Wednesday, July 26, 2017

√ Laporan Pendahuluan Space Occupying Lession (Sol), D0wnl0ad Dalam Bentuk Pdf Dan Doc

Masih perihal laporan pendahuluan, kalau sebelumnya telah kami share laporan pendahuluan dengan banyak sekali diagnosa, pada kesempatan kali ini kami mencoba membagikan laporan pendahuluan / LP space occupying lession (SOL).

Tujuan nya tetap sama yaitu membantu sobat - sobat perawat dalam menciptakan dan menuntaskan kiprah keperawatan menyerupai askep SOL, makalah dan laporan pendahuluan itu sendiri.

Pada postingan ini kami bagikan file laporan pendahuluan SOL dalam dua versi yaitu file pdf dan doc. Bagi sobat - sobat yang membutuhkan silahkan d0wnl0ad sesuai dengan kebutuhan kiprah keperawatan kalian.

Untuk mend0wnl0ad silahkan klik link dibawah ini :
untuk melihat isi dari file yang kami bagikan silahkan lihat dibawah ini :

Laporan Pendahuluan Space Occupying Lession (SOL)


Pengertian

SOL merupakan generalisasi dilema perihal adanya lesi pada ruang intracranial khususnya yang mengenai otak. Banyak penyebab yang sanggup menimbulkan lesi pada otak menyerupai kuntusio serebri, hematoma, infark, benjol otak dan tumor intra kranial. ( Long, C 1996 ; 130 ).

Pada laporan pendahuluan ini penulis hanya membatasi pada salah satu penyebab yaitu tumor otak.

Tumor Otak ialah proses pertumbuhan termasuk benigna dan maligna yang mengenai otak dan sumsum tulang belakang ( Bullock, 1996 ).


Etiologi

Faktor Resiko, tumor otak sanggup terjadi pada setiap kelompok Ras, bencana meningkat seiring dengan pertambahan usia terutama pada dekade kelima, keenam dan ketujuh .faktor resiko akan meningkat pada orang yang terpajan zat kimia tertentu ( Okrionitil, tinta, pelarut, minyak pelumas ), namun hal tersebut belum bisa dipastikan. Pengaruh genetik berperan serta dalam tibulnya tumor, penyakit sklerosis TB dan penyakit neurofibomatosis.

Adapun faktor - faktor yang perlu ditinjau ialah sebagai berikut :

1. Herediter

Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma sanggup dijumpai pada anggotaanggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang sanggup dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas.

2. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest).

Bangunan-bangunan embrional menjelma bangunan-bangunan yang memiliki morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya.

3. Radiasi

Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan sanggup mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi sanggup memicu terjadinya suatu glioma.

4. Virus

Banyak penelitian perihal inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui kiprah infeksi virus dalam proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga dikala ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.

5. Substansi-substansi Karsinogenik

Penyelidikan perihal substansi karsinogen sudah usang dan luas dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik menyerupai methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini menurut percobaan yang dilakukan pada hewan.


Tanda dan tanda-tanda

Adapun tanda dan tanda-tanda SOL ialah sebagai berikut :

