara 50-100 orang. Perlu diperhatikan juga jarak antara target dengan lokasi kegiatan dalam penentuan jumlah anggota, sehingga apabila terpaksa tidak tertutup kemungkinan anggota Posbindu kurang dari 50 orang atau lebih dari 100 orang.
4. Kader
Jumlah kader di setiap kelompok tergantung pada jumlah anggota kelompok, volume dan jenis kegiatannya, yaitu sedikitnya 3 orang.
5. Pendanaan
Pendanaan bisa bersumber dari anggota kelompok Posbindu, berupa iuran atau sumbangan anggota atau sumber lain ibarat donatur atau sumber lain yang tidak mengikat.
E. PELAYANAN KESEHATAN
Pelayaan kesehatan di Posbindu meliputi investigasi kesehatan fisik dan mental emosional. Kartu Menuju Sehat (KMS) Usia Lanjut sebagai alat pencatat dan pemantau untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi dan mencatat perkembangannya dalam Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan (BPPK) Usia Lanjut atau catatan kondisi kesehatan yang lazim dipakai di Puskesmas. Jenis pelayanan kesehatan yang sanggup diberikan kepada usia lanjut dikelompok sebagai berikut:
1. Pemeriksaan acara kegiatan sehari-hari (activity of daily living) melipui kegiatan dasar dalam kehidupan ibarat makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya
2. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini bekerjasama dengan mental emosional dengan memakai aliran 2 menit
3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat tubuh dan pengukuran tinggi tubuh dan dicatat pada grafik Indeks Masa Tubuh (IMT)
4. Pengukuran tekanan darah dengan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan denyut nadi selama 1 menit
5. Pemeriksaan hemoglobin memakai Talquist atau Sahli
6. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula (diabetes mellitus)
7. Pemeriksaan adanya protein dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal
8. Pelaksanaan referensi ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan kelainan
9. Penyuluhan bisa dilakukan di dalam maupun di luar kelompok dalam rangka kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan duduk masalah kesehatan yang dihadapi oleh individu dan atau kelompok usia lanjut
10. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi anggota kelompok usia lanjut yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat (public health nursing).
11. Pemberian Pemberian Makanan Tambahan (PMT), penyuluhan pola sajian makanan dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi usia lanjut serta menggunakan bahan makanan yang berasal dari tempat tersebut
12. Kegiatan olah raga ibarat senam lansia, gerak jalan santai dan lain sebagainya untuk meningkatkan kebugaran
F. SARANA DAN PRASARANA
Untuk kelancaran pelaksanaan Posbindu, dibutuhkan sarana dan prasarana penunjang antara lain:
1. Tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuka)
2. Meja dan kursi
3. Alat tulis
4. Buku pencatatan kegiatan (buku register buntu)
5. Kit usia lanjut yang berisi: Timbangan dewasa, meteran pengukur tinggi badan, stetoskop, tensimeter, peralatan laboratorium sederhana termometer
6. Kartu Menuju Sehat (KMS) usia lanjut
G. MEKANISME PELAKSANAAN KEGIATAN
Untuk menunjukkan pelayanan kesehatan yang prima terhadap usia lanjut di kelompok, mekanisme pelaksanaan kegiatan yang sebaiknya dipakai sistem 5 tahapan/5 meja sebagai berikut:
1. Tahap pertama: Pendaftaran, dilakukan sebelum pelaksanaan pelayanan
2. Tahap kedua: Pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan usila, serta penimbangan berat tubuh dan pengukuran tinggi badan
3. Tahap ketiga: Pengukuran tekanan darah, investigasi kesehatan dan investigasi status mental
4. Tahap keempat: Pemeriksaan air seni dan kadar darah (laboratorium sederhana)
5. Tahap Kelima: Pemberian penyuluhan dan konseling
H. REKRUTMEN DAN PELATIHAN KADER POSBINDU
Kader sebaiknya berasal dari anggota kelompok Posbindu sendiri atau sanggup saja diambil dari anggota masyarakat lainnya yang bersedia menjadi kader. Adapun persyaratan untuk menjadi kader Posbindu adalah:
1. Dipilih dari masyarakat dengan mekanisme yang diadaptasi dengan kondisi setempat;
2. Mau dan bisa bekerja secara sukarela;
3. Bisa membaca dan menulis karakter latin;
4. Sabar dan memahamil usia lanjut.
I. MEKANISME PELAKSANAAN
Setelah melaksanakan Musyawarah Masyarakat Desa dan Musyawarah di tingkat RW, maka panitia mengumumkan secara terbuka ihwal rekrutmen kader Posbindu sesuai dengan persyaratan di atas. Jika hingga pada waktu yang ditetapkan masih sedikit, maka panitia bersama pengurus RW melaksanakan musyawarah kembali untuk memilih kader Posbindu berdasarkan pertimbangan tokoh masyarakat setempat.
