Kami bagikan laporan pendahuluan kejang demam lengkap, d0wnl0ad pdf dan doc.
Pada laporan pendahuluan kejang demam ini telah kami susun selengkap mungkin mulai dari tinjauan teori hingga konsep asuhan keperawatan, kejang demam merupakan salah satu penyakit yang sering kita temui pada anak- anak, masalah ini sering kita jumpai pada ruangan PICU ataupun ruangan anak-anak.
Teman-teman perawat yang sedang praktek di stase anak biasanya membutuhkan laporan pendahuluan kejang demam, dari itu kali ini kami sediakan, dengan tujuan sanggup membantu teman-teman perawat sekalian dalam pembuatan kiprah askep, makalah ataupun LP dengan masalah kejang demam.
Laporan pendahuluan kejang demam ini, kami sediakan dalam bentuk dua format berbeda yakni pdf dan doc, teman-teman perawat sekalian sanggup mend0wnl0ad nya diakhir artikel ini, melalui link yang telah kami sediakan.
Laporan Pendahuluan Kejang Demam
Pengertian
Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (Ngastiyah, 1997:229).
Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai tanggapan dari acara neuronal yang aneh dan pelepasan listrik serebral yang berlebihan.(betz & Sowden,2002)
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh ( suhu rektal diatas 380 C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.
Berdasarkan pengertian diatas Kaprikornus sanggup disimpulkan kejang demam ialah kenaikan suhu tubuh yang mengakibatkan perubahan fungsi otak tanggapan perubahan potensial listrik serebral yang berlebihan sehingga menimbulkan renjatan berupa kejang.
Etiologi
Bangkitan kejang pada bayi dan anak disebabkan oleh kenaikan suhu tubuh yang tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi diluar susunan syaraf pusat contohnya : tonsilitis ostitis media akut, bronchitis, dll
Penyebab yang niscaya dari terjadinya kejang demam tidak diketahui. Kejang demam biasanya berafiliasi dengan demam yang tiba-tiba tinggi dan kebanyakan terjadi pada hari pertama anak mengalami demam.
Kejang berlangsung selama beberapa detik hingga beberapa menit. kejang demam cenderung ditemukan dalam satu keluarga, sehingga diduga melibatkan faktor keturunan (faktor genetik). Kadang kejang yang berafiliasi dengan demam disebabkan oleh penyakit lain, menyerupai keracunan, meningitis atau ensefalitis. Roseola atau infeksi oleh virus herpes pada manusia juga sering mengakibatkan kejang demam pada anak-anak. Shigella pada Disentri juga sering menyebakan demam tinggi dan kejang demam pada bawah umur (Mediacastore, 2011: 8).
Menurut Jessica (2011: 3) penyebab dan faktor resiko terjadinya kejang demam ialah sebagai berikut:
- Infeksi virus
- Infeksi traktus pernapasan atas
- Infeksi traktus digestivus (gastroenteritis)
- Infeksi jalan masuk kemih
- Otitis Media
- Faktor genetik
Patofisiologi
Sumber energi otak ialah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron sanggup dilalui dengan gampang oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebalikya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran dibutuhkan energi dan santunan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini sanggup diubah oleh :
1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular
Rangsangan yang tiba mendadak contohnya mekanisme, kimiawi atau anutan listrik dari sekitarnya
2. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri lantaran penyakit atau keturunan
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan menimbulkan kenaikan metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang berakal balig cukup akal yang hanya 15 %. Oleh lantaran itu kenaikan suhu tubuh sanggup mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium tanggapan terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga sanggup meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan santunan “neurotransmitter” dan terjadi kejang. Kejang demam yang berlangsung usang (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang hasilnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot dan menimbulkan metabolisme otak meningkat.
Fathway Kejang Demam
Untuk mend0wnl0ad Fathway Kejang demam format doc, DISINI
Prognosa
Dengan penanggulangan yang sempurna dan cepat prognosisnya baik dan tidak perlu mengakibatkan kematian, resiko seorang anak setelah menderita kejang demam tergantung faktor :
- Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga
- Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak menderita kejang
- Kejang yang berlangsung usang atau kejang fokal
Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor tersebut di atas, di kemudian hari akan mengalami serangan kejang tanpa demam sekitar 13 %, dibanding bila hanya terdapat satu atau tidak sama sekali faktor tersebut, serangan kejang tanpa demam 2%-3% saja (“Consensus Statement on Febrile Seizures 1981”).