1. Tanda dan tanda-tanda peningkatan TIK :
  • Sakit kepala
  • Muntah
  • Papiledema

2. Gejala terlokalisasi ( spesifik sesuai dengan dareh otak yang terkena ) :
  • Tumor korteks motorik ; gerakan menyerupai kejang kejang yang terletak pada satu sisi tubuh (kejang jacksonian).
  • Tumor lobus oksipital ; hemianopsia homonimus kontralateral (hilang Penglihatan pada setengah lapang pandang , pada sisi yang berlawanan dengan tumor) dan halusinasi penglihatan
  • Tumor serebelum ; pusing, ataksia, gaya berjalan sempoyongan dengan kecenderungan jatuh kesisi yang lesi, otot otot tidak terkoordinasi dan nistagmus (gerakan mata berirama dan tidak disengaja).
  • Tumor lobus frontal ; gangguan kepribadia, perubahan status emosional dan tingkah laku, disintegrasi sikap mental., pasien sering menjadi ekstrim yang tidak teratur dan kurang merawat diri.
  • Tumor sudut serebelopontin ; tinitus dan kelihatan vertigo, tuli (gangguan saraf kedelapan), kesemutan dan rasa gatal pada wajah dan pengecap (saraf kelima), kelemahan atau paralisis (saraf kranial keketujuh), ketaknormalan fungsi motorik.
  • Tumor intrakranial bisa menimbulkan gangguan kepribadian, konfusi, gangguan bicara dan gangguan gaya berjalan terutam pada lansia. ( Brunner & Sudarth, 2003 ; 2170 )  

Patofisologi

Tumor otak menimbulkan timbulnya ganguan neurologik progresif, gangguan neurologik pada tumor otak biasanya disebabkan oleh dua factor-faktor gangguan fokal akhir tumor dan peningkataan TIK.

Gangguan fokal terjadi apabila terdapat pengutamaan pada jaringan otak, dari infiltrasi atau invasi pribadi pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neural. Perubahan suplai darah akhir tekanan tumor yang bertumbuh menimbulkan nekrosis jaringan otak.

Peningkatan TIK sanggup disebabkan oleh beberapa factor : bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi cairan serebrospinal. Beberepa tumor sanggup menimbulkan pendarahan. Obstruksi vena dan edema akhir kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan volume intracranial dan TIK.

Pada mekanisme kompensasi akan bekerja menurunkan volume darah ntrakranial, volume CSF< kandunan cairan intra sel dan mengurangi sel-sel parenkim. Peningkatan tekanan yang tidak diobati menimbulkan terjadinya herniasi unkus atau serebelum. Herniasi menekan mensefalon menimbulkan hilangnya kesadaran. Pada herniasi serebelum, tonsil bergeser ke bawah melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi medulla oblongata dan henti nafas terjadi dengan cepat, perubahan fisiologis lain yang terjadi akhir peningkatan TIK ialah bradikardia progresif, hipertensi sistemik ( pelebaran nadi) dan gagal nafas. (price Sylvia A.2005: 1187).

Fathway SOL

Fathway SOL

Pemeriksaan Diagnostik
  1. CT Scan ; memberi informasi spesifik mengenai jumlah, ukuran, kepadatan, jejas tumor dan meluasnya odema cerebral serta memberi informasi perihal sistem vaskuler
  2. MRI ; membantu dalam mendeteksi tumor didalam batang otakdan tempat hiposisis, dimana tulang menggangu dalam citra yang memakai CT Scan
  3. Biopsi Stereotaktik ; sanggup mendiagnosa kedudukan tumor yang dalam dan untuk memberi dasar pengobatan serta informasi prognosis.
  4. Angiografi ; memberi citra pembuluh darahserebral dan letak tumor
  5. Elektro ensefalografi ; mendeteksi gelombang otak asing pada tempat yang ditempati tumor dan sanggup memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang. ( Doenges, 2000 ).

Komplikasi

1. Gangguan fungsi neurologis.

Jika tumor otak menimbulkan fungsi otak mengalami gangguan pada serebelum maka akan menimbulkan pusing, ataksia ( kehilangan keseimbangan ) atau gaya berjalan yang sempoyongan dan kecenderunan jatuh ke sisi yang lesu, otot-otot tidak terkoordinasi dan ristagmus ( gerakan mata berirama tidak disengaja ) biasanya memperlihatkan gerakan horizontal

2. Gangguan kognitif.

Pada tumor otak akan menimbulkan fungsi otak mengalami gangguan sehingga dampaknya kemampuan berfikir, memperlihatkan rasional, termasuk proses mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan memerhatikan juga akan menurun.