Setelah rekrutmen kader Posbindu selesai, maka dilanjutkan dengan penyelenggaraan pelatihan kader Posbindu dengan materi training meliputi:
1. Pengelolaan dan Pengorganisasian Posbindu
2. Surveilans hipertensi (survey mawas diri)
3. Prosedur deteksi dini hipertensi dan komplikasinya
4. Penatalaksanaan hipertensi dan komplikasinya
5. Pencegahan hipertensi
6. Pertolongan pertama kedaruratan penyakit kardiovaskuler dan serebrovaskuler
J. KEGIATAN POSBINDU
Kegiatan posyandu lebih di kenal dengan sistem lima meja yang, meliputi :
1. Meja 1 : Pendaftaran
2. Meja 2 : Penimbangan
3. Meja 3 : Pengisian Kartu Menuju Sehat
4. Meja 4 : Penyuluhan Kesehatan pembarian oralit Vitamin A dan tablet besi
5. Meja 5 : Pelayanan kesehatan yang meliputi imunisasi, investigasi kesehatan dan pengobatan, serta pelayanan keluarga berencana.
Untuk meja 1 hingga 4 dilaksanakan oleh petugas kesehatan. Sejak dicanangkan pada tahun 1984, penumbuhan jumlah posyandu sebagai berikut :
NO | TAHUN | JUMLAH |
1. 2. 3. 4. 5. | 1990 1991 1992 1993 2003 | 244.382 251.815 242.255 233.061 245.154 |
Tabel 2.1: Pertumbuhan Jumlah Posyandu
Bila diperhitungkan bahwa tiap posyandu rata-rata mempunyai lima orang kader, maka jumlah kader aktif posyandu 5x245.154 = 1.255.770 orang kader .
Berikut ini sebagai salah satu pola pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan posbindu:
1. Surveilans hipertensi
Setelah kader Posbindu dilatih, langkah selanjutnya yaitu pelaksanaan surveilans. Yang dimaksud dengan surveilans yaitu survey lapangan untuk mengumpulkan data ihwal prevalensi hipertensi di masyarakat. Surveilans dilakukan oleh kader Posbindu yang telah diberikan training surveilans, dan data yang terkumpul diolah dan dianalisis bersama oleh kader, tokoh masyarakat, dan tenaga kesehatan. Instrumen surveilans berupa angket/kuesioner yang terlebih dahulu telah disiapkan oleh tim dedikasi masyarakat.
2. Pembuatan peta kewaspadaan hipertensi
Data hasil surveilans dijadikan dasar untuk menyusun peta kewaspadaan hipertensi di komunitas. Peta ini sekaligus sebagai bukti dokumentasi hasil surveilans yang telah dilakukan dan diberi kode-kode khusus berdasarkan komitmen tim ihwal kategori masyarakat dalam kaitannya dengan kewaspadaan hipertensi.
3. Pemeriksaan tekanan darah secara rutin
Pemeriksaan tekanan darah secara rutin merupakan bab dari pelayanan Posbindu. Namun demikian dalam masalah tertentu, investigasi tekanan darah tidak dilakukan secara pasif (menunggu di Posbindu), tetapi justru dilakukan secara aktif dari rumah ke rumah (door to door) pada kelompok masyarakat yang mempunyai faktor risiko dan kelompok lansia atau dikenal sebagai penemuan masalah hipertensi secara aktif (active case finding). Penemuan masalah secara aktif ini merupakan upaya penapisan (screening) masalah hipertensi di masyarakat sebagai salah satu upaya deteksi dini masalah hipertensi dan komplikasinya.
4. Pelaksanaan senam jantung sehat dan senam lansia secara rutin
Kegiatan senam jantung sehat dan senam lansia juga merupakan bab dari pelayanan Posbindu. Dalam konteks ini, pelaksanaan senam ini juga bukan saja diikuti oleh kelompok masyarakat berisiko atau kelompok lansia saja, tetapi juga bisa diikuti oleh seluruh elemen masyarakat. Kegiatan ini merupakan bentuk aktual dari upaya pencegahan penyakit jantung dan pembuluh darah serta pengendalian salah faktor risiko hipertensi.
5. Promosi kesehatan yang berkaitan dengan ancaman hipertensi
Promosi kesehatan yaitu proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Program ini dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik dalam masyarakat itu sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya. Berdasarkan hal tersebut maka seni administrasi promosi kesehatan yang akan dikembangkan dalam rangka pencegahan hipertensi adalah:
a. Advokasi (advocacy)
Kegiatan ini ditujukan untuk para pembuat keputusan dan penentu kebijakan di tingkat kecamatan dan desa. Diharapkan melalui advokasi ini, semua aparatur pemerintahan di Desa Randobawa Ilir bisa menunjukkan dukungan, baik kontribusi adab maupun material, terhadap kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya.
b. Dukungan sosial (social support)
Kegiatan ini difokuskan bagi para tokoh masyarakat dan tokoh agama yang ada di Desa Randobawa Ilir. Diharapkan para tokoh masyarakat dan tokoh agama tersebut sanggup menjembatani komunikasi antara pengelola acara kesehatan dan masyarakat.
c. Pemberdayaan masyarakat (empowerment)
Kegiatan ini diarahkan pada masyarakat eksklusif sebagai target primer promosi kesehatan. Tujuannya yaitu semoga masyarakat mempunyai kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya sendiri (self reliance in health). Bentuk kegiatannya lebih ditekankan pada penggerakkan masyarakat untuk kesehatan, dalam hal ini yaitu pengelolaan Posbindu.