Manifestasi Klinik
Serangan kejang biasanya terjadi 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat dengan sifat bangkitan kejang sanggup berbentuk tonik-klonik, tonik, klonik, fokal atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun sejenak tapi setelah beberapa detik atau menit anak akan sadar tanpa ada kelainan saraf.
Di Subbagian Anak FKUI RSCM Jakarta, kriteria Livingstone digunakan sebagai pedoman menciptakan diagnosis kejang demam sederhana, yaitu :
- Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun
- Kejang berlangsung tidak lebih dari 15 menit
- Kejang bersifat umum
- Kejang timbul dalam 16 jam pertamam setelah timbulnya demam
- Pemeriksaan saraf sebelum dan setelah kejang normal
- Pemeriksaan EEG yang dibentuk sedikitnya satu ahad setelah suhu normal tidak memperlihatkan kelainan
- Frekuensi kejang bangkitan dalam satu tahun tidak melebihi empat kali
Pemeriksaan Penunjang
Tergantung sarana yang tersedia dimana pasien dirawat, pemeriksaannya mencakup :
1. Darah
- Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N < 200 mq/dl)
- BUN : Peningkatan BUN memiliki potensi kejang dan merupakan indikasi nepro toksik tanggapan dari pemberian obat.
- Elektrolit : K, Na
- Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang
- Kalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl )
- Natrium ( N 135 – 144 meq/dl )
2. Cairan Cerebo Spinal : Mendeteksi tekanan aneh dari CCS tanda infeksi, pendarahan penyebab kejang.
3. Skull Ray : Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya lesi
4. Tansiluminasi : Suatu cara yang dikerjakan pada bayi dengan UUB masih terbuka (di bawah 2 tahun) di kamar gelap dengan lampu khusus untuk transiluminasi kepala.
5. EEG : Teknik untuk menekan acara listrik otak melalui tengkorak yang utuh untuk mengetahui fokus acara kejang, hasil biasanya normal.
6. CT Scan : Untuk mengidentifikasi lesi cerebral infaik hematoma, cerebral oedem, trauma, abses, tumor dengan atau tanpa kontras.
Penatalaksanaan Medik
Dalam penaggulangan kejang demam ada 4 faktor yang perlu dikerjakan, yaitu :
1. Pemberantasan kejang secepat mungkin
Pemberantasan kejang di Sub potongan Saraf Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI sebagai berikut :
Apabila seorang anak tiba dalam keadaan kejang, maka :
- Segera diberikan diazepam intravena, takaran rata-rata 0,3 mg/kg Atau diazepam rectal takaran : 10 kg : 5 mg, bila kejang tidak berhenti 10 kg : 10 mg, tunggu 15 menit sanggup diulang dengan cara/dosis yang sama
- berikan takaran awal fenobarbital, takaran : neonatus : 30 mg I.M, 1 bulan – 1 tahun : 50 mg I.M dan 1 tahun : 75 mg I.M
- Bila diazepam tidak tersedia, pribadi menggunakan fenobarbital dengan takaran awal dan selanjutnya diteruskan dengan takaran rumat.
2. Pengobatan penunjang
Pengobatan penunjang ketika serangan kejang ialah :
- Semua pakaian ketat dibuka
- Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung
- Usahakan semoga jalan napas bebasuntuk menjamin kebutuhan oksigen
- Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen
Pengobatan rumat
- Fenobarbital takaran maintenance : 8-10 mg/kg BB dibagi 2 takaran pada hari pertama, kedua diteruskan 4-5 mg/kg BB dibagi 2 takaran pada hari berikutnya.
Mencari dan mengobati penyebab
Penyebab kejang demam ialah infeksi respiratorius potongan atas dan astitis media akut. Pemberian antibiotik yang adekuat untuk mengobati penyakit tersebut. Pada pasien yang diketahui kejang usang investigasi lebih intensif menyerupai fungsi lumbal, kalium, magnesium, kalsium, natrium dan faal hati. Bila perlu rontgen foto tengkorak, EEG, ensefalografi, dll.
Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kejang Demam
Pengkajian
Pengkajian neurologik :
1. Tanda – tanda vital
- Suhu
- Pernapasan
- Denyut jantung
- Tekanan darah
- Tekanan nadi
2. Hasil investigasi kepala
- Fontanel : menonjol, rata, cekung
- Lingkar kepala : dibawah 2 tahun
- Bentuk Umum
3. Reaksi pupil
- Ukuran
- Reaksi terhadap cahaya
- Kesamaan respon
4. Tingkat kesadaran
- Kewaspadaan : respon terhadap panggilan
- Iritabilitas
- Letargi dan rasa mengantuk
- Orientasi terhadap diri sendiri dan orang lain
5. Afek
- Alam perasaan
- Labilitas
6. Aktivitas kejang
- Jenis
- Lamanya
7. Fungsi sensoris
- Reaksi terhadap nyeri
- Reaksi terhadap suhu
8. Refleks
- Refleks tendo superfisial
- Reflek patologi
9. Kemampuan intelektual
- Kemampuan menulis dan menggambar
- Kemampuan membaca
Analisa dan Sintesa data
Analisa data merupakan proses intelektual yang mencakup kegiatan mentabulasi, menyeleksi, mengelompokkan, mengaitkan data, memilih kesenjangan informasi, melihat contoh data, membandingakan dengan standar, menginterpretasi dan hasilnya menciptakan kesimpulan. Hasil analisa data ialah pernyataan duduk kasus keperawatan atau yang disebut diagnosa keperawatan.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan ialah pernyataan yang jelas, singkat, dan niscaya wacana duduk kasus pasien/klien serta penyebabnya yang sanggup dipecahkan atau diubah melalui tindakan keperawatan.
Diagnosa keperawatan yang muncul ialah :
- Resiko terjadinya kejang ulang berafiliasi dengan hiperthermi.
- Resiko terjadinya syok fisik berafiliasi dengan kurangnya koordinasi otot
- Gangguan rasa nyaman berafiliasi dengan hiperthermi yang ditandai : Suhu meningkat, Anak tampak rewel
- Kurangnya pengetahuan keluarga berafiliasi dengan keterbatasan informasi yang ditandai : keluarga sering bertanya wacana penyakit anaknya.
Intervensi Keperawatan
Perencanaan merupakan keputusan awal wacana apa yang akan dilakukan, bagaimana, kapan itu dilakukan, dan siapa yang akan melaksanakan kegiatan tersebut. Rencana keperawatan yang menawarkan arah pada kegiatan keperawatan. (Santosa. NI, 1989;160)
Diagnosa Keperawatan 1:
Resiko terjadi kejang ulang berafiliasi dengan hipertermi.
Tujuan : Klien tidak mengalami kejang selama berafiliasi dengan hiperthermi
Kriteria hasil :
- Tidak terjadi serangan kejang ulang.
- Suhu 36,5 – 37,5 º C (bayi), 36 – 37,5 º C (anak)
- Nadi 110 – 120 x/menit (bayi), 100-110 x/menit (anak)
- Respirasi 30 – 40 x/menit (bayi), 24 – 28 x/menit (anak)
- Kesadaran composmentis
Rencana Tindakan :
- Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang gampang menyerap keringat. Rasional : proses konveksi akan terhalang oleh pakaian yang ketat dan tidak menyerap keringat.
- Berikan kompres dingin. Rasional : perpindahan panas secara konduksi
- Berikan ekstra cairan (susu, sari buah, dll. Rasional : ketika demam kebutuhan akan cairan tubuh meningkat.
- Observasi kejang dan tanda vital tiap 4 jam. Rasional : Pemantauan yang teratur memilih tindakan yang akan dilakukan.
- Batasi acara selama anak panas. Rasional : acara sanggup meningkatkan metabolisme dan meningkatkan panas.
- Berikan anti piretika dan pengobatan sesuai advis. Rasional : Menurunkan panas pada pusat hipotalamus dan sebagai propilaksis
Diagnosa Keperawatan 2
Resiko terjadi syok fisik berafiliasi dengan kurangnya koordinasi otot.