3. Gangguan tidur & mood

Tumor otak bisa menimbulkan gangguan pada kelenjar pireal, sehingga hormone melatonin menurun akhirnya akan terjadi resiko sulit tidur, tubuh malas, depresi, dan penyakit melemahkan system lain dalam tubuh.

4. Disfungsi secual
  • Pada perempuan memiliki kelenjar hipofisis yang mensekresi kuantitas prolaktin yang berlebihan dengan menimbulkan amenurrea atau galaktorea (kelebihan atau fatwa spontan susu).
  • Pada laki-laki dengan prolaktinoma sanggup muncul dengan impoteni dan hipogonadisme. Gejala pada secualitas biasanya berdampak pada hubungan dan perubahan tingkat kepuasan.

Penatalaksanaan

Metode umum untuk penatalaksanaan tumor otak mencakup :

1. Pembedahan

Pembedahan intracranial biasanya dilakukan untuk seluruh tipe kondisi patologi dari otak untuk mengurangi TIK dan mengangkat tumor. Pembedahan ini dilakukan melalui pembukaan tengkorak, yang disebut dengan Craniotomy.

Perawatan pre operasi pada pasien yang dilakukan pembedahan intracranial ialah :
  • Mengkaji keadaan neurologi dan psikologi pasien
  • Memberi kontribusi pasien dan keluarga untuk mengurangi perasaanperasaan takut yang dialami.
  • Memberitahu mekanisme tindakan yang akan dilakukan untuk meyakinkan pasien dan mengurangi perasaan takut.
  • Menyiapkan lokasi pembedahan, yaitu: kepala dengan memakai shampo antiseptik dan mencukur tempat kepala.
Menyiapkan keluarga untuk penampilan pasien yang dilakukan pembedahan, mencakup :
  • Balutan kepala.
  • Edema dan ecchymosis yang biasanya terjadi dimuka.
  • Menurunnya status mental sementara.
Perawatan post operasi, mencakup :
  • Mengkaji status neurologi dan tanda-tanda vital setiap 30 menit untuk 4 - 6 jam pertama sesudah pembedahan dan kemudian setiap jam. Jika kondisi stabil pada 24 jam frekuensi investigasi sanggup diturunkan setiap 2 samapai 4 jam sekali.
  • Monitor adanya cardiac aritmia pada pembedahan fossa posterior akhir ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
  • Monitor intake dan output cairan pasien. Batasi intake cairan sekitar 1.500 cc / hari.
  • Lakukan latihan ROM untuk semua ekstremitas setiap pergantian dinas.
  • Pasien sanggup dibantu untuk alih posisi, batuk dan napas dalam setiap 2 jam.
  • Cek sesering mungkin balutan kepala dan drainage cairan yang keluar.
  • Lakukan investigasi laboratorium secara rutin, menyerupai : investigasi darah lengkap, serum elektroit dan osmolaritas, PT, PTT, analisa gas darah.
  • Memberikan obat-obatan sebagaimana program, contohnya : antikonvulsi,antasida, atau antihistamin reseptor, kortikosteroid.
  • Melakukan tindakan pencegahan terhadap komplikasi post operasi.
2. Radioterapi

Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula merupakan therapi tunggal. Adapun imbas samping : kerusakan kulit di sekitarnya, kelelahan, nyeri lantaran inflamasi pada nervus atau otot pectoralis, radang tenggorkan.

3. Kemoterapi

Kemoterapi dilakukan dalam banyak sekali cara, termasuk secara sistemik, intracranial atau dengan memasukkan polimer yang membawa biro kemoterapi secara pribadi ke jaringan tumor. Masalah utama dengan komplikasi depresi sum-sum tulang, paru, dan hepar tetap merupakan factor penyulit utama dalam kemoterapi. Sawar darah otak juga mempersulit pemberian biro kemoterapi. Penelitian sawar darah otak dengan manitol hiperosmotik member hasil yang mengecewakan, penelitian mengenai penggunaan dexametason untuk menutup sawar darah otak dan imbas obat antiepilepsi pada metabolism obat kemoterapi masih terus dilakukan dan mulai memperlihatkan hasil.