Ruang lingkup promosi kesehatan sendiri meliputi tatanan keluarga (rumah tangga) dan di kemudahan pelayanan kesehatan. Berdasarkan tingkat pelayanan kesehatan yang diberikan, promosi kesehatan yang dilakukan hanya berada pada level promosi kesehatan, proteksi spesifik, serta diagnosis dini dan pengobatan segera.
Kegiatan promosi kesehatan pada setiap level tersebut sanggup dijelaskan sebagai berikut:
1) Promosi kesehatan:
a) Senam jantung sehat dan senam lansia
b) Kampanye anti-rokok
c) Penyuluhan gizi lansia
d) Pelatihan investigasi tekanan darah bagi keluarga lansia
2) Pencegahan spesifik: Pemberian multivitamin bagi lansia, Diagnosis dini dan pengobatan segera:
3) Pemeriksaan tekanan darah teratur bagi penderita hipertensi
4) Pemeriksaan gejala komplikasi hipertensi (pemeriksaan protein urin, investigasi neurologis, Dan lain-lain)
d. Penyuluhan kesehatan ihwal pencegahan & penatalaksanaan hipertensi
Penyuluhan kesehatan merupakan bab dari seni administrasi promosi kesehatan yang tujuannya memampukan masyarakat untuk sanggup menghindari perilaku-perilaku yang berisiko meningkatkan bencana hipertensi dan/atau melaksanakan tindakan yang sempurna untuk mengatasi duduk masalah hipertensi pada masyarakat dan keluarga penderita hipertensi.
e. Pelatihan pengukuran tekanan darah bagi keluarga lansia dan keluarga penderita hipertensi
Kegiatan ini juga ditujukan sebagai salah satu upaya memperpendek saluran pelayanan kesehatan, khususnya bagi penderita hipertensi dalam melaksanakan pemantauan (monitoring) terhadap kondisi kesehatannya. Pada balasannya setiap keluarga dari penderita hipertensi sanggup melaksanakan pemantauan tekanan darah penderita hipertensi secara teratur, tanpa harus pergi ke Puskesmas yang memakan waktu dan biaya transportasi. Karena itu, ketersediaan tensimeter atau sphygmomanometer di Posbindu harus cukup sebagai antisipasi bagi kebutuhan terhadap pemantauan tekanan darah secara berdikari oleh keluarga penderita. Sudah barang tentu, anggota keluarga yang dilatih yaitu mereka yang memenuhi syarat tertentu sehingga dimungkinkan bisa menguasai dalam mempraktikkan dan menginterpretasikan hasil pengukuran tekanan darahnya.
f. Pengumpulan dana sosial Tanggap Hipertensi
Kegiatan ini merupakan manifestasi aktual dari seni administrasi gerakan masyarakat sebagai salah satu seni administrasi promosi kesehatan. Dalam hal pengumpulan dana sosial maka dibutuhkan kontribusi dari para pengambil keputusan di tingkat desa dan kecamatan, serta kesadaran dari masyarakat itu sendiri. Tentu dalam kondisi yang tidak mengikat, kegiatan ini bersifat fleksibel terutama ditujukan bagi kelompok masyarakat dengan tingkat kemampuan ekonomi menengah ke atas. Dana sosial ini ditujukan untuk membantu pembiayaan warga masyarakat yang mengalami komplikasi hipertensi sehingga membutuhkan pengobatan lebih kompleks atau referensi ke rumah sakit.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Posbindu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang dibuat oleh masyarakat berdasarkan inisiatif dan kebutuhan masyarakat itu sendiri, khususnya penduduk usia lanjut. Posbindu akronim dari Pos Pembinaan Terpadu, acara ini berbeda dengan Posyandu, alasannya yaitu Posbindu dikhususkan untuk pembinaan para orang bau tanah baik yang akan memasuki masa lansia maupun yang sudah memasuki lansia.
B. SARAN
Pemahaman dan keahlian dalam aplikasi Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU) merupakan salah satu cabang ilmu keperawatan yang harus dimiliki oleh tenaga kesehatan khususnya perawat semoga sanggup mengaplikasikannya serta berinovasi dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien. Ini akan mendukung profesionalisme dalam wewenang dan tanggung jawab perawat sebagai bab dari tenaga medis yang menunjukkan pelayanan Asuhan Keperawatan secara komprehensif.