Tujuan : Tidak terjadi syok fisik selama perawatan.
Kriteria Hasil :
- Tidak terjadi syok fisik selama perawatan.
- Mempertahankan tindakan yang mengontrol acara kejang.
- Mengidentifikasi tindakan yang harus diberikan ketika terjadi kejang.
Rencana Tindakan :
- Beri pengaman pada sisi daerah tidur dan penggunaan daerah tidur yang rendah. Rasional : meminimalkan injuri ketika kejang
- Tinggalah bersama klien selama fase kejang. Rasional : meningkatkan keamanan klien.
- Berikan tongue spatel diantara gigi atas dan bawah. Rasional : menurunkan resiko syok pada mulut.
- Letakkan klien di daerah yang lembut. Rasional : membantu menurunkan resiko injuri fisik pada ekstimitas ketika kontrol otot volunter berkurang.
- Catat tipe kejang (lokasi,lama) dan frekuensi kejang. Rasional : membantu menurunkan lokasi area cerebral yang terganggu.
- Catat gejala vital setelah fase kejang. Rasional : mendeteksi secara dini keadaan yang abnormal
Diagnosa Keperawatan 3
Gangguan rasa nyaman berafiliasi dengan hiperthermi.
Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi
Kriteria hasil :
- Suhu tubuh 36 – 37,5º C, N ; 100 – 110 x/menit,
- RR : 24 – 28 x/menit, Kesadaran composmentis, anak tidak rewel.
Rencana Tindakan :
- Kaji faktor – faktor terjadinya hiperthermi. Rasional : mengetahui penyebab terjadinya hiperthermi lantaran penambahan pakaian/selimut sanggup menghambat penurunan suhu tubuh.
- Observasi tanda – tanda vital tiap 4 jam sekali. Rasional : Pemantauan tanda vital yang teratur sanggup memilih perkembangan keperawatan yang selanjutnya.
- Pertahankan suhu tubuh normal. Rasional : suhu tubuh sanggup dipengaruhi oleh tingkat aktivitas, suhu lingkungan, kelembaban tinggiakan mensugesti panas atau dinginnya tubuh.
- Ajarkan pada keluarga menawarkan kompres masbodoh pada kepala / ketiak. Rasional : proses konduksi/perpindahan panas dengan suatu materi perantara.
- Anjurkan untuk menggunakan baju tipis dan terbuat dari kain katun. Rasional : proses hilangnya panas akan terhalangi oleh pakaian tebal dan tidak sanggup menyerap keringat.
- Atur sirkulasi udara ruangan. Rasional : Penyediaan udara bersih.
- Beri ekstra cairan dengan menganjurkan pasien banyak minum. Rasional : Kebutuhan cairan meningkat lantaran penguapan tubuh meningkat.
- Batasi acara fisik. Rasional : acara meningkatkan metabolismedan meningkatkan panas.
Diagnosa Keperawatan 4
Kurangnya pengetahuan keluarga sehubungan keterbataaan informasi.
Tujuan : Pengetahuan keluarga bertambah wacana penyakit anaknya.
Kriteria hasil :
- Keluarga tidak sering bertanya tentang penyakit anaknya.
- Keluarga bisa diikutsertakan dalam proses keperawatan.
- keluarga mentaati setiap proses keperawatan.
Rencana Tindakan :
- Kaji tingkat pengetahuan keluarga. Rasional : Mengetahui sejauh mana pengetahuan yang dimiliki keluarga dan kebenaran informasi yang didapat.
- Beri klarifikasi kepada keluarga alasannya dan tanggapan kejang demam. Rasional: klarifikasi wacana kondisi yang dialami sanggup membantu menambah wawasan keluarga
- Jelaskan setiap tindakan perawatan yang akan dilakukan. Rasional : semoga keluarga mengetahui tujuan setiap tindakan perawatan
- Berikan Health Education wacana cara menolong anak kejang dan mencegah kejang demam. Rasional : sebagai upaya alih informasi dan mendidik keluarga semoga berdikari dalam mengatasi duduk kasus kesehatan.
- Berikan Health Education semoga selalu sedia obat penurun panas, bila anak panas. Rasional : mencegah peningkatan suhu lebih tinggi dan serangan kejang ulang.