4. Manipulasi hormonal.

Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk tumor yang sudah bermetastase.

5. Terapi Steroid

Steroid secara dramatis mengurangi edema sekeliling tumor intrakranial, namun tidak berefek pribadi terhada tumor.Pemilihan terapi ditentukan dengan tipe dan letak dari tumor. Suatu kombinasi metode sering dilakukan.

Konsep Asuhan Keperawatan Space Occupying Lession (SOL)

Pengkajian
  1. Data dasar ; nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, alamat, golongan darah, penghasilan
  2. Riwayat kesehatan ; apakah klien pernah terpajan zat zat kimia tertentu, riwayat tumor pada keluarga, penyakit yang mendahului menyerupai sklerosis TB dan penyakit neurofibromatosis, kapan tanda-tanda mulai timbul
  3. Aktivitas / istirahat, Gejala : kelemahan / keletihan, kaku, hilang keseimbangan. Tanda : perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, quadriplegi, ataksia, dilema dalam keseimbangan, perubaan contoh istirahat, adanya faktor faktor yang mempengaruhi tidur menyerupai nyeri, cemas, keterbatasan dalam hobi dan dan latihan
  4. Sirkulasi, tanda-tanda : nyeri kepala pada dikala beraktivitas. Kebiasaan : perubahan pada tekanan darah atau normal, perubahan frekuensi jantung.
  5. Integritas Ego, Gejal : faktor stres, perubahan tingkah laris atau kepribadian, Tanda : cemas, gampang tersinggung, delirium, agitasi, bingung, depresi dan impulsif.
  6. Eliminasi : Inkontinensia kandung kemih/ usus mengalami gangguan fungsi.
  7. makanan / cairan , Gejala : mual, muntah proyektil dan mengalami perubahan selera. Tanda : muntah (mungkin proyektil), gangguan menelan (batuk, air liur keluar, disfagia)
  8. Neurosensori, Gejala : Amnesia, vertigo, synkop, tinitus, kehilangan pendengaran, tingling dan baal pad aekstremitas, gangguan pengecapan dan penghidu. Tanda : perubahan kesadaran hingga koma, perubahan status mental, perubahan pupil, deviasi pada mata ketidakmampuan mengikuti, kehilangan penginderaan, wajah tidak simetris, genggaman lemah tidak seimbang, reflek tendon dalam lemah, apraxia, hemiparese, quadriplegi, kejang, sensitiv terhadap gerakan
  9. Nyeri / Kenyamanan, Gejala : nyeri kepala dengan intensitas yang berbeda dan biasanya lama. Tanda : wajah menyeringai, respon menarik dri rangsangan nyeri yang hebat, gelisah, tidak bisa istirahat / tidur.
  10. Pernapasan, Tanda : perubahan contoh napas, irama napas meningkat, dispnea, potensial obstruksi.
  11. Hormonal : Amenorhea, rambut rontok, dabetes insipidus.
  12. Sistem Motorik : scaning speech, hiperekstensi sendi, kelemahan
  13. keamanan , Gejala : pemajanan materi kimia toksisk, karsinogen, pemajanan sinar matahari berlebihan. Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi
  14. secualitas, gejala: dilema pada secual (dampak pada hubungan, perubahan tingkat kepuasan)
  15. Interaksi sosial : ketidakadekuatan sitem pendukung, riwayat perkawinan (kepuasan rumah tangga, dudkungan), fungsi peran. (Doenges, 2000).

Diagnosa Keperawatan
  1. Gangguan perfusi jaringan serebral b.d penghentian fatwa darah oleh SOL dibuktikan dengan perubahan tingkat kesadaran, kehilangan memori, perubaan respon motorik / sensori, gelisah dan perubahan tanda vital.
  2. Resiko tinggi terhadap ketidakefektifan contoh napas b.d kerusakan neurovaskuler, kerusakan kognitif.
  3. Nyeri akut / kronis b.d biro pencedera fisik, kompresi saraf oleh SOL, peningkatan TIK.
  4. Perubahan persepsi sensori b.d perubahan resepsi sensoris, transmisi dan atau integrasi (trauma atau defisit neurologis).
  5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d peningkatan TIK, konsekuensi kemoterapi, radiasi, pembedahan, (anoreksia, iritasi, penyimpangan rasa mual).

Intervensi Keperawatan.

Diagnosa. 1

Gangguan perfusi jaringan serebral b.d penghentian fatwa darah oleh SOL dibuktikan dengan perubahan tingkat kesadaran, kehilangan memori, perubaan respon motorik / sensori, gelisah dan perubahan tanda vital.

Kriteria penilaian : Pasien akan dipertahankan tingkat kesadaran , perbaiakan kognisi, fungsi motorik / sensorik, TTV stabil, tidak ada tanda peningkatan TIK

Intervensi :
  • Tentukan penyebab penurunan perfusi jaringan
  • Pantau status neurologis secara teratur dan bandingkan dengan nila standar ( GCS )
  • Pantau TTV
  • Kaji perubahan penglihatan dan keadan pupil
  • Kaji adanya reflek ( menelan, batuk, babinski )
  • Pantau pemasukan dan pengeluaran cairan
  • Auskultasi bunyi napas, perhatikan adananya hipoventilasi, dan bunyi aksesori yang abnormal
Kolaborasi :
  • Pantau analisa gas darah
  • Berikan obat sesuai indikasi : deuretik, steroid, antikonvulsan
  • Berikan oksigenasi

Diagnosa. 2

Resiko tinggi terhadap ketidakefektifan contoh napas b.d kerusakan neurovaskuler, kerusakan kognitif.

Kriteria penilaian : pasien dapat, dipertahanakan contoh nafas efektif, bebas sianosis, dengan GDA dalam batas normal

Intervensi :
  • Kaji dan catat perubahan frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan
  • Angkat kepala tempat tidur sesuai atuiran / posisi miringsesuai indikasi
  • Anjurkan utuk bernapas dalam, jikalau pasien sadar
  • Lakukan penghisapan lendir dengan hati hati jangan lebih dari 10 – 15 detik, catat huruf warna, kekentalan dan kekeruhan sekret
  • Pantau pengguanaan obat obatan depresan menyerupai sedatif 
Kolaborasi:
  • Berikan O2 sesuai indikasi
  • Lakaukan fisioterapi dada jikalau ada indikasi

Diagnosa. 3

Nyeri ( akut ) / kronis b.d biro pencedera fisik, kompresi saraf oleh SOL, peningkatan TIK, ditandai dengan : menyetakan nyeri oleh lantaran perubahan posisi, nyeri, pucat sekitar wajah, sikap berhati hati, gelisah condong keposisi sakit, penurunan terhadap toleransi aktivitas, penyempitan fokus pad dirisendiri, wajah menahan nyeri, perubahna pla tidur, menarik diri secara fisik

Kriteria evalusi : pasien melaporkannyeri berkurang, mengambarkan sikap untuk mengurangi kekambuhan atau nyeri .

Intervensi :
  • kaji keluhan nyeri
  • Observasi keadaan nyeri nonverbal ( misal ; ekspresi wajah, gelisah, menangis, menarik diri, diaforesis, perubaan frekuensi jantung, pernapasan dan tekanan darah.
  • Anjurkan untuk istirahat denn tenang
  • Berikan kompres panas lembab pada kepala, leher, lengan sesuai kebutuhan
  • Lakukan pemijatan pada tempat kepala / leher / lengan jikalau pasien sanggup toleransi terhadap sentuhan
  • Sarankan pasien untuk menggnakan persyaratan positif “ saya sembuh “ atau “ saya suka hidup ini “
Kolaborasi :
  • Berikan analgetik / narkotik sesuai indikasi
  • Berikan antiemetiksesuai indikasi