- Jika anak sembuh, jaga semoga anak tidak terkena penyakit infeksi dengan menghindari orang atau sahabat yang menderita penyakit menular sehingga tidak mencetuskan kenaikan suhu. Rasional : sebagai upaya preventif serangan ulang
- Beritahukan keluarga bila anak akan mendapat imunisasi semoga memberitahukan kepada petugas imunisasi bahwa anaknya pernah menderita kejang demam. Rasional : imunisasi pertusis menawarkan reaksi panas yang sanggup mengakibatkan kejang demam
Pelaksanaan / Implementasi
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan planning yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan sanggup bersifat berdikari dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien ( Santosa. NI, 1989;162 )
Evaluasi
Tahap penilaian dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subyektif dan obyektif yang akan memperlihatkan apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah dicapai atau belum. Bila perlu langkah penilaian ini merupakan langkah awal dari identifikasi dan analisa duduk kasus selanjutnya ( Santosa.NI, 1989;162).
NO. | Diagnosa/Masalah | Evaluasi |
1. 2 3. 4. . | Potensial kejang berulang berhu-bungan dengan hiperthermi. Potensial terjadi syok fisik berafiliasi kurangnya koordina-si otot. Gangguan rasa nyaman berhu-bungan dengan hiperthermi. Kurangnya pengetahuan keluarga berafiliasi dengan keterbatasan informasi. | Klien tidak mengalami kejang selama 2x24 jam. Kriteria : - Tidak terjadi serangan ulang - Suhu : 36 – 37,5 º C - N : 100 – 110 kali/menit - Kesadaran : composmentis Tidak terjadi syok fisik selama perawatan. Kriteria : - Tidak terjadi traumas fisik selama kejang. - Mempertahankan tindakan yang mengontrol acara kejang. - Mengidentifikasi tindakan yang harus diberikan ketika terjadi kejang. Rasa nyaman terpenuhi Kriteria : - Tanda vital : Suhu : 36 – 37,5ºC N : 100 – 110 kali/ menit RR : 24 – 28 kali/menit - Kesadaran : composmentis - Anak tidak rewel Pengetahuan keluarga bertambah wacana penyakit anaknya. Kriteria : - Keluarga tidak sering bertanya wacana penyakit anaknya. - Keluarga bisa diikutserta-kan dalam proses perawatan. - Keluarga mentaati setiap proses perawatan. |
Daftar Pustaka
- Lumbantobing SM, 1989, Penatalaksanaan Mutakhir Kejang Pada Anak, Gaya Baru, Jakarta
- Lynda Juall C, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Penerjemah Monica Ester, EGC, Jakarta
- Marilyn E. Doenges, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerjemah Kariasa I Made, EGC, Jakarta
- Matondang, Corry S, 2000, Diagnosis Fisis Pada Anak, Edisi ke 2, PT. Sagung Seto: Jakarta.
- Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta
- Rendle John, 1994, Ikhtisar Penyakit Anak, Edisi ke 6, Binapura Aksara, Jakarta.
- Santosa NI, 1989, Perawatan I (Dasar-Dasar Keperawatan), Depkes RI, Jakarta.
- Santosa NI, 1993, Asuhan Kesehatan Dalam Konteks Keluarga, Depkes RI, Jakarta.
- Soetjiningsih, 1995, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta
- Suharso Darto, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi, F.K. Universitas Airlangga, Surabaya.
- Sumijati M.E, dkk, 2000, Asuhan Keperawatan Pada Kasus Penyakit Yang Lazim Terjadi Pada Anak, PERKANI : Surabaya.
- Wahidiyat Iskandar, 1985, Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 2, Info Medika, Jakarta.
Untuk mend0wnl0ad laporan pendahuluan kejang demam lengkap format pdf dan doc, dibawah :
- Laporan pendahuluan kejang demam pdf, (Ambil File)
- Laporan pendahuluan kejang demam doc, (Ambil File)
Link Alternatif
Demikian laporan pendahuluan kejang demam format pdf dan doc kami bagikan, semoga bisa membantu teman-teman perawat dalam pembuatan tugas, terima kasih.