Diagnosa. 4

Perubahan persepsi sensori b.d perubahan resepsi sensoris, transmisi dan atau integrasi ( syok atau defisit neurologis ), ditandai denagg disorientasi, perubaan respon terhadap rangsang, inkoordinasi motorik, perubahan contoh komunikasi, distorsi auditorius dan visual, penghidu, konsentrasi buruk, perubahan proses pikir, respon emosiaonal berlebihan, perubahan contoh perilaku

Kriteria penilaian : pasien sanggup dipertahanakan tingkat kesadaran dan fuingsi persepsinya, mengakui perubahan dalam kemampuan dan adanya keterlibatan residu, mendemonstrasikan perubahan gaya hidup.

Intervensi :
  • Kaji secar teratur perubahan orientasi, kemampuan bicara, afektif, sensoris dan proses pikir
  • Kaji kesadaran sensoris menyerupai respon sentuan , panas / dingin, benda tajam atau tumpul, keadaran terhadap gerakan dan letak tubuh, perhatkian adanya dilema penglihatan
  • Observasi repon perilaku
  • Hilangkan bunyi bising / stimulus ang berlebihan
  • Berikan stimulus yang berlebihan menyerupai verbal, penghidu, taktil, pendengaran, hindari isolasi secara fisik dan psikologis 
Kolaborasi :
  • pemberian obat supositoria gna mempermudah proses BAB
  • konsultasi dengan jago fisioterapi / okupasi

Diagnosa. 5

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d peningkatan TIK, konsekuensi kemoterapi, radiasi, pembedahan, ( anoreksia, iritasi, penyimpangan rasa mual ) dibuktikan oleh : keluhan masukan makan tidak adekuat, kehilangan sensai pengecapan, kehilangan minat makan, ketidakmampuan untk mencerna yang dirasakan / aktual, berat tubuh 20 % atau lebih dibawah tubuh ideal untuk tinggi dan bentuk tubuh, penurunan penumpukn lemak / masa otot, sariawab, rongga ekspresi terinflamasi, diare,konstipasi, kram abdomen.

Krieteria penilaian :pasien sanggup mendemonstrasikan berat tubuh stabil, mengungkapkan pemasukan adekuat, berpartisipasi dalam intervensi spesifik untuk merangsang nafsu makan

Intervensi :

  • Pantau masukan masakan setiap hari
  • Ukur BB setiap hari sesui indikasi
  • Dorong pasien untuk makandiit tinggi kalori kaya nutrien sesui program
  • Kontrol faktor lingkungan ( bau, bising ) hindari masakan terlalu manis, berlemak dan pedas
  • Ciptakan suasana makan yang menyenangkan
  • Identifikasipasien yang mengalami mual / muntah
Kolaborasi :
  • Pemberian anti emetik dengan acara reguiler
  • Vitamin A, D, E dan B6
  • Rujuk kepada jago diet
  • Pasang / pertahankan slang NGT untuk pemberian masakan enteral( Doenges, 2000 dan L.J Carpenito, 1997 )

Daftar Pustaka
  • Barbara C. Long, alih bahasa R.Karnaen dkk, 1996, Perawatan Medikal Bedah. EGC, Jakarta
  • Barbara L. Bullock 1996, Patofisiology, Adaptasi and alterations infeksius function, Fourth edition, Lipincott, Philadelpia
  • Brunner & Sudarth, 2003, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed 8 Vol 3 , EGC, jakarta
  • Lynda Juall Carpenito, Alih bahasa Yasmin Asih, 1997, Diagnosa Keperawatan , ed 6, EGC, Jakarta
  • Marilyn E. Doenges, et al, 1997, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, jakarta
  • Sylvia A. Price, Alih bahasa Adji Dharma, 1995 Patofisiologi, konsep klinik proses- proses penyakit ed. 4, EGC, Jakarta

Sumber http://bangsalsehat.blogspot.com